Awalnya ekspektasi saya biasa-biasa saja saat akan menonton film "Crawl" pada hari pertama penayangannya di gedung bioskop dekat rumah, Rabu (10/7/2019). Berbekal sedikit bocoran trailernya di YouTube, saya sudah menduga "Crawl" adalah film bergenre horror bencana. Bisa ditebak akan banyak adegan teror aligator yang menyerang manusia hingga berdarah-darah.Â
Saya membayangkan film ini akan meneror penonton layaknya film suspense lainnya yang melibatkan binatang buas seperti hiu, ular atau buaya yang sudah sering dilayar lebarkan oleh industri film Hollywood.Â
Ternyata ekspektasi saya yang awalnya landai-landai saja itu justru terbayar dengan kejutan-kejutan tak terduga yang membuat saya harus beberapa kali menahan nafas sepanjang pemutaran film berdurasi 87 menit itu.Â
Konsep ceritanya sebenarnya cukup sederhana, kisah menyelamatkan diri yang hanya berlangsung sehari, di dalam satu lokasi dengan dua tokoh sentral. Adalah Haley Keller (Kaya Scodelario) nekat menembus badai besar yang menyerang Florida untuk mencari ayahnya, Dave Keller (Barry Pepper) yang kemudian ia temukan terjebak di ruang bawah tanah rumahnya setelah diserang aligator ganas.
Dari sinilah ketegangan demi ketegangan dimulai. Betapa Haley dan Dave harus berjuang ekstra demi menyelamatkan diri tak hanya dari bencana badai dan banjir bandang yang sedang terjadi di kotanya, tapi juga serangan puluhan aligator yang lepas dari penangkarannya akibat banjir.
Di bawah arahan tangan dingin sutradara Alexandre Aja yang sukses dengan "Hills Have Eyes" dan "Piranha 3D," konsep cerita sederhana dengan lokasi dan tokoh sentral minimalis itu diramu sedemikan rupa sehingga menghadirkan ketegangan maksimal.Â
Praktis lebih dari separuh durasi film dihabiskan di dalam rumah Dave, mulai dari ruang bawah tanah hingga di dalam rumah yang porak poranda akibat badai dan banjir bandang. Di setting yang terbatas inilah ketegangan muncul secara tak terduga dari menit ke menit.Â
Ada juga setting lokasi di luar rumah, seperti di mini market dan taman bermain yang terendam air. Lagi-lagi lokasi tambahan ini kembali dimanfaatkan oleh sang sutradara untuk menghadirkan kejutan dan kengerian ganasnya serangan para aligator.
Sensasi jumpscare langsung saya dapati bahkan sebelum si aligator muncul, ketika batang pohon yang tumbang menembus jendela rumah nyaris mengenai Haley. Selanjutnya kita dipaksa untuk beberapa kali menahan nafas, mengantisipasi kejutan-kejutan tak terduga yang terus mengalir sepanjang cerita.
Meski sudah terbiasa menonton film horror yang paling seram sekalipun, tapi jumpscare di film ini terasa lebih intens hingga membuat saya beberapa kali harus "njingkat," terhentak dari tempat duduk sambil sesekali tak sadar berucap "jangkrik!" saking kagetnya.Â