Mohon tunggu...
Dody Kasman
Dody Kasman Mohon Tunggu... Administrasi - Manusia Biasa

Wong Ndeso yang bukan siapa-siapa. Twitter : @Dody_Kasman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ibu Ani dalam Kenangan Seorang Kompasianer "Ndeso"

3 Juni 2019   13:11 Diperbarui: 3 Juni 2019   19:51 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenangan Foto Bersama Pak SBY dan Ibu Ani dengan peserta Kopdar Istura Perdana di Istana Bogor (5/7/2013) - dokpri

Hj. Kristiani Herrawati Yudhoyono telah pergi meninggalkan kita untuk selamanya. Istri Presiden ke-6 Republik Indonesia yang akrab dipanggil Ibu Ani itu wafat pada hari Sabtu (1/6/2019) pukul 11.50 waktu Singapura. Sejak 2 Pebruari 2019 Ibu Ani menjalani perawatan intensif di National University Hospital (NUH) karena kanker darah yang dideritanya.

Tak hanya Pak SBY dan keluarga yang berduka, tapi juga bangsa Indonesia juga ikut berduka dan sangat kehilangan. Kita kehilangan sosok teladan yang setia, inspiratif dan berdedikasi tinggi. Banyak kisah, cerita dan kesan mendalam tentang Ibu Ani disampaikan oleh mereka, dari yang terdekat hingga masyarakat biasa yang tersentuh oleh kebersahajaannya.

Termasuk saya salah satunya, yang sempat bertemu langsung beberapa tahun silam. Alhamdulillah, karena bagi saya pertemuan singkat tersebut adalah hal yang istimewa dan tak mungkin bisa terulang lagi. Istimewa dan luar biasa bagi saya yang "wong ndeso," jauh dari Ibu Kota dan bukan siapa-siapa.

Saya yang ketika itu hanya staf Kecamatan di daerah pegunungan Kabupaten Probolinggo mendapat kesempatan untuk bertemu Pak SBY dan Ibu Ani, tak hanya sekali tapi dua kali, di Bogor dan Jakarta. Alhamdulliah saya mendapat undangan istimewa, bukan sebagai PNS Daerah, tapi sebagai blogger Kompasiana alias Kompasianer, berkat beberapa tulisan saya tentang Pak SBY dan Ibu Ani di Kompasiana.

Berawal dari kunjungan Pak SBY dan Ibu Ani ke daerah saya, Kabupaten Probolinggo, awal Mei 2013. Ketika itu rombongan yang akan berkunjung ke Gunung Bromo melewati rumah kami. Kisah seharian menunggu rombongan dari siang, hingga Pak SBY dan Ibu Ani melintas malam harinya saya tulis apa adanya. Artikel yang terpublish di Kompasiana (4/5/2013) itu berjudul "Ketika Pak Presiden Lewat Depan Rumah Kami."

Dari cerita teman-teman di daerah yang bertugas menyambut dan meliput kunjungan tersebut, saya hanya bisa membayangkan betapa senangnya mereka bisa bertemu, atau setidaknya melihat langsung Pak SBY dan Bu Ani meski dari jauh. Ya, sebagai PNS Kecamatan yang tak ada sangkut pautnya dengan kunjungan Presiden tentu saya hanya bisa membayangkan saja. Bersyukur ada Kompasiana yang kemudian menjadi wadah curahan pikiran dan perasaan saya ketika itu. Hingga akhirnya artikel saya terbaca dan mendapat respon salah seorang Staf Kepresidenan.

Hari bersejarah bagi saya itu adalah Jum'at, 5 Juli 2013. Mungkin bukan hanya saya, tapi juga bersejarah bagi 44 orang rekan lainnya yang saat itu diundang ke Istana Bogor sebagai peserta Kopdar Istana Untuk Rakyat (Istura) Perdana. 20 orang pegiat media sosial, termasuk saya (entah kenapa saya dikategorikan pegiat medsos), hari itu mengikuti diskusi media sosial di Ruang Garuda Istana Bogor. 25 orang lainnya adalah Instagramer yang hari itu memang punya waktu lebih banyak dengan Ibu Ani berburu foto di sekitar Istana Bogor.

Ibu Ani menyapa kami dari jauh saat mendampingi Istri PM Australia di Istana Bogor (5/7/2013) - dokpri
Ibu Ani menyapa kami dari jauh saat mendampingi Istri PM Australia di Istana Bogor (5/7/2013) - dokpri

Saat itulah pertama kali saya bisa bertemu langsung dengan Ibu Ani. Bahkan sejak pertama kali saya dan teman-teman masuk kawasan dalam Istana Bogor. Ketika itu Ibu Ani sedang mendampingi istri Perdana Menteri Australia Kevin Ruud, Threse Rein, berkeliling lingkungan Istana. Mengetahui kehadiran kami, Ibu Ani spontan melambaikan tangan dari jauh sambil tersenyum ramah. Walaupun di sampingnya ada tamu negara yang harus mendapat perhatian khusus, beliau masih sempat memberikan perhatiannya pada kami dengan sapaan hangatnya.

Hari itu sudah tentu rekan-rekan Instagramer yang sangat berbahagia sebab usai menjamu tamu negara, hampir satu jam Ibu Ani yang terkenal hobby fotografi menghabiskan waktunya bercengkrama hunting foto bersama mereka. Tak lama kemudian Pak SBY juga ikut bergabung.

Saat itu "Tongsis" (Tongkat Narsis), yang masih disebut monopod, baru mulai dikenal penggemar fotografi mobile. Seingat saya, seorang Instagramer Iphonesia memberikan "Tongsis"nya sebagai hadiah ulang tahun untuk Ibu Ani. Semakin istimewalah Kopdar Istura Perdana tersebut bagi kami sebab dilaksanakan sehari sebelum ulang tahun Bu Ani yang ke 61.

Meskipun saat itu saya bersama 19 orang pegiat media sosial lebih fokus di kegiatan diskusi sosial media dengan Pak SBY, namun saya bisa merasakan kebahagiaan rekan-rekan Instagramers yang bisa leluasa berburu foto bersama Ibu Negara. Alhamdulillah, di sela-sela kegiatan setengah hari itu kami masih bisa bertemu dengan Ibu Ani walaupun hanya sebentar. Meski sebentar dapat saya rasakan kehangatan sapaan dan senyumannya, serasa seorang ibu sedang menyambut kedatangan putra-putrinya sendiri.

Momen spesial hari itu masih berlanjut malam harinya. Seluruh peserta Kopdar diundang untuk menghadiri jamuan makan malam bersama Pak SBY dan Ibu Ani. Lagi-lagi ini adalah pengalaman luar biasa untuk "wong ndeso" seperti saya yang biasa makan di warung kecil pinggir jalan. Akhirnya saya bisa makan malam di Istana dengan Presiden dan Ibu Negara, di tempat yang sama tanpa sekat dan dengan hidangan yang sama pula.

 Momen istimewa kembali kami dapatkan saat foto bersama Pak SBY dan Ibu Ani di depan teras Istana Bogor sebagai penutup seluruh rangkaian acara hari itu. Malam itu Pak SBY dan Bu Ani menyampaikan terima kasih atas kedatangan kami sembari mengucapkan selamat malam dan selamat sampai ke tempat asal masing-masing.

Kenang-kenangan Buku
Kenang-kenangan Buku "Ani Yudhoyono - Kepak Sayap Putri Prajurit"
Sebagai kenang-kenangan, kami mendapatkan satu goody bag berlogo Istana Kepresidenan berisi beberapa souvenir. Ada buku tentang Pak SBY yang ditulis Dino Patti Djalal berjudul "Harus Bisa!" dan CD berisi lagu-lagu karya Pak SBY. Dan satu lagi buku biografi "Ani Yudhoyono, Kepak Sayap Putri Prajurit" yang ditulis Alberthiene Endah. Buku yang saat ini menjadi semakin spesial dan sedang banyak dicari. Alhamdulillah saya bisa mendapatkannya lebih dulu dan telah rampung membacanya.

Enam bulan kemudian, tepatnya 17 Januari 2014 saya kembali mendapat undangan untuk menghadiri launching buku karya Pak SBY yang berjudul "Selalu Ada Pilihan." Kali ini bukan di Istana, tapi di Assembly Hall Jakarta Convention Centre. Artikel tentang kisah menghadiri undangan spesial ini saya tulis di Kompasiana (23/1/2014) berjudul "Ketika Kompasianer Ndeso Hadiri Launching Buku Pak SBY."

Momen ketika menghadiri launching buku Pak SBY
Momen ketika menghadiri launching buku Pak SBY "Selalu Ada Pilihan"

Meskipun tak bisa seakrab saat Kopdar Istura di Istana Bogor, ada momen spesial saat itu yang kini, sepeninggal Ibu Ani, menjadi semakin dikenang. Malam itu lagu "Malam Sunyi di Cipaganti" dinyanyikan oleh penyanyi Lala Karmela dengan iringan gitaris Tohpati. Lagu yang sebelumnya pernah saya dengar dan jumpai di YouTube tapi tak seberapa saya hiraukan siapa penciptanya.

Baru malam itu saya tahu jika lagu romantis, sendu mendayu-dayu itu ternyataan ciptaan Pak SBY untuk mengenang masa lalunya bersama Ibu Ani saat bertugas di Bandung. Belakangan lagu ini kembali viral. Setidaknya lagu ini menggambarkan sisi romantis Pak SBY dibalik sosoknya sebagai militer yang gagah dan tegas. Terlebih setelah kita semua menjadi saksi keharmonisan dan kemesraan mereka berdua serta betapa setianya Pak SBY mendampingi Ibu Ani hingga akhir hayat.

Demikian sekelumit kenangan saya dengan Ibu Ani dan Pak SBY beberapa tahun silam. Mungkin bagi sebagian orang, pengalaman semacam itu  tak terlalu istimewa bahkan biasa-biasa saja. Tapi bagi saya yang hanya orang desa, jauh dari Ibu kota, pengalaman tersebut teramat sangat istimewa dan sangat saya syukuri.

Pengalaman diundang Pak SBY yang ketika itu masih menjabat sebagai Presiden ke-6 Republik Indonesia. Pengalaman bertemu Ibu Ani yang saat itu adalah Ibu Negara pendamping Presiden SBY. Pengalaman yang tak mungkin bisa berulang sampai kapanpun. Pengalaman berharga yang akan menjadi warisan cerita untuk anak cucu saya.

Tentang cinta sejati sehidup semati sebagaimana dibuktikan Pak SBY dan Ibu Ani. Tentang kepedulian pemimpin yang mengayomi rakyatnya, tanpa mempedulikan pangkat, golongan dan kasta sosialnya. Tentang kehangatan perhatian seorang Ibu Negara yang memperhatikan rakyatnya seperti anak-anaknya sendiri.

Kini Ibu Ani telah pergi meninggalkan kita untuk selamanya, dengan segala dedikasi dan kenangan indah yang ditinggalkannya. Sebagai manusia biasa, Ibu Ani tentu tak luput dari salah dan dosa. Namun sebagaimana ajaran agama saya untuk selalu mengingat dan menceritakan kebaikan-kebaikan orang yang sudah meninggal dan tidak membicarakan kejelekannya.

Akhirnya hanya do'a yang bisa saya panjatkan kepada Tuhan semoga almarhumah husnul khotimah, bahagia di alam sana, diampuni dosanya dan ditempatkan di tempat terbaik di sisi-Nya. Semoga Pak SBY dan keluarga diberi ketabahan dan keikhlasan serta dimampukan untuk melanjutkan perjuangan dan cita-cita Ibu Ani.

Di saat masyarakat mudik lebaran, di bulan Ramadhan yang penuh rahmat dan maghfirah ini Ibu Ani juga pulang kembali kepada-Nya. Selamat Jalan Ibu Ani... Terima kasih atas inspirasi dan dedikasinya untuk negeri ini... Sampai bertemu lagi...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun