Meski sudah beberapa kali berkapal menyeberang laut, namun perasaan was-was masih ada. padahal kapal yang kami tumpangi tergolong kapal cepat dengan standar keamanan tinggi. Kapal melaju sangat cepat sehingga goyangan akibat gelombang laut hanya terasa sesekali.Â
Menurut kru kapal, gelombang laut saat kami berangkat relatif kecil, jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan. Penjelasannya bahwa walaupun gelombang besar kapal tersebut masih tangguh untuk melewatinya dengan aman, membuat hati ini menjadi tenang untuk melanjutkan perjalanan.
Ternyata dua jam perjalanan melewati lautan cukup menyenangkan jika kita bisa menikmatinya, apalagi saat berangkat cuaca sangat cerah. Sengaja saya duduk pas di pintu masuk sebelah kanan depan, dekat dengan ruang kemudi agar bisa leluasa melihat lautan luas di sekeliling.
Airnya juga sangat bening hingga dasar laut dengan aneka ragam ikan dan bebatuan karang nampak indah menggoda. Ingin rasanya langsung "nyemplung" berenang menuju pantai, tapi niat itu saya urungkan. Selain belum begitu fasih berenang, saya juga tak bawa pakaian ganti.
Sementara saya, setelah mengambil satu dua jepretan gambar lewat HP langsung berteduh di rest area yang telah ditentukan sebagai tempat kami beristirahat sejenak.
Pulau yang luasnya tak sampai 5 hektar ini hanya dihuni oleh 37 KK. Suasananya masih alami, lengkap dengan kebun kelapa dan pepohonan pantai yang cukup rindang bagi wistawan untuk berteduh.Â
Semilir angin pantai  membuat diri ini betah untuk duduk setengah berbaring santai sambil menikmati air kelapa muda. Banyak yang beristirahat sebagaimana saya. Tapi ada juga beberapa yang memanfaatkan dua jam jatah waktu di pulau tersebut untuk menjelajah menggunakan motor trail sewaan. Sementara mereka yang hobby snorkling, langsung "nyebur" bertamasya menikmati keindahan bawah laut Gili Labak.
Waktu bersantai semakin lengkap dengan sajian santap siang yang sudah disiapkan penduduk setempat. Menunya sederhana khas perkampungan pantai. Meski sederhana tapi pilihan menunya sangat beragam mulai dari ikan asap dan ikan goreng, tempe dan tahu goreng, telur dadar, dadar jagung, urap-urap, sayur asem lengkap dengan lalapan sambal trasi. Semua tampak lahap menikmati menu makan siang yang sederhana tapi sangat menggugah selera itu.
Usai istirahat dan makan siang kami kembali ke kapal pukul 14.00 WIB untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan selanjutnya, Pantai Sembilan di Pulau Gili Genting. Butuh waktu 20 menit perjalan laut dari Gili Labak untuk sampai di Pantai Sembilan. Dari jauh tampilan pulau ini mengingatkan saya pada pulau Gili Ketapang yang ada di Kabupaten Probolinggo. Mungkin karena keberadaan masjid, yang juga jadi ciri khas Gili Ketapang, yang terlihat saat kita mendekat bibir pantai.