Seiring dengan semakin majunya dunia pertelevisian dalam negeri didukung makin menjamurnya rumah produksi di tanah air, secara perlahan konten asing juga semakin berkurang. Bermunculanlah aneka ria film televisi dan sinetron dengan beragam tema mulai yang wajar dan normal hingga yang bertema kehewanan.
Belum lagi tayangan live mulai yang sopan dan mencerdaskan hingga yang mengumbar goyangan menggugah serta guyonan tak lucu yang memaksa kita untuk terbahak. Ada juga talent contest, dari yang serius dan to the point hingga yang tiba-tiba bisa berubah menjadi panggung drama. Kini masyarakat benar-benar dimanjakan dengan beragam tayangan televisi dengan beragam sensasi dan daya tariknya.
Saya tak bermaksud membanding-bandingkan mana yang lebih berkualitas, apakah tayangan lokal atau asing. Itu semua kembali kepada selera masing-masing yang tentu saja sangat subyektif. Tentunya masyarakat kita saat ini sudah semakin cerdas dan kritis untuk menilai dan memilih mana tayangan yang memang layak dan tidak layak untuk ditonton.
Semoga kehadiran The Flash di tengah sengitnya persaingan stasiun TV nasional dalam menarik pemirsa, dapat memacu insan pertelevisian dan perfilman nasional untuk meningkatkan kualitas program siar dan karya audio visual yang ditayangkan di layar kaca.
Yang jelas The Flash telah membuat saya kembali betah duduk lama di depan pesawat televisi untuk menyaksikan dan benar-benar menikmatinya sebagai sebuah tontonan bermutu dan menghibur. The Flash juga lumayan bisa menyelamatkan malam Jum'at dari tontonan berbau mistis dan klenik dengan roh, hantu dan sejenisnya yang entah mereka benar-benar hadir atau tidak, selalu dipaksa untuk ikut-ikutan narsis dan selfie di depan kamera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H