Dalam tweet koreksinya SBY mengungkapkan, dengan lunasnya utang pada IMF kita tak lagi didikte dan tak harus minta persetujuan IMF dan negara-negara donor dalam pengelolaan ekonomi termasuk penyusunan APBN.
Rakyat Indonesia tidak lagi dipermalukan dan merasa terhina, karena kita tidak lagi menjadi pasien IMF dan bebas dari trauma masa lalu. "Sejak th 2007, saya (dulu sbg Presiden) menerima kunjungan 3 pemimpin IMF dgn kepala tegak. Kehormatan Indonesia telah pulih. *SBY*," jelas SBY dalam tweetnya.
Koreksi atas isu utang luar negeri yang kemudian berkembang menjadi perdebatan antar tokoh ini setidaknya menjadi pelajaran untuk kita bersama.
Semoga Presiden Jokowi dan orang-orang terdekat disekelilingnya lebih cermat dan berhati-hati dalam menyampaikan suatu statement. Ucapan pejabat negara apalagi seorang Presiden akan berimplikasi politis dan berdampak luas pada kebijakan yang menyangkut hajat hidup seluruh rakyat.
Ucapan seorang pejabat negara terlebih Presiden sering dijadikan referensi, tercatat dan selalu diingat sehingga tak bisa seenaknya diralat. Kebiasaan berubah pendapat dan meralat pernyataan akan membuatnya terkesan plin-plan dan tak punya sikap yang pada akhirnya menurunkan tingkat kepercayaan rakyat.
Kritik dan saran jangan selalu dilihat sebagai upaya untuk mengganggu apalagi menjegal. Kritik dan saran hendaknya dilihat sebagai suatu bentuk kepedulian untuk mengoreksi agar kesalahan yang kita lakukan dapat segera diperbaiki dan tak berkembang menjadi kekeliruan yang lebih besar.