"Jika pernyataan Presiden Jokowi tsb tidak saya koreksi, rakyat bisa menuduh saya yg berbohong. Kebenaran bagi saya mutlak. *SBY*," demikian tweet penjelasan SBY.
Perdebatan tentang utang IMF ternyata berkembang dalam waktu yang cukup cepat. Tak berapa lama kemudian muncul tanggapan dari pihak Istana yang disampaikan Sekretaris Kabinet (Seskab) Andi Widjajanto.
Dijelaskan Andi, memang benar tahun 2006 Indonesia tidak memiliki utang dengan IMF, tapi utang tersebut muncul lagi tahun 2009, besarnya 3 miliar dollar dan terus ada sampai hari ini.
Pernyataan Andi seolah ingin mematahkan klarifikasi SBY yang dengan tegas menyatakan Indonesia sudah tak berhutang lagi pada IMF. Perdebatanpun semakin seru meskipun kemudian justru bukan SBY yang mengoreksi pernyataan Andi Widjajanto.
Adalah Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro yang justru membenarkan pernyataan SBY dan kemudian memberikan klarifikasi. Bambang menjelaskan hingga kini Indonesia tak pernah berhutang lagi pada IMF. "Dari sejak 2006 kita sudah tidak ada utang," tegasnya sebagaimana dikutip sindonews.com (28/4).
Bambang malah menilai media yang salah kutip pernyataan Presiden Jokowi. "Enggak ada utang IMF, kita tak pernah berutang ke IMF, ya sudah. Tidak ada yang itu, salah kutip, dibilang yang bilang kita masih punya utang ke IMF itu salah kutip," ujar Bambang sebagaimana dikutip sindonews.com (28/4).
Pernyataan Bambang Brodjonegoro makin diperkuat dengan penjelasan Bank Indonesia (BI). Direktur Departemen Komunikasi (BI), Peter Jacobs memberikan penjelasan mengenai utang IMF yang tercatat di buku statistik utang luar negeri.
Dijelaskan bahwa posisi kewajiban sebesar US$ 2,8 miliar bukan utang kepada IMF dalam bentuk pinjaman yang selama ini kita kenal. Kewajiban tersebut adalah alokasi SDR yang timbul sebagai konsekuensi kita sebagai anggota IMF. Seluruh anggota IMF mendapat alokasi SDR tersebut. Secara rinci penjelasan ini bisa dilihat di akun Twitter @bank_indonesia.
Jika kita perhatikan lebih seksama, koreksi yang disampaikan SBY merupakan bentuk perhatian dan kepeduliannya pada pemerintahan Presiden Jokowi.
Disamping sebagai klarifikasi bahwa ia tak bohong tentang utang pada IMF yang telah lunas, koreksi SBY justru menegaskan pernyataan Presiden Jokowi agar kita tak tergantung pada lembaga keuangan dunia termasuk IMF. Pernyataan SBY membuktikan bahwa Indonesia sudah bisa bebas dari ketergantungan pada IMF.
Secara tersirat SBY nampaknya ingin mengingatkan Presiden Jokowi bahwa isu utang luar negeri adalah isu sensitif karena menyangkut kedaulatan dan harga diri bangsa dan negara.