Mohon tunggu...
Dody Ishak
Dody Ishak Mohon Tunggu... Freelancer - "Menulis bagian dari rasa kemerdekaan"

|| Sastra || Essay || Opini || Cerpen || Puisi ||

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selain Simbol Hari Tua, Ia adalah Cahaya Teduh dari Kebijaksanaan

13 Desember 2018   14:07 Diperbarui: 13 Desember 2018   14:10 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika kau bertanya tentang senja, senja itu sama, dimanapun kau berada. Ia akan tetap sama. Saat matahari karam mulai terbenam, sinarnya berangsur redup. Pada posisi terbaik, matahari melukis awan menjadi warna merah kekuningan hadirkan keindahan.

Senja itu simbolisasi hari tua dik, pada fase ini kehidupan layak untuk dinikmati. Ketika awan menghasilkan warna indah melalui refleksi matahari yang karam, seiring keteduhan hadirkan kenyamanan, kebijaksanaan mekar seperti bunga four o' clocks, makna-makna rahasiapun tersingkap.

Kau tau pasti apa itu "ingatan" dik, dalam kesadaran terdalam kita ia tinggal, seperti memori, ia menyimpan segala yang pernah kita lewati dalam hidup. Suka duka, sedih bahagia, senyum air mata, yang datang dan pergi. Segalanya rapi tersimpan momen demi momen menjadi kenangan.

Hingga hari dimana menua itu pasti, senja selalu menjadi titik terbaik dari waktu, dimana mengenang adalah salah satu bagian yang paling istimewa. Ketika kau dapati senja hadirkan kedamaian, pada momen ini, milikilah tempat terbaikmu, disudut paling nyaman senjamu, putar kembali kenangan-kenangan manis yang pernah kau lalui. Pasti indah !

Tapi cobalah untuk tidak seyum-senyum sendiri saat imaji mengajakmu kembali pada detik-detik terindah masalalu, kalau-kalau ada yang memperhatikan, kau dikira sudah gila. Tapi jika kau tidak peduli, maka nikmatilah, disanalah letak sejati dirimu, disanalah letak bahagia itu, didalam dirimu.

Kau tau? Sebagian orang kesulitan menikamati hidup bukan karena hidup itu sulit, bahkan mereka memiliki cukup materi untuk dinikmati, tapi sayang mereka memilih keluar dari diri mereka sendiri, dan mencari nikmat itu diluar dirinya, sehingga mereka kehilangan diri mereka untuk bahagia.

Kehilangan diri itu memang mengerikan dik, segalanya bisa menjadi palsu saat kau kehilangan itu. Bahagiamu, seyummu, interaksi sosialmu bahkan cinta sekalipun, semua terasa palsu, alih-alih bertemu bahagia, malah sebaliknya bahagia itu makin menjauh.

Hidup hanya perlu dinikmati, dengan penerimaan diri kita bisa lakukan itu. Hidup ini bukan hanya tentang seberapa banyak materi yang kita miliki, bukan tentang setinggi apa jabatan yang harus kita raih, bukan soal sehebat apa kita dimata orang lain, dan bukan perihal sejauh mana kaki kita melangkah.

Hidup adalah seberapa besar penerimaan diri dari kekurangan yang kita miliki, seberapa baik kita menghargai hidup, dan yang terpenting seberapa bermanfaatnya kita bagi sekeliling. Itulah bahagia. Bagiku hidup sesederhana itu dik, jika kita bisa menikmati hidup, untuk apa perlu menertawainya.

Seperti itu caraku menikmatinya !

Dik, Senja selain simbol hari tua, ia adalah cahaya teduh dari kebijaksaan. Kelak pada sisi terbaik waktu, akan ada dua pasang mata yang menunggu senjanya bersama, menikmati indahnya cahaya teduh kebijaksanaan dengan warna jingganya yang menghangatkan. Semoga itu kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun