Mohon tunggu...
Dody Fathin
Dody Fathin Mohon Tunggu... wiraswasta -

Kadang nulis, kadang baca, seringnya ngetwit di @DodyFathin

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenapa Saya Memilih Mereka

23 Februari 2013   06:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:50 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di setiap pemilihan, baik Presiden, DPR(D), Gubernur, Bupati, Ketua OSIS dan lain lain, sebenarnya yang ditawarkan adalah harapan. Karena kalau visi dan misi, program, saya yakin semuanya bagus. Tidak mungkin ada bupati yang waktu kampanye programnya: saya akan nikah siri lagi. Atau, saya akan selalu dekat dengan rakyat, dengan cara pasang gambar saya di mana-mana. Jadi seakan-akan rakyat diawasi oleh gubernurnya.

Di pilgub Jabar 2013 ini pun sama aja. Dari kelima pasangan yang maju, programnya sama aja sih. Demi kepentingan rakyat, demi kemajuan rakyat, yuk sama-sama membangun Jabar. Dari yang incumbent, sampai yang perorangan sama aja. Menawarkan harapan. Dan yang rakyat (minimal saya) beli adalah harapan yang ditawarkan oleh pasangan tersebut.

Setelah heboh dan gegap gempita pilkada Jakarta kemarin, yang akhirnya dimenangkan oleh pasangan Jokowi-Ahok, mulai latah pasangan lain yang mau maju memakai baju khas Jokowi-Ahok. Kotak-kotak. Karena mereka ingin dianggap sebagai pembawa perubahan. Harapan perubahan yang ditawarkan. Tidak otomatis langsung menang sih. Karena kebanyakan kalah. Lupa, kalau Jokowi-Ahok menang bukan hanya karena baju, tapi karena "brand" mereka sudah tercipta lama. Brand yang menggambarkan gebrakan untuk rakyat.

Di pilgub Jabar, yang ingin saya sorot sekarang adalah pasangan no 5, Paten. Pasangan Rieke Diah Pitaloka dan Teten Masduki. Berasal dari partai yang sama dengan Jokowi, Rieke juga menggunakan baju kotak-kotak. Walau dengan sedikit variasi. Kotaknya beda dikit, dan diklaim sebagai kotak-kotak khas Jabar. Saya akan pilih pasangan ini. Dengan kelebihan dan kekurangannya. Dengan harapan yang ditawarkan dan dibawa oleh mereka.

Selama ini Rieke terkenal sering turun ke jalan, membela hak terutama buruh. Sering ikut demo dan lain-lain. Teten adalah aktivis anti korupsi. Kalau saya lihat di twitter, cara komunikasi mereka pun beda. Rieke, bahasanya lebih "berbunga-bunga" istilah saya. Seperti menulis puisi. Kalau Teten jawabannya lugas, spontan. Mirip-mirip gaya bahasanya Ahok. Prestasinya di pemerintahan ya belum terdengar, karena memang belum pernah di pemerintahan. Tidak seperti Jokowi yang pernah ngurusin Solo atau Ahok di Belitung sana.

Tapi yang saya pertimbangkan adalah, Jabar ini perlu gebrakan besar. Yang langsung Aksi, bukan hanya kata-kata. Yang kalaupun blusukan, bukan cuman hadir paling cepat di lapangan, tapi ga ada cerita kelanjutannya. Bukan cuma baliho besar di Dayeuh Kolot yang mengatakan banjir harus diatasi tapi setiap tahun ya banjir lagi banjir lagi. Dan untuk incumbent saya pikir susah untuk mengharapkan ada tindakan yang menggebrak. Karena sudah 5 tahun di sana, sudah di zona nyaman saya pikir. Ritme kerjanya ya sudah terbentuk.

Jabar kabarnya adalah propinsi terkorup ke-2 seIndonesia. Mungkinkah seorang incumbent, baik kepala atau wakilnya, tidak tahu? Dan jika terpilih lagi, mungkinkah tiba-tiba mereka "galak" kepada anak buahnya, atau rekan kerjanya? Agak susah dibayangkan. Bisa-bisa dijawab, "ah bapak.. dari dulu juga gini koq, ga apa-apa kan?" Perlu orang baru, pemimpin yang baru.

Selain itu, dengan adanya hubungan atau link khusus dengan Jokowi di Jakarta, saya harap setidaknya pasangan baru ini akan terpacu melakukan gebrakan-gebrakan besar untuk rakyatnya. Setidaknya mencontoh apa yang sudah dilakukan Jakarta. Jakarta dan Jabar mungkin beda secara kultur, tapi saya yakin, jika memang yang dilakukan itu murni untuk kemajuan, pasti akan didukung oleh rakyatnya. Masyarakat Jabar cerdas-cerdas. Setidaknya pasangan ini punya beban moral, minimal malu pada Jokowi, jika nantinya aksinya tidak memberikan perubahan apa-apa. Dan tentunya malu pada masyarakan Jabar, kalau gaung perubahan yang mereka gembar gemborkan tidak terlaksana.

Tidak ada yang bisa meramalkan apa yang akan terjadi di masa depan. Tapi setidaknya harapan itu yang saya tangkap dari pasangan Paten ini. Apakah mereka pasti berhasil? Entahlah, seperti harapan yang dulu pernah saya titipkan pada Hade jilid 1, mudahan harapan yang saya titipkan pada Paten kali ini bisa terwujud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun