Siang ini, saya siap-siap jemput anak saya dari sekolah. Agak terburu-buru, karena sudah agak telat. Sampai di Jl. Sukarno Hatta Bandung, depan kantor teh botol sosro, ada razia. Saya tenang saja, seperti biasa, yakin karena tidak merasa punya salah. Ternyata saya diberhentikan oleh Bripka Edwin. Setelah diminta SIM dan STNK, saya diberitahu kalau saya tidak menyalakan lampu besar. Saya keukeuh bilang nyala koq. Iya tapi lampu kecil yang dinyalakan. Alamak! Ternyata karena terburu-buru tadi, saya cuman nyetrek lampu 1 kali, harus nya 2 kali. Yo wes, saya ngaku salah. Saya minta slip biru. Karena memang salah, dan tidak mau berlama-lama. Terpengaruh juga di milis-milis yang beredar, kalau bayar slip biru lebih cepat dan murah. Langsung pula masuk kas negara. Si Bripka mulai menampakkan wajah tak senang. Ditanya bayar di mana pun, jawabannya pendek-pendek. "Kan tadi kamu yang minta slip biru." Ditanya harus bayar berapa, dia menunjuk angka 100rb. Waks! Kenapa mahal sekali? Dia pun nunjukin pasal tidak menyalakan lampu besar denda 100rb. Weleh. "Pak masak sebesar itu? Saya pikir ga sampai segitu" kata saya. "Ya sudah punya berapa?" si bripka mulai merasa di atas angin. Weh, mana ga bawa duit sepeserpun lagi. [caption id="attachment_164097" align="aligncenter" width="640" caption="Tilang Slip Biru"][/caption] "Bapak liat sendiri dompet saya kosong tadi, bapak sampai jam berapa di sini, saya pinjem duit dulu" "Ya sudah sana, saya sebentar lagi" Surat tilang diberikan ke saya, tapi saya tidak tanda tangan. Saya pun cabut jemput anak dulu, cari pinjeman dapet 20rb perak. Kata temen cukuplah segitu. Balik lagi ke lokasi, si bripka lagi mojok di belakang gardu telpon sama satu orang pelanggar juga. "Lho koq balik lagi?" "Iya pak, ini dapet pinjem dulu, ini juga baru jemput anak" "Ya sudah ke sidang aja, itu kan udah dapat tilangnya" katanya sambil berjalan menjauh. Menghentikan motor yang lain. Sialan juga nih, jual mahal pula sekarang. Saya nunggu di samping gardu telpon itu. Anak saya udah mulai protes, "Pa, bau pa di sini." Iya rupanya di lokasi itu tempat orang buang pipis kalau kebelet. Saya liat ke samping, sedang ada transaksi lain. Seorang pengendara menyerahkan duit 2 atau 3 lembar 5 ribuan. Dan diterima oleh polisi berkaca mata hitam bak polisi CHIPS. Pengen rasanya saya foto adegan itu. Tapi saya pun sedang ada masalah sendiri. Seorang polisi menawarkan teh botol dari krat yang tersedia. "Minum aja pak, udah dibeli ini." Walau ingin ngambil untuk anak saya, saya tolak tawaran itu "Ga usah pak, makasih." Takutnya nanti diitung lagi. Hehehe. Tidak lama kemudian operasi selesai. Jam sudah menunjukan jam 12:30an. Saya kejar lagi si Bripka. "Tolong lah pak, saya ada urusan lain." "Sudah ambil saja di polwiltabes jalan jawa." "Bareng bapak saja ya." "Eh, saya belum pulang sekarang, ambil aja sendiri langsung bayar 20rb di sana" katanya sambil membonceng seorang laki-laki. Orang itu juga ditilang, tapi entah kenapa motornya dibawa. Dianya malah dibonceng sama si bripka. Sepertinya urusannya lebih gawat. Saya tanya ke polisi lain, bagaimana caranya bayar denda di bank. Dia malah bilang, ga ada itu bayar denda di bank. Wah, lebih parah lagi ini polisi. Ke kantor aja sarannya. Langsung meluncur ke polwiltabes jalan jawa. Baru parkir aja banyak calo yang nawarin bikin SIM. Saya masuk dan bertanya ke seorang polisi lewat, ke sebelah mana mengambil SIM yang ditilang. Dia menunjukkan tempatnya. Sampai di loket saya ditanya oleh polisi, F. Soedik. Polisi ini masih muda, dan ramah. Saya ga tau pangkatnya apa, sampai sekarang saya memang paling ga hafal lambang-lambang di pundak polisi itu. Setelah saya bilang mau ambil SIM dan menunjukkan slip biru saya. Dia bilang "Oh, barusan ya. Belum diserahkan ke sini pak. Paling 3-4 hari lagi ke sini baru ada. Ini pakai aja dulu slipnya, ga apa-apa. Sabtu lah ke sini." Sekarang hari Senin. Lumayan juga  urusan ini. Itung-itung nambah pengalaman. Di tempat parkir saya tanya ke tukang parkir, gimana kalau mau nebus SIM. Dia bilang nanti datang aja Rabu atau Kamis, langsung ambil, langsung bayar. Kalau sampai tanggal 27 Jan, ya harus ambil di pengadilan. Disidang. Baru tau saya, kalau slip biru juga bisa disidang. Kirain harus langsung bayar langsung ambil SIM. Katanya "Paling 30rban. Lampu mah pelanggaran ringan. Kecuali ga pake helm, atau knalpot gandeng tah eta mahal." Ya sudahlah, ternyata begitu toh. Dari 100rb jadi 30rb. Saya lihat saja nanti bagaimana kelanjutan masalah slip tilang ini. Ada yang tau seluk beluk pertilangan ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H