Mohon tunggu...
Dodo Hinganaday
Dodo Hinganaday Mohon Tunggu... Guru - Jesuit Indonesia

Pertama: terima kasih banyak untuk yang sudah meluangkan waktu berkunjung dan membaca tulisan ini. Saya anak Dayak kelahiran Jakarta, belajar Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta (2010-2014), lalu lanjut menimba ilmu Teologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2016-2019). Pernah juga menginjakkan kaki di pantai indah Federated States of Micronesia (FSM) sebagai volunteer di Xavier High School (2014-2016). Kini masih berjuang bersama siswa-siswa STM di SMK St. Mikael Surakarta, terutama mereka yang gelisah karena tidak bisa masuk sekolah pada masa pandemi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keteladanan dan Introspeksi Diri di Masa Pandemi

8 Februari 2021   08:04 Diperbarui: 8 Februari 2021   08:53 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tokoh-tokoh yang layak diteladani kiranya tetap dapat dijadikan contoh yang terintegrasi di dalam proses pendidikan itu. Penjelasan lebih spesifik atas keteladanan tokoh-tokoh tersebut dipaparkan, misalnya tokoh A patut dicontoh karena karakter religiusnya, nasionalisme tokoh B pantas ditiru, dan semacamnya. 

Yang lalu menjadi penting adalah bukan hanya satu tokoh tertentu yang ditonjolkan secara dominan. Keberagaman tokoh, baik dari segi agama, pendidikan, sumbangan untuk bangsa, dan sebagainya, harus kembali dikedepankan. Dengan demikian, diharapkan masyarakat tidak menjadi fanatik terhadap tokoh tertentu saja. Selain itu, masyarakat dilatih untuk menerima teladan orang-orang dari beragam latar belakang, tidak terkotak-kotakkan pada ketokohan orang tertentu belaka.

Selain itu, sebagai bagian dari pendidikan karakter, dimasukkan pula nilai introspeksi diri. Artinya, kemampuan melakukan self-criticism menjadi karakter yang harus berkembang di dalam diri orang Indonesia, khususnya bila tindakannya selama ini dicontoh oleh orang lain.

Introspeksi diri dapat ditanamkan secara sederhana, bahkan setiap hari. Sebagai contoh, lima langkah berikut dapat digunakan sebagai latihan sederhana. Pertama, menyadari dan bersyukur atas hal-hal baik yang sudah dilakukan. Kedua, melihat hal-hal baik itu dalam bingkai hidup selama satu hari. 

Ketiga, menemukan juga kekurangan-kekurangan diri yang masih harus diperbaiki. Keempat, mengingat orang-orang yang dapat dimintai masukan atau nasihat perbaikan diri, khususnya yang sudah dianggap mampu memberi teladan baik. Kelima, membangun niat-niat perbaikan diri, termasuk dengan rencana konkret mendatangi orang-orang yang dapat dimintai masukan tersebut.

Kesepahaman, persatuan dan perjuangan bersama tidak akan kokoh tanpa kesadaran akan perlunya diri memberi contoh yang baik untuk orang lain, yang didukung oleh kerendahan hati untuk introspeksi diri. Harapannya, lebih-lebih pada masa pandemi saat ini, terbentuknya karakter keteladanan dan introspeksi diri membantu kita agar saling menularkan pengaruh baik dalam menjaga kesehatan dan keselamatan. Dalam cakupan lebih luas, keteladanan yang diperkuat introspeksi diri akan membawa kesejukan bagi orang-orang yang sudah muak melihat buruknya perilaku sebagian tokoh bangsa kita. Bukankah energi positif dari keteladanan yang baik dapat memperkuat imun dan membantu pencegahan penularan Covid-19?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun