Mohon tunggu...
dodo hawe
dodo hawe Mohon Tunggu... -

Dodohawe, menjalani hidup biasa-biasa saja, orangnya biasa-biasa saja. Menjalani hidup normal apa adanya, yang penting dalam segala tindakan banyak manfaat untuk kehidupan bersama, untuk kemajuan agama dan bangsa...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Visual dan Pesan dalam Fotojurnalistik

18 Maret 2009   13:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:16 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

| FOTOJURNALISTIK | Selain menguasai peralatan, seorang fotojurnalis juga dituntut mampu menghasilkan karya foto secara baik, dengan sudut pengambilan yang berbeda, baru dan menarik. Tentu saja, untuk mencapai pada tahapan itu membutuhkan proses pembelajaran dan pemahaman secara mendalam tentang konsep visual fotojurnalistik.

Mengutip bahasa Oscar Mutuloh dari Brian Lanker, seperti yang dikutip Frank P Hoy dalam bukunya Photojurnalism, Visual Aprroach mengungkapkan ada tiga jenjang yang baik sebagai basis seorang untuk memilih berkecimpung dalam fotojurnalistik.

PERTAMA adalah Snapshots (pemotretan sekejab, cepat, seketika, spontan. Adalah suatu gaya pemotretan yang dilakukan secara cepat dan spontan karena menyaksikan momen atau aspek menarik dalam keseharian. Dilakukan dengan spontanitas dan diikuti refleks yang kuat. Jenjang pertama ini, masih menyangkut pendekatan yang sifatnya lebih personal.

KEDUA adalah hobi (Advanced Amateur Photography). Dalam tahapan ini, fotografer mulai menekankan faktor-faktor eksperimentasi dalam pemotretannya. Fotografer tak lagi hanya melakukan snapshot saja, tetapi melakukan daya kreativitasnya untuk melakukan pendekatan lain yang lebih luas. Dalam tahapan ini seorang fotografer biasanya mulai tertarik pada kamar gelap. Kalau saat ini kamar gelap dianggap tidak relefan lagi, mungkin akan digantikan dengan penguasaan terhadap proses editing gambar di photoshops.

KETIGA adalah Art Photography, suatu jenjang yang lebih serius, spesific dan mendetail. Berbagai obyek pemotretan dititik dengan interpretasi yang lebih luas. Ekspresi obyektif biasanya terlihat di dalam karya pada tahapan ini. Kejelian, improvisasi, kreasi dan kepekaan terhadap suatu obyek menjadi basis pada jenjang ini.

Dengan penguasaan gaya dan pendekatan ke tiga jenjang itulah sebenarnya photojournalism berada dalam tahap selanjutnya. Artinya dalam mengemban profesi tersebut, maka seorang fotojurnalis dianjurkan menguasi dengan fasih ketiga jenjang atau tahapan tersebut di atas.

Selain itu, kreativitas dalam bervisualisasi sangatlah penting bagi seorang fotojurnalis. Dengan kemampuan imajinasi dan kreativitas yang tinggi, biasanya akan mempercepat pencapaian untuk menghasilkan sebuah gambar yang bagus dan menarik serta bermakna.

Foto tidak hanya sekedar bagus, jelas, indah, tapi juga harus menarik dan ada sesusatu kekuatan di dalamnya. Untuk itu, "Fotojurnalistik perlu adanya sebuah pendekatan visual dengan suara hati," kata Oscar Mothuloh dari Lembaga Kantor Berita Nasional Antara Indonesia.

Fotojurnalistik, juga tidak hanya menyajikan peristiwa melalui bahasa visual seadanya saja. Dalam penyampaian informasi, diperlukan dengan menyajikan bahasa visual yang segar, menarik dan mampu menyampaikan pesan. Untuk mendapatkan visual menarik dan sempurna, dibutuhkan kerja keras dan daya kreativitas yang memadai.

Sutradara layar lebar yang juga fotografer gaek dari Newsweek DW Griffith Wally MacNamee berpendapat, sebagai seorang fotografer besar, dia tak pernah jemu melihat dan melihat apa saja.
Dalam rapat kerja senat di Washington seorang fotografer dari New York Times Geoger Tames langsung mengawasi seluruh pojok ruangan, saat dia memasuki ruang rapat. Perlahan, sambil menyandang kamera 35 mm nya, dia mulai berjalan mengitari ruangan mengincar posisi pemotretan terbaik.

Menurut MacNamee, naluri dan penciuman yang jeli diperlukan bagi seorang fotojurnalis, yang bersiap melakukan penugasan. Sebagai vigur visual, seorang fotojurnalis juga harus memahami subyek fotonya. Bahwa subyek foto perlu diobservasi untuk kemudian diekplorasi dalam suatu detail prima menjadi karya foto yang khas dan bertutur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun