Mohon tunggu...
MOH. RIDHO ILAHI ROBBI
MOH. RIDHO ILAHI ROBBI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anda bertemu dengan sebuah tulisan yang dikarang dengan pikiran dan ditulis menggunakan perasaan.

.twitter/Facebook : @riedhotenzhe Instagram : @mohridhoilahirobbi email : riedho.riedha@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Musa dan Fir'aun: Ironi Takdir yang Tak Terduga

11 Maret 2024   22:15 Diperbarui: 12 Maret 2024   00:09 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dulu, ada seorang raja Mesir bernama Fir'aun. Setelah dia menjadi pemimpin Mesir Hulu dan Hilir, dia memakai mahkota merah-putih sebagai simbol persatuan Mesir. Memang pada awalnya Mesir terbagi menjadi dua kerajaan, yang pertama adalah Mesir Hulu yang ditandai dengan rajanya yang memakai mahkota merah, yang kedua adalah Mesir Hilir yang ditandai dengan rajanya yang memakai mahkota putih. Fir'aun memakai mahkota kebesarannya dan dia juga memakai jenggot palsu yang belum diketahui apa maknanya.

Setelah berkuasa, Fir'aun merasa semakin besar dan kuat. Keangkuhan dan kediktatorannya tumbuh. Lalu, dengan sombongnya, dia bahkan menyatakan dirinya sebagai Tuhan atau wakil Tuhan di bumi, mengklaim kekuasaan atas hidup dan mati.

Ironisnya, upaya Fir'aun untuk menghindari takdir justru membawa kekejaman. Kaum Bani Israil menjadi korban, dijadikan budak untuk membangun piramid sebagai bentuk penyembahan kepada Fir'aun.

Suatu malam, Fir'aun bermimpi melihat api membakar Baitul Maqdis dan penduduknya. Merasa gelisah, dia memanggil peramal untuk menafsirkan mimpi itu. Tafsirannya menyebutkan bahwa akan ada anak laki-laki Bani Israil yang akan menggulingkan tahtanya.

Marah, Fir'aun mencoba menghindari takdir itu. Dia memerintahkan semua prajuritnya membunuh setiap bayi laki-laki Bani Israil. Bahkan ibu hamil pun tidak luput dari kekejaman Fir'aun karena bagi ibu yang hamil maka didepan pintu rumahnya diberikan tanda, dan jika melahirkan anak laki-laki, bayi itu langsung dieksekusi di depan ibunya. Kengerian ini juga dirasakan oleh Yokhebed. Dia adalah seorang wanita keturunan bani Israil yang baru saja melahirkan bayi laki-laki. Dengan penuh ketakutan dia mendiskusikan apa yang harus dia lakukan kepada suaminya yang bernama Amran. Lalu dengan penuh keyakinan Yokhebed dan suaminya memutuskan untuk membuang anaknya ke Sungai Nil, tapi diam-diam mereka mengikuti kotak berisi bayinya yang mengapung di sungai.

Jauh dari sana, Asiyah, seorang permaisuri kerajaan atau lebih tepatnya Istri Fir'aun sedang mandi di sungai nil. Dia sudah lama mendambakan keturunan, bahkan dia sempat hamil namun sayangnya mengalami keguguran. Dia menjadi wanita yang rindu akan keturunan, tanpa diduga dia menemukan kotak yang sedang terapung dan setelah dia menemukannya ternyata kotak tersebut berisi bayi. Hatinya sangat bahagia ketika melihat kotak tersebut, karena jika dia mengadopsi bayi yang dia temukan ini rasa rindu untuk memiliki keturunan bisa terobati. Meski bahagia, dia khawatir Fir'aun tidak akan mengizinkannya merawat bayi yang baru dia temukan ini.

Dengan sedikit desakan dari istrinya, Fir'aun akhirnya mengizinkan Asiyah mengadopsi bayi itu dan memberinya nama Musa. Awalnya Fir'aun merasa khawatir tentang anak laki-laki tersebut, karena dia teringat akan ramalan tentang anak laki-laki yang akan menghancurkan tahtanya. Tapi dengan penuh keyakinan Fir'aun menerima permintaan dari istrinya, dan menganggap bahwa tidak mungkin anak yang dia rawat dari kecil akan menghancurkan tahtanya. Apa yang dilakukan Fir'aun adalah ketakutannya akan takdir yang berusaha dia hindari namun tanpa sadar dia justru membantu menciptakan kenyataan takdir yang tidak terduga.

Musa, yang selamat dari kekejaman Fir'aun, tumbuh menjadi pemimpin yang bijaksana dan berani. Kisahnya mengajarkan kita bahwa terkadang, upaya keras untuk mengelak dari takdir justru menjadi sarana terjadinya takdir itu sendiri.

Dengan diadopsi oleh Asiyah, Musa tumbuh dalam lingkungan istana Mesir. Kehidupannya yang berubah menjadi simbol harapan dan kekuatan, menunjukkan bahwa takdir tidak bisa dielakkan, bahkan oleh raja sekalipun.

Asiyah, yang awalnya rindu akan keturunan, mendapati kebahagiaan dalam adopsi Musa. Keputusannya untuk merawat Musa membawa konsekuensi tak terduga, menjadi bagian dari takdir yang mengubah jalannya sejarah Mesir.

Dengan kebijaksanaannya, Musa tumbuh sebagai pemimpin yang diakui oleh rakyat Mesir dan Bani Israil. Fir'aun, yang mencoba menghindari takdir dengan kekejamannya, akhirnya menghadapi akibatnya. Ironisnya, upaya kerasnya untuk menghentikan takdir justru membawanya kepada takdir itu sendiri.

Kisah ini mengajarkan kita bahwa takdir adalah kekuatan yang tidak bisa diubah manusia. Fir'aun, dalam keangkuhannya, tanpa sadar menjadi bagian dari cerita takdir yang ia coba hindari. Sebuah ironi yang memperlihatkan bahwa takdir kadang-kadang mengikuti jalan yang tak terduga, dan mencoba mengubahnya hanya akan membawa kepada puncaknya.

Takdir adalah sebuah kata yang mungkin terdengar besar dan misterius. Tapi bagaimana jika saya katakan bahwa terkadang, saat kita berusaha sangat keras untuk menghindari sesuatu, justru kita tanpa sadar membuka pintu bagi takdir untuk datang menjemput?

Mencoba Menghindari takdir 

Dari kisah Fir'aun diatas mengajarkan kita bahwa takdir yang berusaha kita hindari justru kita sendiri yang membuatnya terjadi. Banyak dari kita pernah merasa tidak nyaman dengan sesuatu yang akan atau sedang terjadi dalam hidup kita. Mungkin itu adalah pekerjaan yang tidak diinginkan, pertemuan yang terdengar sulit, atau perubahan besar yang terasa menakutkan. Dan saat itulah, kita mencoba sekuat tenaga untuk menghindarinya.

Ironi Ketidaknyamanan

Namun, seringkali, ironi terjadi. Saat kita mencoba menghindari sesuatu dengan segala cara, justru kita tanpa sadar membawa diri kita menuju hal yang ingin kita hindari. Misalnya, ada kisah seseorang yang selalu ingin bekerja di tempat tertentu dan berusaha menghindari pekerjaan lain. Tapi, dengan kejadian yang tak terduga, malah mendapat pekerjaan yang dihindarinya.

Ketidaknyamanan sebagai Pemicu Takdir

Mengapa kisah Fir'aun dan Musa terjadi? Salah satu alasannya adalah ketika Fir'aun merasa tidak nyaman, dia cenderung lebih terbuka terhadap perubahan. Fir'aun menjadi lebih kreatif dan fleksibel dalam mencari solusi atau peluang baru dari ramalan yang akan menimpa dirinya. Takdir, seperti yang dikatakan, mencari celah di antara kekhawatiran yang menimpa Fir'aun.

Belajar dan Tumbuh

Kisah ini menunjukkan bahwa terkadang ketidaknyamanan adalah teman yang baik. Saat kita memahami bahwa kita tidak dapat menghindari semua situasi sulit atau perubahan, kita dapat lebih terbuka terhadap pengalaman hidup yang membentuk dan mengajarkan kita. Dalam ketidaknyamanan, kita belajar dan tumbuh.

Penerimaan dan Ketenangan

Yang perlu kita ingat adalah penerimaan. Terkadang, meski kita mencoba menghindari, takdir membawa kita ke tempat yang mungkin lebih baik atau memiliki pelajaran berharga. Penerimaan terhadap perjalanan hidup, bahkan ketika itu tidak sesuai dengan rencana kita, membawa ketenangan dalam menghadapi setiap detik.

Menghadapi Takdir dengan Terbuka

Mencoba menghindari takdir tidak selalu berhasil. Sebaliknya, terkadang kita harus membuka pelukan kita terhadap ketidakpastian dan menghadapi takdir dengan sikap terbuka. Dalam momen-momen tidak nyaman, mungkin kita menemukan keajaiban atau kesempatan yang tidak kita duga sebelumnya.

Jadi, mari kita berusaha menjadi lebih fleksibel dan terbuka terhadap perubahan, bahkan jika itu terasa sulit. Siapa tahu, di antara ketidaknyamanan itu, takdir sedang menyiapkan sesuatu yang lebih indah atau memberikan kita kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun