Ada warung atau restoran di sekitar Astatinggi yang menyajikan makanan dan minuman lokal. Wisatawan dapat mencicipi hidangan tradisional dan memberikan dukungan kepada pengusaha kuliner setempat.
5. Akomodasi:
  Kunjungan yang lebih panjang mungkin memerlukan akomodasi. Hotel atau penginapan di sekitar Astatinggi akan mendapatkan manfaat dari tingginya kunjungan. Saat ini di sebelah barat Astatinggi juga telah dibuka sebagai tempat penginapan bagi para pengunjung.
6. Pekerjaan Lokal:
  Kegiatan wisata religi juga menciptakan pekerjaan langsung, seperti pemandu wisata, pekerja di tempat makan, atau pegawai di toko souvenir. Ini memberikan sumber penghasilan bagi penduduk setempat.
7. Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur:
  Pendapatan dari wisata dapat diinvestasikan dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, seperti perbaikan jalan, dan fasilitas umum di sekitar Astatinggi.
Dengan demikian, perputaran ekonomi di wisata religi mencakup berbagai sektor, memberikan manfaat ekonomi yang luas untuk masyarakat setempat dan mendukung pembangunan berkelanjutan.
Kesimpulan: Astatinggi sebagai Model Wisata Religi Berkelanjutan
Astatinggi Sumenep tidak hanya menjadi tempat wisata religi, tetapi juga teladan dalam integrasi antara spiritualitas dan perekonomian lokal. Keunikan ini menciptakan lingkungan yang berdaya dan memberikan dampak positif bagi masyarakat serta lingkungan sekitar. Dengan menjaga keseimbangan ini, Astatinggi dapat terus menjadi destinasi yang tidak hanya menyentuh hati tetapi juga memberikan kehidupan bagi perekonomian lokal.
Untuk itu, agar supaya Astatinggi di Sumenep tidak hanya menjadi destinasi wisata religi yang mengharukan hati, tetapi juga menjadi contoh sukses dalam menciptakan model wisata berkelanjutan. Dengan menjaga keseimbangan antara nilai-nilai spiritual, perekonomian lokal, dan pelestarian lingkungan, Astatinggi mengukuhkan dirinya sebagai destinasi yang memberdayakan, mendidik, dan menyentuh hati para pengunjungnya.