Tasawuf cinta adalah suatu konsep yang mencoba menyelami dimensi spiritual dalam cinta, memandangnya sebagai perjalanan mendalam untuk mencapai persatuan dengan Sang Pencipta. Cinta sendiri adalah sebuah rasa, untuk menjelaskan tentang cinta, maka seseorang harus mengalaminya terlebih dahulu, cinta juga merupakan hak prerogatif Tuhan, seseorang bisa memilih dengan siapa dia menikah, tapi dia tidak bisa memilih dengan siapa dia mencintai. Dalam konteks ini, mari kita eksplorasi tema tasawuf cinta melalui pengalaman pertemuan yang memikat dengan seorang wanita.
Keindahan Pertemuan
Pertemuan dengan seseorang seringkali menjadi titik awal perjalanan cinta yang menakjubkan. "Cinta berawal dari mata lalu turun ke hati" kira-kira begitulah pendapat dari beberapa kalangan remaja yang sempat saya temui. Dalam tasawuf cinta sendiri, setiap pertemuan dianggap sebagai tanda dari Yang Maha Esa, yang menciptakan setiap hubungan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Secara sederhana cinta memang berawal dari pertemuan, tentunya seseorang tidak bisa mencintai orang yang belum pernah dia temui.Â
"Lalu kapan kita mulai mencintai tuhan, padahal tidak pernah kita temui?"
 Nah, jika terlintas pertanyaan seperti itu dalam diri kita, saya sarankan agar kita mencoba untuk mengoreksi pertanyaan tersebut. Sebenarnya, pertanyaan yang demikian akan lebih mudah dijawab menggunakan pertanyaan yang lain, "Apakah benar kita tidak bertemu dengan tuhan, atau kita tidak menyadari kehadiran Tuhan dalam hidup kita?". Contoh sederhananya adalah ketika ada seorang laki-laki yang mencintai wanita yang berada di belahan dunia lain (misalnya laki-laki tersebut warga negara Indonesia sedangkan si wanita warga negara Rusia) lalu tanpa adanya pertemuan, mengapa mereka bisa jatuh cinta? Jawabannya adalah karena dia menyadari kehadiran seorang yang dicintai ada pada hidupnya.
Mata sebagai Jendela Hati
Dalam tasawuf cinta, pandangan mata memiliki makna mendalam. Pertemuan dengan seorang wanita bisa menjadi awal dari pemahaman yang lebih dalam tentang keindahan ciptaan Tuhan. Mata bukan hanya jendela untuk melihat, tapi juga untuk merasakan kehadiran-Nya melalui keindahan yang tercermin dalam wajah dan sikap seorang wanita.
Mata memang menjadi awal dari terciptanya sebuah rasa cinta tapi jika hanya dicukupkan sampai disitu, kita tidak akan pernah memahami arti tasawuf cinta. Cinta yang hanya dibatasi dari panca indera hanya akan menjadi nafsu belaka. Namun, jika ditingkatkan lagi, maka kita akan menemukan sebuah cinta yang kekal karena pandangan kita tidak lagi tentang materi melainkan hal diluar itu semua.
Kedalaman Emosi
Tasawuf cinta membawa kita melampaui level fisik dan emosional. Pertemuan dengan seorang wanita dapat membangkitkan perasaan cinta yang lebih dalam, mengajarkan kita untuk memahami dan merasakan kasih sayang sebagai refleksi dari kasih Tuhan kepada kita.
Seorang Buddha pernah mengatakan "jika kita menyukai bunga maka kita akan memetiknya lalu memajang di depan teras rumah kita, tapi jika mencintai bunga maka kita akan menjaga dan menyiraminya sampai bunga itu mekar dengan indah" kira-kira seperti itulah arti dari cinta yang sebenarnya.
Kesadaran akan Keterbatasan Diri
Pertemuan cinta dalam tasawuf membawa kesadaran akan keterbatasan diri sebagai makhluk yang rentan. Dalam bertemu dengan seorang wanita, kita belajar merendahkan diri dan menyadari bahwa keindahan sejati berasal dari Allah. Kita tidak hanya mencintai kecantikan fisik, tetapi juga mencintai keindahan jiwa dan kasih sayang yang dianugerahkan-Nya.
Pertemuan sebagai Ujian
Dalam tasawuf cinta, pertemuan dengan seorang wanita juga dianggap sebagai ujian dunia dan ujian spiritual. Bagaimana kita merespons dan membawa diri kita dalam hubungan tersebut dapat mencerminkan sejauh mana kita telah mendekatkan diri kepada Tuhan.
Kesederhanaan dalam Cinta
Tasawuf cinta menekankan pada kesederhanaan dan ketulusan dalam hubungan. Pertemuan dengan seorang wanita menjadi sarana untuk memahami bahwa cinta sejati tidak terletak pada kemewahan atau kepemilikan, melainkan pada keikhlasan dan penghargaan terhadap nilai-nilai spiritual.
Semua agama mengajarkan cinta, meskipun cinta tidak memiliki agama. Cinta sendiri sangat sederhana, tidak serumit apa yang kita semua pikirkan. Cinta juga tidak membutuhkan alasan, karena cinta itu ada tanpa tapi. Jika kita mencintai seseorang dan ternyata masih ditemukan sebuah alasan maka ada yang salah dengan cinta anda.
Kesimpulan: Perjalanan Cinta Spiritual
Pertemuan dengan seorang wanita dalam konteks tasawuf cinta adalah bagian dari perjalanan spiritual yang mendalam. Ini bukan hanya sekadar kisah cinta manusiawi, tetapi juga sebuah cerminan dari cinta Ilahi yang mengajarkan kita untuk mencintai, merendahkan diri, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta melalui hubungan-hubungan yang kita bangun di dunia ini. Dengan memandang cinta melalui lensa tasawuf, kita dapat memahami bahwa setiap pertemuan membawa potensi untuk mendekatkan diri kepada-Nya, memperkaya jiwa, dan memperluas makna cinta yang sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H