Mohon tunggu...
MOH. RIDHO ILAHI ROBBI
MOH. RIDHO ILAHI ROBBI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anda bertemu dengan sebuah tulisan yang dikarang dengan pikiran dan ditulis menggunakan perasaan.

.twitter/Facebook : @riedhotenzhe Instagram : @mohridhoilahirobbi email : riedho.riedha@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial

Ekonomi, Nilai Rupiah Anjlok!

7 Februari 2024   20:25 Diperbarui: 7 Februari 2024   20:44 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tanggal 07 Februari 2024, tercatat nilai dolar Amerika menyentuh angka 15.669,15 Rupiah. Lalu kenapa hal ini bisa terjadi, apa penyebabnya?

Naik turunnya nilai mata uang suatu negara tentu tidak asing lagi bagi kita, dimana kita tahu bahwa kurs mata uang kita terhadap dolar Amerika Serikat kian menurun. Penyebab dari turunnya nilai mata uang suatu negara bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor, baik hal itu berupa Inflasi, kondisi politik yang tidak stabil dan lain sebagainya. Namun pada pembahasan kali ini kita akan berfokus pada penurunan nilai mata uang Rupiah. Penyebab turunnya nilai mata uang rupiah disebabkan oleh dua faktor yaitu eksternal dan internal.

Faktor Eksternal
1. Adanya kekhawatiran terhadap ekonomi Amerika Serikat

Ada kekhawatiran pasar terhadap produk domestik bruto (PDB) Amerika, dimana untuk kuartal ke - 4 diperkirakan akan mengalami penurunan pertumbuhan. Hal ini mempengaruhi spekulasi mengenai kebijakan FED (Federal Reserve System). Jadi, pasar mengantisipasi bahwa FED akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka panjang sehingga mengakibatkan peningkatan nilai Dolar Amerika dibandingkan dengan mata uang negara lain termasuk Indonesia.

Jadi pada awalnya, para investor, spekulan dan lain sebagainya, memperkirakan bahwa FED akan meng"cut" suku bunganya di bulan Maret, namun kenyataannya data PDB Amerika Serikat jauh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya bahkan naik di atas 2% dari perkiraan para ahli. Inilah yang menyebabkan orang-orang berfikir bahwa FED tidak mungkin akan memotong suku bunga dalam waktu dekat. Ketika hal itu tidak terjadi maka orang-orang akan berfikir untuk menginvestasikan dananya ke negeri paman sam tersebut sehingga terjadilah Capital Out Flow : keluarnya dana atau modal dari dalam negeri ke luar negeri baik secara langsung (direct Investment) atau secara tidak langsung (indirect Investment). Capital Out Flow yang terjadi di banyak negara dan semuanya mengalir ke Amerika membuat nilai mata uang negara tersebut merosot dan nilai dolar semakin meningkat.

2. Adanya langkah bank rakyat Tiongkok
PBOC (People Bank of China) secara mengejutkan memangkas rasio persyaratan cadangan untuk bank-bank lokal yang mengeluarkan likuiditas sebesar hampir $USD. 140 Miliar. Dalam perekonomian Tiongkok, langkah ini bertujuan untuk mendukung ekonomi Tiongkok dan dianggap sebagai sinyal bahwa Beijing berencana untuk mengerahkan lebih banyak stimulus untuk membantu pasar Tiongkok bangkit dari posisi terendahnya dalam beberapa tahun terakhir. Nah, jadi seperti yang kita ketahui China saat ini tidak berada dalam kondisi baik-baik saja. Mereka memiliki banyak isu yang salah satunya adalah isu properti. Karena pertumbuhan perekonomian china lambat, termasuk sektor manufaktur nya, dan kita ketahui bahwa China adalah salah satu mitra bisnis utama Indonesia, sehingga, apa yang terjadi di China jelas akan berpengaruh untuk Indonesia.

Faktor internal.
Tidak stabilnya politik.

Indonesia saat ini menghadapi pemilu serentak pada tanggal 14 Februari mendatang. Tentunya hal ini menyebabkan politik tidak stabil dan membuat para investor bingung dalam menginvestasikan uangnya. Investor tentu ingin kepastian dalam berinvestasi, sehingga tidak akan sembarangan untuk membuat keputusan investasi. Mereka harus tau terlebih dahulu siapa yang menang dalam pemilu, sehingga proyeksinya akan lebih jelas kedepannya.

Menurunnya nilai mata uang Rupiah juga disebabkan oleh tingginya inflasi di negeri ini. Sudah menjadi rahasia umum bahwasanya ketika pemilu tiba maka politik uang akan marak dilakukan sehingga penarikan uang cash akan banyak terjadi. Namun penyebaran uang cash tersebut bisa juga berdampak baik bagi ekonomi apabila masyarakat membelanjakan uangnya pada UMKM. Sayangnya, hal itu justru menimbulkan rasa pesimis dalam diri saya mengingat bahwa negara kita adalah pecandu judi online terbesar. Jika penggunaan uang cash yang diperoleh dari politik uang digunakan untuk judi online, maka saya khawatir negara kita akan mengalami resesi. Ah, semoga hal itu tidak terjadi.

Untuk mengatasi masalah penurunan nilai mata uang, maka pemerintah harus menerapkan kebijakan agar membatasi jumlah impor dan menaikkan ekspor agar perekonomian semakin stabil. Tidak hanya itu, untuk membantu menguatkan nilai mata uang Rupiah maka, kita sebagai rakyat harus mulai belajar berinvestasi dan melawan penyebaran judi online di negeri ini, karena akan sangat tidak lucu jika negara Indonesia mengalami Resesi akibat judi online.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun