Mohon tunggu...
MOH. RIDHO ILAHI ROBBI
MOH. RIDHO ILAHI ROBBI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anda bertemu dengan sebuah tulisan yang dikarang dengan pikiran dan ditulis menggunakan perasaan.

.twitter/Facebook : @riedhotenzhe Instagram : @mohridhoilahirobbi email : riedho.riedha@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kh. Bahaudin Mudhary dan Muhammadiyah

27 Januari 2024   17:17 Diperbarui: 27 Januari 2024   17:18 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beliau adalah seorang kiai multi talent, yang lahir pada hari Jum'at,tanggal 23 April 1920 di ujung timur pulau Madura, tepatnya di Jl. Letnan Ramli Gang Jagatimba no 40 Desa Kapanjin, kelurahan Kapanjin, Kecamatan kota Sumenep, Kabupaten Sumenep.

Beliau adalah sesosok kiai multi talent, budaya literasi yang digagas olehnya mampu menembus batas kewajaran dari seorang intelektual agamis. Selain itu, KH. BAHAUDIN MUDHARY juga aktif di berbagai organisasi, salah satunya adalah Muhammadiyah, beliau menjadi ketua Muhammadiyah Sumenep pada tahun 1954-1963. Kisah perjalanan seorang Kh. Bahaudin Mudhary, sangat mencerminkan ulama Muhammadiyah yang tidak terikat pada tradisionalisme sosial budaya. Penampilannya yang sering menggunakan celana panjang, sangat bertolak belakang dengan kiai pada umumnya yang menggunakan sarung dan sorban sebagai identitas ulama pada waktu itu. 

Dalam urusan ibadah, beliau cenderung mengikuti putusan Tarjih Muhammadiyah. Hal ini dapat dilihat dari keputusan beliau yang memilih melaksanakan Shalat tarawih sebanyak sebelas rakaat, yang tentunya hal ini berkat pendidikan yang dialami beliau di Muhammadiyah. 

Padahal, kebanyakan masyarakat Sumenep pada waktu itu menjalankan shalat tarawih dengan 21 atau 23 Rakaat. Kh. Bahaudin Mudhary juga menjadi penerus gagasan Sholat ied di tanah yang lapang, saat itu warga persyarikatan Muhammadiyah Sumenep melaksanakan Shalat ied di sebuah lapangan tenis yang terletak di jalan Jendral Sudirman (sekarang depan Toko Surya Jaya). Setelah pelaksanaan shalat ied dipindah ke Lapangan Gotong Royong, dan akhirnya saat ini di pindahkan ke halaman kantor Pemerintah Kabupaten Sumenep. K. Baha' juga pernah menjadi anggota majelis Tarjih Pimpinan pusat Muhammadiyah pada tahun 1959-1963

Kisah perjalanan Kh. Bahaudin Mudhary meninggalkan pelajaran yang sangat berharga. Bagaimana tidak, beliau mampu menetralisir stigma dalam masyarakat Sumenep pada waktu itu tentang Muhammadiyah. Memang, bisa dikatakan ciri khas gerakan dakwah Muhammadiyah tidak mengacu pada budaya, jadi budaya harus mengikuti Agama, bukan malah sebaliknya. Analogi sederhananya adalah, Sarung dan peci itu adalah hasil dari budaya, dan untuk menjadi seorang muslim, sarung dan peci bukanlah sebuah acuan. 

Jadi, Kh. Bahaudin Mudhary dari segi penampilannya memang tidak seperti kiai kebanyakan, dan beliau bahkan seakan membaur pada masyarakat umum. Hal ini bukan tanpa alasan, karena memang Agama Islam adalah agama yang sangat relevan terhadap perkembangan zaman. Yang dilakukan oleh Kh. Bahaudin Mudhary justru bisa dikatakan sebagai ujung tombak bahwa Islam bukan hanya Agama budaya tapi juga Budaya Agama.

Perbedaan dalam Islam memang menjadi pembahasan yang cukup sensitif dalam masyarakat, padahal sejarah mencatat bahwasanya Islam sangat terbuka sekali terhadap perbedaan, dan hal ini sangat sesuai dengan apa yang dilakukan dan diajarkan oleh kh. Bahaudin Mudhary kepada masyarakat-masyarakat. Tentunya, perbedaan yang sering menjadi pembahasan hangat di tengah masyarakat adalah tentang jumlah rakaat shalat tarawih, mengerjakan qunut atau tidak dalam shalat subuh dan lain sebagainya.

 Secara tidak langsung, kh. Bahaudin mengajarkan pada kita bahwa berbeda itu adalah pilihan bukan kesalahan. Seperti halnya perbedaan jumlah rakaat tarawih 23 dan 11 rakaat. Keduanya sama-sama ada haditsnya dan keduanya sama-sama sahih, 23 Rakaat diriwayatkan oleh sayyidina Umar, dan yang sebelas rakaat diriwayatkan oleh sayyidah Aisyah (istri Nabi), memilih salah satu dari kedua pendapat ini adalah sebuah pilihan, namun karena budaya fanatisme masyarakat Sumenep cukup tinggi, sehingga apabila masyarakat hanya mengenal satu pendapat, justru akan sangat berpotensi timbul perpecahan, untuk itulah apa yang dilakukan oleh Kh Bahaudin Mudhary adalah upaya untuk mencerdaskan masyarakat bahwa, berbeda bukanlah suatu kesalahan, melainkan suatu pilihan, dan kita wajib mempelajari perbedaan itu, agar kita bisa memilah dan memilih sehingga bisa menghargai pilihan orang lain.

Cita-cita KH. Bahaudin Mudhary dalam mencerdaskan masyarakat tidak sampai disitu, beliau juga memiliki cita-cita untuk membangun sebuah perguruan tinggi di kabupaten Sumenep. Namun sayangnya, selama masa hidup beliau cita-cita tersebut tidak terwujud. Namun, anak beliau yang bernama Achsanul Qosasi mewujudkan cita-cita mulia itu, sehingga terciptalah sebuah kampus Swasta yang cukup terkenal di kabupaten Sumenep dengan nama UNIBA MADURA (Universitas Bahaudin Mudhary).

Sebagai tokoh ulama Muhammadiyah, Kh. Bahaudin Mudhary juga terkenal "aneh". Bagaimana tidak, sosok tokoh Muhammadiyah yang pada umumnya lebih mendahulukan Intelektual sebagai ujung tombak gerakan dakwah, namun Kh. Bahaudin Mudhary juga terkenal dengan karamah yang biasanya terjadi pada ulama Nahdlatul ulama. Hal ini dijelaskan pada buku "Terang tanpa Lentera" yang ditulis langsung oleh Achsanul Qosasi. Terang tanpa Lentera sendiri adalah kata terjemahan dari "Tera' ta' adhamar". Kata ini memiliki makna bahwa untuk menjadi cahaya maka kita tidak butuh pada Lentera, karena kita bisa menjadi cahaya itu sendiri dengan cara menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar. Ketika ada kegelapan, janganlah mengutuk kegelapan tersebut, karena bisa jadi, kitalah lentera yang ditugaskan untuk memberikan cahaya pada kegelapan.

Sumber : 

Matahari di balik benteng tradisi (Bahrus Surur - Vieki Ardhina)

Terang tanpa Lentera (Achsanul Qosasi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun