Mohon tunggu...
MOH. RIDHO ILAHI ROBBI
MOH. RIDHO ILAHI ROBBI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anda bertemu dengan sebuah tulisan yang dikarang dengan pikiran dan ditulis menggunakan perasaan.

.twitter/Facebook : @riedhotenzhe Instagram : @mohridhoilahirobbi email : riedho.riedha@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Antara Cinta dan Air Mata: Tasawuf Kaum Hawa

6 Desember 2023   00:50 Diperbarui: 6 Desember 2023   01:23 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Terkecuali Rabi'ah Al-Adawiyah, jarang sekali muncul sosok figur sufi dari kalangan kaum hawa dalam sejarah. Namun, bukan berarti jumlah mereka yang sedikit ini bisa kita simpulkan bahwa wanita jauh dibawah laki-laki. Perempuan memiliki potensi yang sama dengan laki-laki dalam menerjuni penempaan ilmu spiritual. bahkan, boleh jadi kaum hawa memiliki potensi yang cukup besar dalam menerima segala ilmu tentang ketuhanan.

Secara naluriah, sebenarnya perempuan mudah menerima ajaran baru. Perempuan lebih mudah dikuasai oleh perasan dan hal itu merupakan bekal yang sangat istimewa dalam memasuki dunia sufi yang oleh banyak kalangan ulama disebut dunia perasaan "dzauqiyyh" ketika ditelusuri dalam kisah-kisah yang disebutkan oleh Ibnul Jauzil, dapat dipahami bahwa ternyata corak tasawuf memang tidak  jauh dari perempuan, naluri alamiah yang tertanam pada diri mereka membuatnya sangat mudah untuk menjadi filsuf. Ada tiga naluri yang paling banyak mewarnai diri mereka, yaitu malu, cinta dan air mata.

Tasawuf malu

Sifat malu memang tidak bisa lepas dari diri wanita, bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa sifat malu yang dimiliki oleh seorang perempuan sangat jauh diatas laki-laki. sifat malu inilah yang  seandainya diarahkan dengan baik maka sosok perempuan akan sangat mudah untuk masuk pada dunia sufi. seorang perempuan bisa mencintai tanpa mengungkapkan, alasannya adalah karena memang perempuan memiliki sifat malu yang cukup besar. Dan inilah sebenarnya hakikat cinta yang sejati yaitu bisa mencintai dengan ikhlas, apalagi jika perempuan bisa mengarahkan cintanya hanya pada sang pencipta, tentu cinta itulah yang akan membawanya pada tingkat yang lebih tinggi.

Ketika menginginkan sesuatu, seorang perempuan biasanya tidak akan langsung mengatakan, mereka lebih memilih jalan menyindir dengan halus, dan inilah yang diterapkan oleh Rabi'ah Al-Adawiyah dalam merayu tuhan dalam Sya'irnya "Jika ibadahku hanya untuk mengharap surgamu, maka bakarlah surga itu dariku, dan jika ibadahku hanya karena takut pada nerakamu, maka bakarlah aku didalamnya. Namun, Jika ibadahku karena rindu padamu, maka jangan Engkau palingkan Wajahmu dari hambamu ini". Permintaannya sederhana, yaitu hanya ingin Bertemu dengan Tuhan yang telah menciptakannya. namun, dengan sifat malu yang dimiliki membuat permintaan yang sederhana itulah yang sulit untuk ditolak oleh tuhannya.

Tasawuf Cinta

Tasawuf cinta adalah kecendrungan sufistik yang sangat populer, tidak hanya dikalangan sufi perempuan. tapi juga dikalangan tokoh-tokoh sufi lelaki. Faktor utama populernya tasawuf cinta ini adalah karena sangat banyak nash Al-Qur'an maupun hadits yang berbicara tentang cinta kepada Allah dan Rasulnya. Selain itu kata "cinta" merupakan Filosofi utama dalam tasawuf Rabi'ah Al-Adawiyah, tokoh sufi perempuan yang paling masyhur sepanjang sejarah.

Cinta Allah lahir dari akar, lalu melahirkan daun, bunga dan buah. Cinta adalah suatu tahap dalam lingkaran pengembaraan batin seorang sufi. "Kenal melahirkan cinta, cinta melahirkan rindu, rindu melahirkan keinginan untuk selalu bersama. selalu bersama melahirkan pengabdian dan keputusan" demikianlah Lubabah meletakkan posisi cinta dalam lingkaran pengembaraan batinnya.

Tasawuf Air mata

Menangis merupakan bentuk ekspresi yang paling lekat pada kaum hawa. Air mata memiliki kekuatan tersendiri, bahkan juga dalam ranah pengembaraan spiritual. Dalam tasawuf perempuan, air mata adalah ekspresi penting dari kesungguhan cinta mereka pada Allah.

Ghufairoh, tokoh sufi dari Bashrah, sehari-hari ia menangis hingga hilang penglihatannya. Tangisan religiusnya itu disebabkan oleh perasaan takut jauh dari Allah. Konon, ada yang menanyainya "Buta apa yang paling buruk?" Ghufairoh menjawab "Terhalang dari Allah sangat buruk. Sedangkan kebutaan hati hingga tidak bisa memahami makna indah dalam perintah-Nya jauh lebih buruk dari yang buruk".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun