Mohon tunggu...
MOH. RIDHO ILAHI ROBBI
MOH. RIDHO ILAHI ROBBI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anda bertemu dengan sebuah tulisan yang dikarang dengan pikiran dan ditulis menggunakan perasaan.

.twitter/Facebook : @riedhotenzhe Instagram : @mohridhoilahirobbi email : riedho.riedha@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keluar dari Zona Nyaman?

11 November 2023   09:25 Diperbarui: 11 November 2023   09:35 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam menjalani kehidupan, manusia akan terus tumbuh dan berkembang. Ketika kecil mungkin kita masih terbata-bata dalam mengucapkan sebuah kata. Namun, lambat laun mulut yang dahulu kaku kini sudah bisa berkata dengan lancar. Hal ini adalah sebuah proses yang dialami oleh manusia.

Seorang anak laki-laki sedang duduk dibangku sekolah dasar memandangi teman-temannya. Hari ini adalah mata Pelajaran IPS yang kebetulan pak Ali, guru IPS SDN Serang tidak masuk karena hujan. Anak laki-laki itu bernama Ilham. Dia tidak ikut bermain dengan teman-teman karena terbersit dalam pikirannya sebuah pertanyaan "Ketika aku lulus nanti, apakah teman-temanku masih akan mengingat diriku? Atau mereka akan sibuk dengan teman barunya, dan aku hanyalah sebatas sosok yang menemani proses mereka saat di Sekolah Dasar?". Ya, Ilham kini sudah menginjak kelas 6 SD, dan sebentar lagi dia akan lulus dan melanjutkan Pendidikan di sekolah menengah pertama.

Tiba-tiba datanglah seorang Guru BK yang memasuki ruangan kelas. Ternyata guru tersebut adalah Pak Rahmat yang diminta oleh pak Ali untuk menggantikannya mengajar dikelas. Pak Rahmat juga menyampaikan pesan Pak Ali kepada Murid bahwa dia sedang terjebak hujan dan tidak bisa berangkat mengajar. Dengan sigap murid-murid kelas 6 duduk rapi dan mendengarkan penjelasan dari pak Rahmat. Pak Rahmat tidak menyuruh murid kelas 6 untuk membuka buku LKS seperti yang biasa dilakukan oleh Pak Ali, karena memang pak Rahmat bukanlah guru IPS melainkan guru BK. Pak Rahmat hanya sekedar mengisi waktu kosong di kelas tersebut agar murid tidak hanya sekedar bermain dan teriak-teriak sehingga menggangu kelas yang lain.

"Kalian sebentar lagi akan menghadapi ujian nasional, nak" ucap Pak Rahmat kepada para murid.

"Kalian juga akan memasuki usia remaja, dan pesan bapak kepada kalian, kejarlah cita-cita kalian, dan keluarlah dari zona nyaman kalian", pak Rahmat melanjutkan perkataannya.

Ilham mengacungkan tangannya dan kemudian bertanya, "Maksud keluar dari zona nyaman itu seperti apa pak?" tanya ilham.

"Maksudnya adalah, bapak ingin kalian Ketika sudah lulus carilah teman sebanyak-banyaknya, dan Ketika kalian tidak suka membaca buku misalnya, kalian harus paksa diri kalian agar tidak malas membaca buku, dan kalian semua tahu anak panah bukan?" tanya pak Rahmat kepada murid kelas.

"Tahu pakk..." Jawab murid-murid dengan kompak.

"tidak-kah kalian tahu bahwa, Anak panah tidak akan mengenai sasaran jika tidak meninggalkan busur. Begitu juga seekor singa tidak akan mendapatkan makanan Ketika hanya menetap di sarangnya, jadi carilah pengalaman sebanyak mungkin agar kalian bisa mempersiapkan diri untuk masa depan kalian"

Dengan agak gemetar, Ilham mengacungkan tangannya lagi, yang kemudian dipersilahkan oleh Pak Rahmat untuk berbicara.

"Mohon maaf sebelumnya bapak, saya tidak sepakat dengan kata jenengan "keluar dari zona nyaman" saya rasa kita semua pasti menginginkan zona nyaman, namun kita ini ketakutan dengan hal baru, apakah dengan hal baru tersebut kita bisa nyaman atau tidak, saya lebih sepakat untuk mengistilahkan argument yang sampeyan jabarkan dengan kata "Memperluas zona nyaman", karena saya rasa kami siswa kelas 6 ini sebentar lagi akan memperluas zona nyaman. Karena Ketika kami lulus dari sekolahan ini, saya rasa kami tidak akan satu sekolahan lagi, bahkan jika ada yang satu sekolah, bisa saja mereka memasuki kelas yang berbeda. Hal ini sama hal nya dengan busur yang bapak jelaskan. Busur itu melesat bukan untuk keluar dari zona nyaman, melainkan ingin memperluas zona nyamannya, atau saya yang jarang membaca buku ini, Ketika belajar membaca buku, bukan berarti saya memaksa diri saya, justru saya sedang mencari kenyamanan dalam membaca buku".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun