Mohon tunggu...
MOH. RIDHO ILAHI ROBBI
MOH. RIDHO ILAHI ROBBI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anda bertemu dengan sebuah tulisan yang dikarang dengan pikiran dan ditulis menggunakan perasaan.

.twitter/Facebook : @riedhotenzhe Instagram : @mohridhoilahirobbi email : riedho.riedha@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

GDP Tinggi = Negara Sejahtera?

4 November 2023   02:47 Diperbarui: 4 November 2023   03:16 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Negara yang memiliki penduduk yang banyak biasanya memiliki GDP yang besar, salah satunya adalah negara kita yakni Indonesia, lantas apakah kita bisa mengatakan Indonesia adalah negara Kaya atau negara Maju? mari kita bahas :

   Salah satu Konsep Pendapatan Nasional adalah GDP atau Gross Domestic Product, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan PDB atau Produk Domestik Bruto, yang artinya adalah jumlah produk yang dihasilkan oleh Unit produksi dalam batas wilayah suatu negara (Domestik) selama periode tertentu dan biasanya dalam waktu satu tahun.

   Secara sederhana GDP adalah nilai suatu barang dan jasa yang diproduksi oleh warga negara (Penduduk lokal) dan warga negara asing yang tinggal di negara tersebut. GDP sendiri bersifat kotor, dalam artian pendapatan yang diperoleh dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk lokal yang berada diluar negeri tidak bisa ikut diperhitungkan. 

    GDP sering dijadikan patokan untuk menentukan kesejahteraan suatu Negara. Pendapat ini membuat pemahaman tentang GDP di kalangan masyarakat menjadi Bias. Untuk memahami GDP kita harus kenali apa itu GDP yang sebenarnya. 

Rumus menghitung GDP:

GDP = C + I + G + (X - M)

Keterangan:

C : Konsumsi pribadi

I : Investasi bisnis

G : Pengeluaran pemerintah

X : Ekspor

M : Impor

   Meskipun GDP seringkali dianggap sebagai indikator perekonomian suatu negara, namun hal ini tidak serta merta dapat dibenarkan, mengingat bahwa dalam menghitung tingkat kesejahteraan negara tidak bisa hanya sekedar berpatokan pada GDP, Ilustrasinya sebagai berikut :

   Katakanlah penduduk Negara Indonesia di tahun 2022 adalah 100 orang, dan GDP Indonesia pada tahun tersebut setelah dihitung adalah 100 juta, namun 90 juta dari GDP Indonesia ternyata hanya dipegang oleh 5 orang saja, dan sisanya 10 juta diputar oleh 95 orang, lantas jika demikian apakah penduduk negara Indonesia bisa dikatan sejahtera? tentu tidak. 

   Jika kita melihat keadaan negara kita tentunya masih jauh dari kata sejahtera, meskipun GDP Indonesia pada tahun 2021 menyentuh angka 1,186 Trilliun USD. Lantas kenapa Indonesia  yang memiliki  GDP Besar tidak bisa dikatakan Negara  sejahtera? hal ini bisa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu penduduk Indonesia yang banyak atau kesenjangan sosial yang tinggi, analogi sederhananya sepebagai berikut :  

 ada dua pemuda si "A" dan si "B" yang membuat kelompok "X" dan katakanlah total penghasilan dua pemuda ini dalam satu tahun menyentuh angka 10 Miliar Rupiah, lalu apakah kita bisa mengatakan si A dan si B ini memiliki kehidupan yang sejahtera? tentu tidak sesederhana itu, karena bisa jadi si A ternyata memiliki 9.999.000.000 atau 99,9% dari total pendapatan dan si B hanya memiliki 1 juta atau 0,01%.

Tingkat kesejahteraan suatu bangsa bisa diukur dengan 8 indikator dibawah ini :

1. Pendapatan.

2. Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga.

3. Keadaan tempat tinggal.

4. Fasilitas tempat tinggal.

5. Kesehatan anggota keluarga.

6. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatann.

7. Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan.

8. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.

   Untuk itu, semoga artikel ini bisa menambah wawasan kita terhadap keadaan negeri tercinta yakni Indonesia, agar kita semua tidak dibodohi dengan angka. Dalam tahun politik seperti sekarang biasanya GDP akan sering kita dengar dan rentan dijadikan sebagai alat politik, namun jika kita bisa mengetahui GDP yang sebenarnya, semoga kita tidak serta merta tergiur dengan angka yang fantastis dalam GDP suatu negara, karena lagi-lagi tingkat kesejahteraan suatu negara tidak bisa hanya diukur menggunakan GDP.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun