Mohon tunggu...
Arief Setyo Widodo
Arief Setyo Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pengetik teks bebas

Yogyakarta, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Gempa Jogja 2006, Agar Selalu "Eling lan Waspada"

27 Mei 2020   17:06 Diperbarui: 27 Mei 2020   17:58 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guncangan gempa bisa jadi tak terasa bagi orang yang berada di dalam mobil yang sedang melaju kencang. Jika kesulitan untuk keluar bangunan, kita bisa mengandalkan meja untuk berlindung. 

Sekarang memang sudah banyak beredar brosur, poster, hingga video tentang panduan menyelamatkan diri saat gempa namun sepertinya akan kesulitan diterapkan jika panik.  

Ketenangan menjadi kunci pada saat dan pasca bencana. Kepanikan dapat memperparah dampak bencana, seperti yang terjadi Jogja diterpa isu tsunami pasca gempa 2006. 

Beberapa kasus kecelakaan terjadi karena ribuan orang berupaya secepat mungkin menuju ke tempat yang lebih tinggi. Kepanikan ini juga dimanfaatkan para maling untuk mencuri barang di rumah yang kosong ditinggal penghuni yang ingin berlindung dari tsunami.

Pengetahuan dan informasi kebencanaan juga merupakan bekal yang harus dimiliki agar dapat mengambil keputusan tepat saat bencana. Sebagai contoh, kepanikan karena isu tsunami setelah gempa Jogja silam diakibatkan minimnya pengetahuan dan informasi. 

Bagaimana mungkin air laut bisa sampai kota Jogja yang memiliki ketinggian 112 mdpl dengan jarak puluhan kilometer dari pantai? Jangkauan tsunami Aceh yang begitu dahsyat saja tak sampai 10 km di daratan, dengan gelombang tertinggi di pantai sekitar 30 m. 

Jadi sangat kecil kemungkinan tsunami sampai kota Jogja. Kemudian yang membuat saya tidak panik saat isu tsunami pada gempa Lombok 2018 adalah karena menurut informasi, pusat gempa berada di darat. Secara teori, kecil kemungkinan gempa tersebut menimbulkan tsunami.

Gempa bumi sebenarnya merupakan peristiwa "biasa" di negeri cincin api. Lempengan bumi yang terus bergerak dan bertumbukan satu sama lain adalah penyebabnya. Indonesia adalah tempat tiga lempeng benua yakni Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. 

Wilayah ini merupakan jalur gempa aktif dengan puluhan gunung berapi aktif. Jadi selain gempa bumi, letusan gunung berapi juga patut diwaspadai. Para penghuni wilayah yang dikenal sebagai cincin api ini memang seharusnya akrab dengan bencana, yakni harus mengenal dan memahami risiko bencana agar kelak dapat meminimalkan dampaknya jika terjadi.

Sampai saat ini, 27 Mei masih diperingati oleh sebagian warga Jogja dan sekitarnya. Tagar #14TahunGempaJogja masuk trending di twitter hari ini. 14 tahun sudah peristiwa tersebut berlalu, nyaris tak ada lagi jejak suram yang tertinggal. 

Namun sepertinya gempa besar itu akan tetap dikenang oleh para penyintas. Peristiwa yang hendaknya menjadikan kita selalu eling lan waspada (ingat dan waspada).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun