Mohon tunggu...
Arief Setyo Widodo
Arief Setyo Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pengetik teks bebas

Yogyakarta, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Semalam di Tanjung (Lombok 7,0)

13 Agustus 2018   13:38 Diperbarui: 13 Agustus 2018   19:21 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jarum jam belum tepat menunjuk angka delapan, beberapa teguk air baru saja saya tuntaskan selepas makan malam. Air dalam gelas yang masih seperempat itu mulai bergetar. Perlahan getaran terasa semakin kuat, sempat terpikir bahwa gempa itu hanyalah gempa susulan kecil biasa.

Tapi karena guncangan terus menerus terjadi dan bahkan bertambah kencang, segera saya lari keluar dari warung menuju jalan raya meninggalkan piring kosong yang belum terbayar. Listrik padam, sementara guncangan semakin kuat. Gelap menyergap ketika bumi masih berguncang, suasana begitu mencekam.

Dalam sekejap kepanikan melanda kota Tanjung, Kabupaten Lombok Utara (KLU). Beberapa orang tampak saling berpegangan, berusaha menguatkan agar tidak tumbang.

Ada dua orang yang sempat memegangi tangan saya. Dari matanya terpancar ketakutan dan kecemasan, seperti perasaan yang kami alami saat itu. Sekitar semenit bumi berguncang, kemudian kembali tenang. Setelah berkumpul dengan teman-teman, kami pun berjalan mencari tempat yang aman. Terminal Tanjung menjadi tempat berlindung sementara, jauh dari bangunan dan tiang listrik.

"Jauhi tiang listrik!" menjadi peringatan yang sering saya dengar malam itu. Mungkin itu sebagai antisipasi jika ada tiang yang jatuh atau kabel putus yang masih beraliran listrik. Karena peringatan itulah saya berusaha untuk tetap berdiri meski sudah berada di tengah jalan dan jauh dari potensi runtuhan bangunan.

Sekadar untuk mengantisipasi kalau ada tiang listrik yang roboh maupun kabel putus. Selain potensi bahaya ambruknya bangunan, tiang listrik dan pohon dapat menjadi ancaman karena bisa roboh akibat guncangan gempa. Kabarnya memang ada tiang listrik yang jatuh di daerah Lombok Timur dan menutup badan jalan.

Posisi saya di jalan raya saat itu belumlah aman karena meski jauh dari bangunan dan pohon, masih ada potensi tertimpa tiang listrik. Namun dalam kondisi darurat, jalan raya menjadi salah satu opsi terbaik sebagai tempat berlindung sementara. Sebelum berlari ke jalan raya, harus dipastikan dulu kalau tidak ada lagi kendaraan yang melintas.

Guncangan gempa bisa jadi tak terasa bagi orang yang berada di dalam mobil yang sedang melaju kencang. Saat gempa susulan besar Kamis lalu, kami di dalam mobil tidak merasakan guncangan. Kami baru tahu kalau ada gempa saat beberapa orang berlarian ke jalan raya menjauhi bangunan. Untung saja jalanan yang kami lewati cukup lebar dan mobil mengambil lajur agak ke tengah sehingga dapat menghindari kerumunan yang berlari ke arah jalan raya.    

Kawasan perbukitan rawan longsor juga patut diwaspadai saat gempa. Beberapa titik di daerah Lombok Utara dan Lombok Timur longsor saat terjadi tiga gempa besar (di atas 6 SR) dalam dua minggu terakhir. Saat gempa Kamis lalu jalan raya Pusuk yang menjadi jalur utama distribusi bantuan ke KLU sempat terputus karena longsoran bukit menutup badan jalan.

Belum pulih dari kepanikan akibat gempa, isu tsunami pun menerjang. "Air naik, air naik!!", teriak beberapa orang dari arah jalan raya. Warga pun berbondong-bondong menuju ke daerah perbukitan tak jauh dari pusat kota.

Posisi kota Tanjung hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari pantai, jadi wajar jika mereka sangat khawatir terhadap tsunami. Kejadian yang sama seperti saat gempa Jogja 2006 silam. Isu tsunami menimbulkan kepanikan yang lebih besar, gelombang besar pegungsi bergerak menuju ke tempat tinggi. Kepanikan ini dapat dimanfaatkan maling untuk menjarah rumah yang ditinggalkan penghuninya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun