Mohon tunggu...
Dodi Putra Tanjung
Dodi Putra Tanjung Mohon Tunggu... Relawan - Penggiat Sosial

Penggiat Sosial, Relawan dan Pemerhati Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemerintah Pusat Kurang Siap Hadapi Serangan Globalisasi yang Mengakibatkan Abrasi Kebangsaan, Ini Kata Yudha Putra Alumni Taplai Lemhannas RI

25 Juli 2024   06:44 Diperbarui: 25 Juli 2024   06:51 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : Dokpri DPT

DPD Ikatan Alumni Lemhannas RI (IKAL) Provinsi Sumatera Barat gelar Musda ke I. Kegiatan Musda ini dalam rangka memilih ketua dan pengurus baru periode 2024-2029, digelar di Hotel Truntum Padang, Rabu/24 Juli 2024.

Peserta dari Musda ke I DPD IKAL Sumbar ini adalah alumni berbagai angkatan, yakni, Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) , Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) , Program Pemantapan Pimpinan Daerah Angkatan (P3DA) dan Pemantapan Nilai Kebangsaan (Taplai). 

Selain agenda pemilihan ketua dan pengurus baru, salah satu rangkaian kegiatan adalah seminar kebangsaan yang bertajuk "IKAL Lemhannas Sebagai Katalisator Keutuhan Bangsa, Memperkuat Budaya Lokal Untuk Mengatasi Abrasi Kebangsaan". Hadir pada kegiatan Musda IKAL Sumbar ke I tersebut adalah Prof, Dr, Ir, Reni Mayerni, MP yang menjabat sebagai Deputi Pengkajian Strategik Lemhanas RI yang mewakili Plt Gubernur Lemhannas RI. 

Terkait Abrasi Kebangsaan, Yudha Putra, peserta Musda yang mewakili alumni TAPLAI yang juga ketua Pimpinan Daerah Pemuda Panca Marga (PD PPM) Provinsi Sumatera Barat berpendapat, bahwa banyak hal yang menyebabkan terjadinya "abrasi Kebangsaan", berkurangnya rasa nasionalisme, generasi muda yang tidak memiliki wawasan kebangsaan, serta lebih memuja produk luar daripada produk lokal. 

Maraknya judi online dimana perputaran uang lebih banyak ke luar negeri menguntungkan para pengusaha judi internasional. Masuknya narkoba dari luar negeri yang menjadikan Indonesia sebagai target pasar, lalu barang-barang import yang mengalahkan produk lokal. Kemudia budaya asing, seperti K-Pop, yang membuat generasi muda abaikan budaya bangsanya sendiri. "Semua itu tentu mempengaruhi pola sikap dan mental generasi muda Indonesia", kata Yudha. 

Yudha juga menyebut, menyangkut jiwa nasionalisme, generasi muda Indonesia seperti kehilangan arah dan pedoman, berbeda dengan generasi tahun 70 dan 80-an, dimana pola dan sistem pendidikan dasar dan menengah masih mengedepankan sejarah perjuangan bangsa, dari melawan penjajah sampai merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Termasuk kisah-kisah heroik para pejuang dan para pahlawan, yang selalu jadi bacaan sehari-hari generasi bangsa pada era itu. 

Kemudian juga pelajaran moral, adab dan etika, pelajaran pancasila dan wawasan kebangsaan di tiap tingkat pendidikan. 

"Namun paska Reformasi, semua berubah drastis, yang baik-baik pada masa sebelum Reformasi dihilangkan, dan digantikan metode baru sesuai kebutuhan elit politik, yang pada akhirnya sistem baru tersebut juga merubah paradigma dan cara pandang generasi muda Indonesia setelah Reformasi bergulir ", jelas Yudha. 

Saat ini, Indonesia berhadapan dengan berbagai pengaruh dan serangan yang mensasar generasi muda sebagai penerus perjuangan bangsa. Dunia medsos, atau dunia digital saat ini begitu mudah mengakses beragam informasi. Dan penerima manfaat dari kemajuan teknologi ini mayoritas adalah generasi muda yang rentan terhadap berbagai pengaruh. 

Dulu, di zaman saya kecil, kata yudha, untuk mengakses film porno itu adalah sesuatu yang tabu dan sulit. "Sekarang hanya bermodal HP, informasi tentang pornografi itu sangat mudah di akses generasi muda, bahkan tidak perlu di cari situs tersebut akan muncul di platform media sosial seperti Facebook, Instagram atau tik tok, dan ini tentu berpengaruh negatif pada anak-anak kita", ungkapnya. 

"Nah, ini adalah pengaruh globalisasi, terhadap dampak negatif tekhnologi, budaya dan informasi ini tentu sebuah tanggung jawab bagi negara untuk menghadang dan mengaturnya. Dimana peran kementerian terkait?, kenapa situs judi online, situs pornografi, dan hal lainnya tidak di berantas sejak awal oleh pemerintah pusat dan kementerian terkait, kenapa ketika sudah menjadi penyakit yang parah baru krasak-krusuk, seperti kurang siap pemerintah menghadapi pengaruh tersebut", beber Yudha. 

Memang, saat ini bukan lagi saling menyalahkan, nasib bangsa ini terletak di tangan seluruh rakyat Indonesia. Tentu peran serta semua elemen bangsa sangat penting untuk saling bersinergi membendung semua pengaruh negatif baik dari dalam maupun luar negeri, walau tentu tanggung jawab utama berada di tangan pemerintah pusat. 

Yudha berharap, dengan terpilihnya ketua dan pengurus baru DPD IKAL Sumatera Barat, bisa menjadi katalisator dan wadah diskusi untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara. "Kita berharap, ketua dan pengurus DPD IKAL Sumbar ke depan bisa menjadi wadah koordinasi dan komunikasi mencarikan solusi terhadap persoalan bangsa, terutama persoalan yang terjadi dimana IKAL ini berada, dan kita harapkan ketua dan pengurus terpilih nantinya bisa menyiapkan program yang bermanfaat bagi bangsa dan negara, bersinergi mewujudkan generasi muda Sumatera Barat yang memiliki kepribadian dan nilai-nilai kejuangan yang besar, seperti nenek moyang orang Minangkabau di masa lalu", harap Yudha. 

"Kami selaku alumni Taplai Lemhannas RI, sekaligus Pimpinan Daerah Pemuda Panca Marga (PPM) Provinsi Sumatera Barat siap bersinergi dan mendukung program DPD IKAL Sumbar, siap mendukung pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk berkontribusi menjaga generasi muda Indonesia sebagai pelanjut estafet perjuangan bangsa, menciptakan generasi muda yang berwawasan kebangsaan dan memiliki jiwa nasionalisme untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara", tutup Yudha. 

Editor : Dodi Putra Tanjung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun