Mohon tunggu...
Dodi Putra Tanjung
Dodi Putra Tanjung Mohon Tunggu... Relawan - Penggiat Sosial

Penggiat Sosial, Relawan dan Pemerhati Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Berpolitik Jangan Baper!

23 Desember 2023   17:11 Diperbarui: 23 Desember 2023   18:07 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Oleh: Dodi Putra Tanjung

Dunia politik memang keras. Orang-orang yang mengarunginya tidak boleh baperan (membawa segala sesuatu kedalam perasaan). Dibutuhkan jiwa yang besar, pikiran yang tajam, dan kedewasaan politik. Dalam politik, diperlukan juga sebongkah hati yang siap tersakiti, siap ngenes, siap terbakar dan siap juga merendah.

Hari ini kita disuguhkan narasi etik dalam kontestasi politik menjelang 2024. Kadang para politikus atau mereka yang memperebutkan kekuasaan memang tidak memiliki etik. Begitulah budaya politik. 

Etik adalah kumpulan asas atau nilai yang berkaitan dengan akhlak dan juga nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Benar dan salah selalu di pandang sesuai sudut yang memandangnya.

Dulu Gibran dijadikan walikota oleh Megawati dengan PDIP-nya. Sekarang tega melukai hati PDIP dengan menjadi cawapres partai lain. Padahal PDIP sendiri sudah punya pasangan yang diusungnya. Jokowi sebagai presiden yang mesti netral dan lebih dulu diorbitkan Mega bukannya mencegah nafsu anaknya, tapi malah terkesan memberi karpet merah. Padahal Gibran masih menjabat walikota.

Dulu Nasdem pendukung berat Jokowi, sehingga apapun yang berhubungan dengan Nasdem dan Paloh sangat dibenci, bahkan stasiun Televisi milik Paloh pun akan di boikot, tapi sekarang kondisi berbeda. Begitupun PKB, bagian dari Rezim Jokowi.

Musim kampanye sedang berjalan, jangan lupa perhelatan Pilpres yang berlalu. Kita ingat, bahwa Prabowo dua kali menjadi lawan politiknya Jokowi dalam pilpres, sekarang cawapresnya Prabowo adalah anak sulungnya Jokowi. 

Mahfud MD pernah masuk jadi tim pemenangan Prabowo, sekarang jadi cawapresnya Ganjar dengan lawan politik Prabowo. 

Anies Baswedan pernah satu kubu dengan Jokowi, dan pernah juga satu kubu dengan Prabowo, sekarang jadi lawan politik dari keduanya.

Serangan Anis ke Prabowo berkaitan dengan putusan MKMK diserang balik oleh kubu Prabowo. Katanya, Anis tidak memiliki etik. Dulu dipromosikaan dan dibiayai sebagai gubernur, sekarang berlawan dengan Prabowo, menyerangnya pula saat debat. 

Sandiaga Uno, di pilpres 2019 menjadi cawapresnya Prabowo dan lawan politiknya adalah Jokowi yang didukung kubu PDIP. Sekarang  Sandiaga Uno memihak kubu PDIP, yang lawan politiknya adalah Prabowo dan putra sulungnya Jokowi. 

Gibran, Anis, Sandiaga dan yang lainnya tentu punya dalil sendiri untuk membenarkan langkah politiknya. Para politikus kutu loncat tak kalah dalam dunia per-etikan. Hari ini partai merah, besok bisa jadi hijau, biru, kuning atau pink. Tidak sekedar pindah partai, tapi kadang mereka saling menjelekkan dan saling menyerang. 

Begitupun para tim pemenangan para capres, mereka punya hubungan latar latar belakang yang berkaitan, artinya mereka saling mengenal, bahkan ada yang bersahabat baik. 

Benar, dalam politik tak ada kawan dan lawan abadi, yang abadi adalah Kepentingan semata. 

Everything is just a game, karena itu enjoy saja, nikmati saja dinamikanya. Tak perlu musuhi kawan & kerabat yang berbeda pilihan Capresnya.

Para elit politik itu bisa gonta-ganti pasangan politik. Mereka yang tadinya musuh bisa jadi kawan atau sebaliknya.

Sementara kita bukannya menambah pahala, justru memperbayak dosa, sudah  terlanjur tebar fitnah, saling  ghibah, caci maki, menghina, saling umbar permusuhan & memutus persahabatan, bahkan persaudaraan, demi junjungan politisi yang nanti seusai Pilpres mereka kongkow-kongkow bareng di balik panggung. Berbagi kue kekuasaan, mereka dapat kekuasaan, kita kehilangan persahabatan.

Pemilu 2019 dapat dijadikan pelajaran. Betapa sengitnya persaingan Jokowi dan Prabowo, seolah-olah akan terjadi perang dunia ketiga. Pemilu usai mereka berpelukan dan menikmati kue kekuasaan bersama. Pendukug gigit jari. Dimana etik mereka selipkan sehingga masyarakat di bawah hanya bisa bengong. Begitulah dunia politik. Tidak ada kawan dan lawan abadi. Yang ada hanya Kepentingan. 

Jadi, jangan berharap banyak ada etik dalam dunia politik. Jangan juga baperan melihat suguhan mereka yang sedang memperebutkan kursi empuk kekuasaan. Mendukung boleh, tapi tetap waras.

Ingatlah, kalau hidupmu susah, yang akan menolongmu itu bukan para elit politik diatas sana, tapi kawanmu, tetanggamu, dan saudaramu.

Tak perlu ikut-ikutan Share berita Hoax, video editan, ujaran kebencian, narasi provokasi yang menjelekkan para pasangan Capres Cawapres yang bukan pilihan kita, karena bisa saja setelah pesta usai mereka para Capres Cawapres dan Tim Sukses mereka masing-masing akan saling berpelukan  dan ngopi bareng sembari menghitung laba rugi. 

Jadiii, sebaiknya kita warga negara biasa,.hayo.. biasa-biasa saja.. santai saja... tetap jalin persahabatan dan persaudaraan dengan tetangga, kawan, sahabat apalagi saudara kita.

Pilihan boleh beda, tapi jangan korbankan persahabatan dan persaudaraan kita. Tetap jaga silaturahmi, persaudaraan dan persahabatan. 2014 dan 2019 sudah berlalu, masa iya 2024 pola dan gaya masih sama seperti era Kampret Cebong, ayo move on dong. 

Mendukung cukup pakai hati saja, jangan pakai jiwa, kalau seandainya kalah, hanya sakit hati bukan sakit jiwa. 

Satu lagi, jangan rusak ukhuwah islamiyah atau hubungan baik antar sesama warga masyarakat hanya karena beda pilihan Capres, "gunakan akal sehat, jangan dungu", begitu kata Rocky Gerung. Politik sekali 5 tahun, silaturahmi selamanya.

Mari kita sambut dan meriahkan Pemilu damai, Pemilu yang riang gembira, pilihan boleh berbeda, persatuan dan persaudaraan tetap dijaga. Hiduplah Indonesia Raya. (*) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun