Mohon tunggu...
Dodi Putra Tanjung
Dodi Putra Tanjung Mohon Tunggu... Relawan - Penggiat Sosial

Penggiat Sosial, Relawan dan Pemerhati Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pabrik Indarung I, Warisan Sejarah Yang Terabaikan

13 Maret 2022   01:57 Diperbarui: 13 Maret 2022   16:22 1261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
[caption caption="Kegiatan Workshop dan Seni di bekas Pabrik Semen Indarung I di Padang. (Foto: Edhie Rossa)"]

Pabrik Semen Indarung I, begitu masyarakat sekitar menyebut Pabrik yang dibangun dan didirikan oleh Belanda pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM), yang merupakan pabrik semen pertama di Indonesia, yang berlokasi di Kelurahan Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang, (Ini kampungku bro), kemudian pada tanggal 5 Juli 1958 pabrik ini dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dari Pemerintah Belanda, dan akhirnya berganti nama menjadi Pabrik Indarung I PN Semen Padang.Pabrik ini menyimpan berjuta kisah kehidupan bagi masyarakat Indarung dan sekitarnya, betapa tidak, para nenek dan mamak-mamak kami termasuk juga orang tua kami bekerja menggantungkan hidup di pabrik ini, ada yang sebagai karyawan tetap, dan banyak sebagai buruh harian lepas, andema, begitu mereka disebut.

Awal beroperasi, berbagai etnis berkumpul di pabrik ini, mulai dari orang belanda, China, Nias, Jawa, Batak, bercampur baur dengan masyarakat lokal, dan pada masa itu kurun 1910 sampai 1950-an orang-orang Eropa dan China masih berseliweran di kampungku ini, keren kan ?, artinya sejak jaman dulu kami sudah terbiasa berinteraksi dengan orang luar.

Banyak hal unik dan menarik dari pabrik ini, mulai dari struktur bangunan yang eropa banget, lalu mesin-mesin besar kuno produksi Jerman dan Belanda, ditambah cerita mistis yang mengiringinya. Ya maklum saja namanya pabrik tua peninggalan Belanda sudah pastilah banyak cerita menarik disana. Termasuk cara kerja karyawan yang masih manual, yang memang mengandalkan fisik untuk mengoperasikan pabrik tersebut.

Bahkan menurut cerita dari mamak-mamak kami, pabrik semen Indarung I ini menghasilkan semen terbaik yang digunakan membangun negeri Belanda dan beberapa bangunan di Eropa. Dan pada masa kejayaannya, produksi semen dari pabrik ini juga yang digunakan membangun banyak proyek besar di negara ini pada awal Pemerintahan Presiden Soekarno, hasil produksi pabrik semen Indarung I digunakan untuk membangun berbagai proyek mercusuar nasional. Seperti sejumlah proyek pada awal tahun '60-an antara lain : Monumen Nasional (Monas), Jembatan Semanggi, Gedung DPR/MPR Senayan dan Hotel Indonesia. Lalu, Jembatan Ampera yang melintasi Sungai Musi di Palembang. PLTA Sigura-gura (Sumatera Utara), PLTA Batang Agam, Maninjau, Singkarak dan Koto Panjang di Sumatera Barat serta Riau. Bahkan juga digunakan negara tetangga seperti Singapura dengan WTC-nya. Pabrik ini juga yang menjadi pendongkrak popularitas dari PT Semen Padang.

Namun, keberadaan dan fungsi pabrik ini hanya berlangsung sampai pertengahan tahun 90-an, seiring usia yang sudah tua, suku cadang yang tidak tersedia, ditambah dengan di bangun beberapa pabrik baru dengan teknologi baru dan kapasitas yang lebih besar, sehingga akhirnya pabrik ini memasuki masa pensiun. Tetapi walau sudah tidak aktif lagi, kisah dan kemegahan masa lalu masih tergambar di pabrik itu. Sering dijadikan objek photo bagi peminat photography, bahkan pernah beberapa kali digelar Festival kebudayaan di lokasi pabrik tersebut yang digagas oleh para seniman lokal dan nasional.

Tetapi, ada satu hal yang sangat memprihatinkan terhadap pabrik tua itu, paska tidak beroperasi lagi pabrik itu tidak lagi diperhatikan secara khusus, barang-barang pabrik banyak yang hilang dijarah oknum yang tidak bertanggung jawab, bangunannya dirusak, mesin-mesin tua dipreteli dan jadi barang rongsokan, akhirnya dijadikan barang kiloan. Lorong-lorong bawah tanah banyak yang tertimbun, bangunan bertingkat tak bisa lagi dimasuki karena tangga yang terbuat dari besi sudah keropos dan bahkan ada yang hilang entah kemana. Pengamanan terhadap pabrik ini sangat minim, sehingga ini yang memudahkan para penjarah dan pencuri beraksi dengan mudah.

Sekian tahun berlalu, sampai saat ini kondisi pabrik tua ini semakin memprihatinkan, bangunan yang tertinggal ibarat "tulang belulang" saja. Tidak ada perhatian serius pada si Tua Bangka ini, meski dulu dia terlihat megah dan membuat banyak orang bisa hidup mewah. Pihak terkait membiarkan saja, seolah tak lagi mengingat sejarah panjang yang dilalui pabrik itu seiring terbentuknya Republik ini.

Tapi tetap setiap masa akan selalu muncul orang-orang yang peduli, Indarung Heritage Society dan Masyarakat Budaya Indarung namanya, beranggotakan sekumpulan anak muda penggiat budaya yang lahir di Indarung namun besar di perantauan. Berkolaborasi dengan saudara-saudara mereka yang menetap di Indarung, bersama Ikatan Pemuda Karya Indarung dan sekitarnya (IPKIS), mereka melakukan sebuah gerakan untuk menyelamatkan dan menjaga pabrik tua Indarung I ini agar tidak melapuk dan hilang dari sejarah. Diawali dengan menggelar event kebudayaan di pabrik tersebut sebagai ajang publikasi agar para pihak ingat bahwa pabrik itu masih ada sebagai bagian sejarah masa lalu untuk generasi hari ini dan masa depan.

Lalu diiringi melakukan Fokus Grup Diskusi menghadirkan para pihak yang berkompeten dalam pelestarian sejarah dan budaya, yang akhirnya didapat kesimpulan bahwa pabrik Indarung I Semen Padang peninggalan Belanda ini wajib diselamatkan dengan menjadikannya sebagai Situs Cagar Budaya warisan sejarah bangsa. Yang diharapkan ketika rencana baik ini terlaksana tentu akan membuat Kota Padang Sumatera Barat akan lebih dikenal lagi, apalagi kalau pabrik ini menjadi Situs Warisan Dunia !. Betapa banyak nantinya wisatawan dan pengggiat budaya akan berkunjung ke pabrik ini, berapa banyak lapangan pekerjaan yang akan terbuka bagi masyarakat lokal, dan tentu akan menjadi pemasukan juga bagi pemerintah daerah.

Namun memang jalan menuju ke arah itu tidak mudah, walau juga tidak sulit-sulit amat sebetulnya, karena rukun dan syarat menjadikan pabrik itu sebagai situs cagar budaya  sudah terpenuhi semuanya. Sesuai Undang No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, untuk mengusulkan bangunan tersebut menjadi bangunan cagar budaya, harus diperhatikan kriteria pada Pasal 5 UU Cagar Budaya, sebagai berikut,  berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih, mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun, dan  memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan. Nah , Pabrik Indarung I ini bahkan sudah melewati kriteria diatas. Tinggal membangun sebuah kesadaran saja dari para pihak terkait untuk menjadikan pabrik itu sebagai warisan sejarah yang harus diperhatikan dan dikelola dengan baik agar tidak hilang ditelan masa, selesai barang tu.

Minggu, 13 Maret 2022
Di sudut Indarung.
DPTanjung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun