Sejak awal April 2021, dunia dikejutkan dengan meledaknya kembali (second wave) kasus COVID-19 di India yang membuat pelayanan kesehatan kewalahan terutama dengan kurangnya pasokan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh pasien COVID-19. Dilaporkan kasus harian COVID-19 di India mencapai rekor tertinggi yaitu 401.993 kasus dengan 3.523 kasus meninggal (Kompas.com, 1/5/2021). Berbagai laporan menyebutkan bahwa varian virus SARS-CoV-2 yang bersirkulasi dan menyebar di India saat ini adalah varian B.1.617. Varian ini yang sebenarnya sudah terdeteksi pada awal tahun 2021 di India. Saat ini, lebih dari 17 negara sudah melaporkan genom varian B.1.617 ke GISAID (Global Initiative on Sharing All Influenza Data, www.gisaid.org). Disamping itu, beberapa turunan varian ini sudah teridentifikasi sedikit berbeda karakterisasi mutasinya termasuk varian B.1.617.1, B.1.617.2, dan B.1.617.3. Varian B.1.617 ini memiliki karakterisasi mutasi yang termasuk L452R, P681R, E484Q, D111D, G142D, dan D614G dalam protein spike (protein S) dimana Receptor Binding Domain berada. Sebagai contoh, mutasi L452R menunjukan terjadinya perubahan asam amino pada posisi 542 dari leucine (L) yang bersifat hydrophobic menjadi arginine (R) yang bersifat polar. Perubahan genetik tersebut dilaporkan menyebabkan virus SARS-CoV-2 mempunyai kemampuan untuk menyebar lebih baik dan juga menurunkan kemampuan ikatan dari antibodi yang berasal dari vaksin maupun infeksi sebelumnya.
Virus SARS-CoV-2 merupakan virus zoonosis yang dapat berpindah (spillover) dari hewan ke manusia. Virus ini adalah jenis virus RNA (virus single-stranded) dengan ukuran genomnya  sekitar 30 kb  dan terdiri dari protein-protein non sktruktural (open reading frame) dan empat protein struktural yaitu protein spike (S), envelope (E), membrane (M) dan nucleocapsid (N). Sejak virus COVID-19 pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir tahun 2019, sudah banyak dilaporkan kemunculan varian-varian dari virus COVID-19 di Dunia. WHO membuat dua kategori varian SARS-CoV-2 yang beredar saat ini yaitu variants of interest (VOI) dan variants of concern (VOC).
VOI adalah varian dari virus SARS-CoV-2 dengan penanda genetik spesifik yang dihubungkan dengan terjadinya perubahan pada pengikatan reseptor, pengurangan kemampuan netralisasi antibodi yang dihasilkan oleh vaksinasi maupun infeksi COVID-19 sebelumnya, pengurangan kemanjuran  pengobatan, dan mempunyai potensi terhadap test diagnostik, serta peningkatan prediksi dalam penularan serta keparahan dari penyakitnya.
Berikut adalah daftar VOI beserta asal negara dan waktu terdeteksi/dilaporkan pertama kali:
- B.1.525 (Inggris dan Nigeria, Desember 2020)
- B.1.427/B.1.429 (Amerika Serikat, Juni 2020)
- B.1.1.28.2 atau P2 (Brazil, April 2020)
- B.1.1.28.3 atau P3 (Filipina dan Jepang, Februari 2021)
- B.1526 dengan E484K atau S477N (Amerika Serikat, November 2020)
- B.1.616 (Prancis, Januari 2021)
Sedangkan VOC adalah varian SARS-CoV-2 yang telah menunjukkan bukti peningkatan penularan, penyakit yang lebih parah, penurunan secara signifikan dalam netralisasi oleh antibodi yang dihasilkan oleh infeksi COVID-19 maupun vaksinasi sebelumnya, penurunan efektivitas pengobatan atau vaksin serta kegagalan dalam deteksi diagnostik.
Berikut adalah daftar VOC beserta asal negara dan waktu terdeteksi/dilaporkan pertama kali:
- B.1.1.7 (Inggris, September 2020)
- B.1.351 (Afrika selatan, Agustus 2020)
- B.1.1.28.1 atau P.1 (Brazil dan Jepang, Desember 2020)
- B.1.617 (India, Oktober 2020) [Kompas.com 11/05/2021]
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan menyampaikan bahwa beberapa varian virus SARS-CoV-2 yang masuk dalam kategori VOI dan VOC sudah terdeteksi seperti Varian B.1.1.7 (Inggris), B.1.617 (India) dan B.1.351 (Afrika Selatan) (Kompas.com, 4 Mei 2021). Varian B.1.617 telah ditemukan pada dua kasus positif COVID-19 di Jakarta, sedangkan varian B.1.351 ditemukan satu kasus di Bali. Varian B.1.1.7 sudah ditemukan pada 13 kasus positif COVID-19 di Indonesia (Kompas.com, 4 Mei 2021). Untuk itu, kita bersama-sama baik pemerintah dan masyarakat berupaya untuk menekan penyebaran lebih jauh dari varian tersebut di Indonesia. Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional menyampaikan upaya 3T yaitu tindakan melakukan tes COVID-19 (testing), penelusuran kontak erat (tracing), dan tindak lanjut berupa perawatan pada pasien COVID-19 (treatment) adalah salah satu upaya utama penanganan COVID-19. Selain itu, kita tetap harus disiplin menerapkan 3M yaitu memakai masker dengan benar, menjaga jarak dan hindari kerumunan, mencuci tangan pakai sabun dengan rutin. (Dodi Safari, 4 Mei 2021).
Referensi Utama:
4. https://www.nationalgeographic.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H