Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apus Ageung: Magnum Opus Sang Kandiawan

23 Januari 2025   09:52 Diperbarui: 23 Januari 2025   10:12 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam naskah Pangeran Wangsakerta, Resi Guru Manikmaya dianggap telah menghasilkan suatu kitab penting yang diberi nama Pustaka Ratuning Bala Sarewu (Buku Raja Seribu Tentara). Suatu kitab yang nantinya menjadi paririmbon tentang bagaimana membangun suatu kekuasaan kerajaan yang kokoh dengan peranan militer yang kuat. Kini jejak nama Kendan masih terekam menyisakan nama Desa Nagreg Kendan sebagai bagian dari Kecamatan Nagreg di Kabupaten Bandung. Suatu wilayah paling Timur dari kawasan Bandung Raya yang berbatasan dengan Kabupaten Garut. Suatu jalur lintasan utama yang harus dilewati untuk bisa menghantarkan seseorang pergi menuju ke kawasan Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Banjar Patroman, dan kawasan Timur Pulau Jawa lainnya.

Adapun berkenaan dengan Rajaputra dan Sang Kandiawan, Atja dan Ayatrohaedi dalam Nagarakretabhumi 1.5 (1989) memberikan keterangan:

Sang Manikmaya berputera beberapa orang. Salah seorang di antaranya ialah Rajaputra Suraliman. Ia diangkat menjadi panglima angkatan bersenjata Tarumanagara. la kerapkali dikirim sebagal duta ke negeri Cina (NKB I. 1 : 106).

Suraliman beristerikan seorang puteri Bakulapura, keturunan Sang Kudungga. la berputera 2 orang. Yang laki-laki bernama Sang Kandhiawan, bergelar Sang Rajarsi Dewaraja atau Sang Layuwatang. Adiknya, seorang wanita, bernama Sang Kandhiawati bersuamikan seorang saudagar dari Swarnabhuml (Sumatera). la tinggal bersama suaminya di sana.

Sang Suraliman memerintah selama 29 tahun, dari tahun 490 Saka hingga 519 Saka (568/9-597/8 Masehi). Digantikan oleh Sang Kandhiawan, sebagal ratu di Medangjati atau Medanggana. Ia berkuasa 15 tahun lamanya. Sang Kandhiawan, yang juga bergelar Bhatara Wisnu, berputera beberapa orang. Salah seorang puteranya ialah Sang Wrettikandayun. la menggantikannya sebagal ratu di Galuh. Selanjutnya ia menjadl rajarsi di Mesir. Sang Writtkandayun dinobatkan menjadi ratu Galuh pada tanggal 14 suklapaksa (paro-terang), Caltra-masa (Maret-April) tahun 534 Saka (612 Masehl). la berkuasa selama 90 tahun (NKB I. 1 : 109).

Sang Kandiawan, cucu sang Resi Guru Manikmaya inilah sang penulis Sanghyang Watang Ageung. Nama kitab ini juga terdapat pada naskah Para Putera Rama dan Rawana dan Bujangga Manik, tetapi dengan kata lain yaitu Apus Ageung:

Saa(ng)geus nyaur sakitu, dicokot ka(m)pek karancang, dieusian apus ageung, dihurun deung Siksaguru. Iteuk aing pancasirah, sapeeut hoe walatung. 

"Setelah berkata-kata, diambilnya tas kampek karancang, diletakkan kitab agung ke dalamnya, bersama dengan Siksaguru. Tongkat milikku berkepala lima, cambukku dari rotan walatung (Wibisana, 2000)."

Watang (Ageung) adalah kitab agung atau sejenis teks suci atau teks keagamaan yang dalam cerita Para Putera Rama dan Rawana menjelma menjadi anak bernama Puspalawa dengan kekuatan sihir Hayam Canggong (bait 422,455,503) (Noorduyn, 2009:545 dalam Heryana, 2014). Sayanganya, menurut Heryana (2014), uraian lebih lanjut mengenai kitab suci Sanghiyang Watang Ageung tidak diketahui, kecuali penulisnya yaitu Sang Kandiawan atau Sang Layuwatang. Di samping itu, beberapa naskah pun hanya mencantumkan namanya saja (Heryana, 2014).

Secara etimologis, watang dalam bahasa Sunda berarti batang, sementara apus adalah nama jenis bambu. Nampaknya tradisi menulis di atas batang bambu apus tidak asing dalam tradisi Sunda. Adapun bambu sebagai media untuk menulis sendiri, menurut laman Universitas Yale dalam Bamboo Slips with Writing (Zhujian) in Qin Seal script (Qinzhuan), merupakan salah satu media penulisan utama di Tiongkok, jenis buku yang paling awal, dan berusia hampir dua ribu tahun, serta lebih tahan lama. Keunggulan bambu dibandingkan kayu adalah kelenturannya, tahan banting, permukaannya yang halus, dan bobotnya yang ringan.

Secara kelakar kata, karta apus ageung yang berarti kitab agung semakna dengan magnum opus dalam tradisi Barat. Hanya saja kita masih harus menanti para ahli menemukan Apus Ageung, magnum opus Sang Kandiawan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun