Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Los Angeles: Megapolitan yang Bersejarahkan Sebuah Pohon

14 Januari 2025   12:07 Diperbarui: 14 Januari 2025   12:07 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar pohon "El Aliso" yang terkenal yang berdiri di tengah-tengah desa Tongva di Yaanga (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)


Firenado, sebuah film yang rilis tahun 2023, bercerita tentang ilmuwan yang menemukan teknologi terobosan yang mampu mengendalikan cuaca. Suatu kesalahan terjadi maka lahirlah bencana tornado api. Film ini nampaknya terinspirasi oleh bencana yang menimpa kawasan Carr, California AS pad atahun 2018. "Pusaran api yang dihasilkan oleh api yang merusak - aliran besar yang naik, berputar, asap, abu, dan api - yang mencapai ketinggian 17.000 kaki di atas bumi, mempercepat musibah kebakaran Carr yang menewaskan delapan orang dan menghancurkan wilayah yang luas di wilayah Redding, California pada bulan Juli 2018. Pusaran angin, fenomena atmosfer yang jarang teramati, berputar dengan kekuatan tornado kelas tiga, yang membuatnya dinamai Firenado," ungkap Mike Wolterbeek di Nevada Today. Fenomena firenado disebut juga pyrovortex (pusaran api) atau pyrotornado (tornado api) sebagaimana tulisan Neil P. Lareau dkk (2022) dalam Fire-Generated Tornadic Vortices.  

Istilah firenado kembali banyak disebut dalam kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla; Ing.  Wildfire) di beberapa kawasan Los Angeles (LA), khususnya kawasan Pacific Palisades, sejak 7 Januari lalu dengan taksiran kerugian mendekati 1000 triliun. Apa yang menyebabkan kebakaran sehebat ini?

Perubahan iklim. California, menurut Grace Toohey di Los Angeles Time, memasuki bulan keempat dari musim hujan yang biasanya terjadi, tetapi di Southland, lanskap mulai menunjukkan tanda-tanda kekeringan. Los Angeles termasuk kawasan selatan California. Terakhir kalinya Los Angeles mencatat curah hujan lebih dari sepersepuluh inci -- ambang batas yang biasanya dianggap berguna untuk tanaman yang kehausan dan mengurangi risiko kebakaran -- adalah pada tanggal 5 Mei. Sementara itu, pusat kota hanya menerima 0,13 inci. Padahal musim hujan di California dapat berlangsung dari bulan Oktober hingga April, meskipun sebagian besar curah hujan terjadi dari bulan Desember hingga Februari. Inilah yang dampak dari perubahan iklim.

Lalu mengapa karhutla ini bisa menjadi begitu dahsyat?

Beberapa ahli menyebut adanya fenomena awan Cumulonimbus Flammagenitus (CbFg) atau juga disebut awan pyrocumulonimbus, yaitu jenis awan cumulonimbus yang terbentuk di atas sumber panas, seperti kebakaran, ledakan nuklir, atau letusan gunung berapi. Awalan "pyro" digunakan dalam penamaan awan ini yang berarti api dalam bahasa Yunani. Awan Pyrocumulonimbus (PyroCb), menurut laporan Royal Meteorological Society, dilaporkan terjadi selama kebakaran hutan di Australia pada akhir 2019/awal 2020, dan sejumlah awan baru-baru ini teramati di Siberia saat terjadi gelombang panas Kutub Utara. Kebakaran hutan yang hebat ini mencapai suhu di atas 800C dan pada dasarnya dapat menciptakan sistem cuaca mereka sendiri. Kebakaran hutan di LA sendiri diberitakan mencapai panas 1400 derajat. Sangat panas!

Dalam kasus kebakaran di Los Angeles, saat api membakar lahan seluas berhektar-hektar, api menciptakan cuacanya sendiri dalam bentuk awan pyrocumulonimbus. Awan ini dapat menciptakan angin tak menentu yang mengobarkan api, menyebarkannya lebih jauh dan menyulitkan petugas pemadam kebakaran. Pyrocumulonimbus dapat mencapai ketinggian 50.000 kaki dan menghasilkan sistem badai petirnya sendiri. Kondisi ekstrem ini menciptakan monster alam lainnya yang bernama pyrotornado alias pyrovortex yang populer disebut firenado. Panas yang ditimbulkan dari kebakaran yang bersifat masif memanaskan udara di sekitarnya. Udara panas kemudian naik dan menciptakan kolom udara yang stabil. Lalu kondensasi uap air pun terjadi dan terbentuklah awan pyrocumulonimbus. Terdapatnya perbedaan suhu dan kelembaban mengakibatkan perputaran udara yang melahirkan pyrovortex  saat udara ini memasuki kolom udara yang stabil. Inilah tornado api yang menambah daya rusak kebakaran semakin parah. Pentalan-pentalan api dari firenado terlempar ke sana kemari.

Badai api dan tornadi api inilah yang menjadikan kebakaran hutan dan lahan di kawasan yang berjuluk The City of Angles menjadi begitu sulit untuk dikendalikan. Refleksi atas bacaan Al-Qur'an harian kita membawa kepada apa yang disinggung dalam Al-Qur'an sebagai i'shaarun fihi naar (angin dahsyat yang mengandung api):

"Apakah salah seorang di antara kamu ingin memiliki kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, di sana dia memiliki segala macam buah-buahan. Kemudian, datanglah masa tua, sedangkan ia memiliki keturunan yang lemah. Lalu, kebun itu ditiup angin kencang yang mengandung api sehingga terbakar. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan(-nya) (Al-Baqarah:266)."

Keturunan yang lemah di sini dalam konteks ekologis adalah anak-cucu kita yang terpaksa harus menanggung derita karena lingkungan alam mereka menajdi bgeitu rusak akibat ulah leluhur mereka. Bila demikian, termat berdosalah kita sebagai leluhur!

Dampak perubahan iklim yang berdampak pada cuaca ekstrem bukan hanya berupa badai api, melainkan juga badai salju. Di bagian lain Amerika, CNN, 4 Januari lalu, menurunkan berita bahwa 62 juta orang terancam badai musim dingin besar yang akan memberikan pukulan paling signifikan pada musim ini. Hal senada disampaikan Global Weather bahwa angin dingin ekstrem Arktik akan mencengkeram Kanada dan AS hingga paruh kedua bulan Januari ini. National Weather Service (NWS) melaporkan hal yang sama bahwa sebagian besar wilayah Kanada dan 30 negara bagian AS dari Kansas hingga Pantai Timur berada dalam peringatan cuaca berkenaan dengan ancaman badai salju. Jelas, berdamai dengan alam adalah langkah urgen yang tidak bisa ditunda-tunda lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun