Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kiat Asyik dalam Menulis

22 Juli 2024   03:00 Diperbarui: 22 Juli 2024   03:07 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai salah satu pengajar yang senang belajar menulis, saya seringkali mendapatkan pertanyaan tentang apa kiat bisa produktif dalam menulis, atau bagaimana cara mendapatkan ide tulisan dan pertanyaan lainnya seputar membuat sebuah tulisan. 

Saya sendiri bingung untuk menjawabnya. Kebingungan ini lebih mirip kalau saya ditanya bagaimana saya bisa ngobrol asyik dengan seseorang yang baru saya temui saat di stasiun kereta, terminal bis atau teman duduk saat saat menanti antrian di rumah sakit. 

Dalam kasus ngobrol. Saya termasuk tipe orang yang talkative. Dengan mudah saya menemukan topik pembicaraan dengan seseorang sekalipun dengan latar belakang yang berbeda. Bapak dan Ibu yang berprofesi guru SD plus dibesarkan dengan tujuh bersaudara (bahkan sembilan bila dua saudara saya tidak berpulang lebih awal) membuat saya terbiasa mendengar obrolan, mengikuti obrolan dan memantik sebuah obrolan.  

Hanya saat ditanya tentang menulis, tidak mudah untuk menjawabnya. Meskipun menulis - sesuai dengan  karakter tulisan-tulisan saya tentunya -serupa dengan obrolan namun tentu saja mengobrol jauh lebih mudah daripada menulis. Untuk menjawab pertanyaan bagaimana kiat agar bisa - tepatnya mau - menulis, pendekatan saya begini:

Pertama, niatkan untuk menulis. Inisiasi gagasan untuk menulis. Biasanya setelah itu gagasan, ide atau bahan tulisan akan menghampiri. 

Kedua, kenali dengan baik minat dan keakraban kita dengan dengan apa yang akan kita tulis. Menulis sesuatu yang tidak kita minati atau akrabi alih-alih menyenangkan malah menyengsarakan. Hal ini tidak baik untuk kepenulisan kita.  

Ketiga, menulislah. Seburuk apapun tulisan maka pasti akan ada orang yang membacanya. Setidaknya kita sendiri sebagai penulisnya. 

Keempat, tentukan target kapan kita akan menyelesaikan tulisan. Target menciptakan jam psikologis kita berdetak sekaligus penanda berjalannya proses kreatif penulisan.

Kelima, memenangkan sebuah lomba karya tulis atau sejenisnya tidak selalu baik bagi kesehatan. Menciptakan kebahagiaan saat menulis jauh lebih penting. Diberkatilah ia yang mencetuskan kalimat True champion doesn't necessarily compete.   

Keenam, yakinilah akan ada pembaca lain di luar penulisnya. Mintalah seorang kawan untuk membaca tulisan kita. Dan voila, dua sudah pembaca tulisan tersebut. Atau, ambillah risiko mempermalukan diri dengan membagikan tulisan kita kepada yang lain. Pasti akan ada setidak satu atau dua yang tertarik untuk membacanya meskipun dengan asumsi awalnya: "Coba kita lihat sekonyol apa tulisan ini?" Konyol atau tidak adalah satu hal, namun fakta bahwa ia (atau mereka) membacanya adalah satu hal yang lainnya. Dan bukankah itu membuat tulisan kita dibaca? 

Jadi izinkanlah sedikit kekonyol dalam hidup kita. Toh science saja, ujar Richard Feynman, is the belief in the ignorance of experts. Bila sains yang begitu serius dan menguruskan aspek-aspek dalam kehidupan kita dengan begitu seriusnya ternyata mengandung cita rasa kekonyolan apalagi hanya sebuah tulisan yang tidak seserius itu. Hehehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun