Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Small Voice, Big Impact

6 Juli 2024   09:05 Diperbarui: 7 Juli 2024   05:23 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam satu tahun lebih satu bulan, yakni mulai 2 Juni 2023 hingga 5 Juli 2024 ini, sebanyak 41 khutbah Jum'at disampaikan oleh Khalifah Kelima Jemaah Muslim Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad atba dengan topik Nabi Muhammad saw: Uswatun Hasanah. Sementara 11 khutbah lainnya diseling dengan topik berbeda. Sebelumnya, mulai 1 Desember 2017 rangkaian khutbah Jum'at yang dimulai dengan topik yang sama, Nabi Muhammad saw sebagai uswah hasanah diikuti dengan pengisahan para sahabat Nabi radhiallahu 'anhum merentang hingga 24 Februari 2023. Tidak kurang dari 240 kutbah Jum'at Khalifah Ahmadiyah sampaikan dengan lebih dari 313 sahabat dikupas suri teladan terbaiknya.

Saat WHO menyatakan Covid-19 sebagai wabah mulai Maret 2020, saya memaknai penyampaian rangkaian khutbah tersebut sebagai 'bekal' dari Sang Khalifah untuk menghadapi kecamuk hebat pandemi yang dipicu oleh virus Corona. Riwayat tentang keteguhan iman dan kepekaan altruistik Nabi saw beserta para sahabat radhiallahu 'anhum yang dikupas lebih dari dua tahun sebelum pandemi melanda merupakan sebuah isyarat halus bahwa sebagaimana dulu mereka melalui masa-masa sulit yang disebabkan oleh penindasan dan peperangan, maka kita pun akan menghadapi kesulitan yang menuntut karakter agung tersebut. 

Berpola kepada apa yang telah terjadi sebelumnya, dengan masih berlanjutnya kupasan khutbah berkenaan dengan para sahabat pun menimbulkan tanya. Apa gerangan yang menunggu kita di depan sana? Adakah, na'udzu billah, malapetaka katastrofik berikutnya yang tengah mengintai kita? Membayangkan sesuatu yang buruk akan terjadi tidak selalu merupakan bentuk dari pesemisme sebagaimana halnya juga bukan sebuah optimisme bila kita menutup mata atas konsekuensi perbuatan negatif kita. Terlebih, bila untuk wabah Covid-19 Sang Khalifah dalam khutbah Jum'at tanggal 10 April 2020 menyatakan bahwa wabah ini tidak seperti wabah yang merupakan tanda Ilahi yang diberikan kepada Pendiri Jemaah Muslim Ahmadiyah sebagai bukti kebenarannya, maka berkenaan dengan ancaman besar yang menanti tersebut senantiasa beliau nyatakan secara eksplisit, yakni ancaman bencana kemanusiaan berupa Perang Dunia Ketiga.  

Pada khutbah Jum'at kemarin (05/07)  ditegaskan bahwa dunia kini cenderung menuju kehancuran dan tampaknya tidak ada harapan bagi perdamaian. Di sisi lain, agenda Barat untuk memusuhi umat Islam telah meningkat pesat dan tampaknya akan terus berkembang di masa depan. "Oleh karena itu, umat Islam harus bersatu dan mereformasi diri mereka sendiri untuk menghadapi hal ini," nasihat Sang Khalifah.         

Dalam tulisan saya, Perang Dunia Ketiga: Sebuah Paranoia atau Ancaman Nyata?, saya kutip apa yang dikatakan Annie Jacobsen tentang betapa dahsyatnya kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh Perang Dunia Ketiga. "Manusia memiliki kecenderungan untuk maju. Manusia melakukan apa pun yang diperlukan. Namun, perang nuklir meniadakan semuanya. Senjata nuklir akan memusnahkan kecemerlangan dan kecerdikan manusia, cinta dan hasrat, empati dan kecerdasan, menjadi abu," tulis Annie Jacobsen dalam bukunya, Nuclear War: A Scenario.

Dalam penelitian Profesor Cheryl Harrison dan rekan-rekannya dari Universitas Negeri Louisiana, menurut Ian Randall dalam World War 3 warning: Russia could plunge planet into ICE AGE with horror nuclear weapons, mereka menjalankan berbagai model dampak perang nuklir pada sistem Bumi. Mereka mempertimbangkan dampak pada skala regional dan skala yang lebih besar - dan memperhitungkan kemampuan perang nuklir negara-negara di dunia saat ini. Menurut Lembaga Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, sembilan negara saat ini menguasai lebih dari 13000 senjata nuklir. "Bila Rusia dan Amerika Serikat terlibat berperang nuklir atas Ukraina, dampaknya terhadap Bumi bisa membuat planet ini terjerumus ke dalam Zaman Es yang baru, dengan konsekuensi jangka panjang yang menghancurkan," tulisnya. 

"Dalam semua simulasi komputer mereka, tim menemukan bahwa badai api nuklir akan melepaskan jelaga dan asap ke atmosfer atas, menghalangi sinar matahari dan menyebabkan gagal panen di seluruh dunia. 

Dalam skenario AS-Rusia, lebih dari 330 miliar pon karbon hitam penghalang sinar matahari akan ditempatkan di atmosfer atas, sementara konflik India-Pakistan akan menghasilkan 11-103 miliar pon asap dan jelaga.

Lebih jauh lagi, bulan pertama setelah ledakan nuklir akan melihat suhu global rata-rata turun drastis sekitar 13F - pergeseran yang lebih besar yang terlihat sejak Zaman Es terakhir," tambahnya.

Sementara Michael Mechanic dalam An interview with Annie Jacobsen, author of 'Nuclear War: A Scenario', mengutip pernyataan Jacobsen berikut: 

"Seperti yang saya tunjukkan dalam buku ini, hanya perlu satu senjata untuk memicu reaksi berantai untuk melepaskan persenjataan saat ini, yang disebarkan ke depan dalam posisi siap diluncurkan dan dapat ditembakkan hanya dalam waktu satu menit hingga 15 menit untuk kapal selam. Ada cukup banyak senjata di posisi-posisi itu saat ini untuk menimbulkan musim dingin nuklir yang akan membunuh sekitar 5 miliar orang. 

Apakah jumlahnya terlalu banyak? Tentu saja. Apakah kita membuat kemajuan? Jumlah tertinggi sepanjang masa pada tahun 1986 adalah 70.481 senjata nuklir. Sekarang, ada sekitar 12.500. Namun yang perlu Anda ketahui, ada sembilan negara bersenjata nuklir, bukan hanya dua atau tiga negara adidaya. Dan hal ini menghadirkan banyak hal yang tidak diketahui yang menciptakan kegelisahan serius dan ruang untuk bencana."

Ke arah inikah ratusan khutbah Jum'at yang disampaikan sejak tahun 2017 lalu hingga kini ditujukan? Tidak terlalu rumit untuk menangkap siratannya. Boleh jadi beberapa menanggapinya dengan sinis sebagai sebuah propaganda messianic (kealmasihan) dalam Ahmadiyah semata. Hanya saja bila sedikit bersabar melihat data bahwa selama 18 tahun terakhir menggelar Simposium Perdamaian, lalu inisiatif pimpinan tertinggi Ahmadiyah untuk melayangkan surat seruan perdamaian kepada para petinggi dunia mulai tahun 2012, upaya Ahmadiyah mencegah ancaman Perang Dunia Ketiga tidak bisa dipandang sebagai upaya pencitraan belaka. Sebenarnya, cukup sedikit kejujuran dan kesabaran saja untuk memahami peran Ahmadiyah ini.

Apa yang Ahmadiyah lakukan hakikatnya memiliki kemiripan dengan doa-doa khusyuk bersimbah air mata Nabi Muhammad saw jelang berkecamuknya perang Badar. Nabi Muhammad saw pada dasarnya enggan untuk menempuh jalan perang sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah suatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS Al-Baqarah: 216)

Tangisan beliau saw mewakili dua perasaan, pertama rasa simpati yang mendalam terhadap kaum beliau yang segera akan merasakan azab berupa pedang atas sikap keras permusuhan mereka. Kedua, perasaan tawadhu sekaligus kehalusan adab beliau terhadap Allah. Beliau saw menggunakan kata-kata:

"Ya Allah, penuhilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah, berikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau membinasakan pasukan Islam ini, maka tidak ada yang akan beribadah kepada-Mu di muka bumi ini." (HR. Muslim no. 1763)

Sebuah ungkapan esoterik atas kedekatan beliau saw dengan Allah SWT sekaligus ketawadhuan yang luar biasa dengan menganggap diri beliau tidak memiliki kelayakan apapun untuk meraih kemenangan kecuali atas pertolongan-Nya semata.

Seruan perdamaian guna mencegah terjadinya Perang Dunia Ketiga yang dilakukan oleh Ahmadiyah senafas dengan semangat ini. Rasa kemanusiaanlah yang utama. Ajakan untuk melakukan perbaikan diri dan saling menguatkan sesama manusia mengisyaratkan tidak adanya unggul diri, lalu menganggap bila dunia bisa diselamatka hanya oleh kelompoknya saja. Untuk itu, salah satu doa Nabi Muhammad saw yang lazim dipanjatkan di kalangan komunitas ini adalah Allahummahdi qaumi, fainnahum la ya'lamun  - Ya Allah berilah petunjuk kaumku (Muhammad saw), karena sesungguhnya mereka tidak tahu.  

Uswah Hasanah Rasulullah saw

Berkenaan dengan tuduhan bahwa kepekaan Ahmadiyah atas ancaman peperangan dunia ini dilatarbelakangi misi mesianik yang diusung Ahmadiyah, kita dapat melakukan qisyash kepada riwayat berikut: 

Dari Aisyah ra diriwayatkan bahwa "Jika Rasulullah saw melihat mendung atau angin, maka raut wajah beliau pun berbeda." 'Aisyah berkata, "Wahai Rasululah, jika orang-orang melihat mendung, mereka akan begitu girang. Mereka mengharap-harap agar hujan segera turun. Namun berbeda halnya dengan engkau. Jika melihat mendung, terlihat wajahmu menunjukkan tanda tidak suka." Beliau saw. pun bersabda, "Wahai 'Aisyah, apa yang bisa membuatku merasa aman? Siapa tahu ini adalah azab. Dan pernah suatu kaum diberi azab dengan datangnya angin (setelah itu). Kaum tersebut (yaitu kaum 'Aad) ketika melihat azab, mereka mengatakan, "Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita." (HR. Bukhari No. 4829 dan Muslim No. 899)

Kekhawatiran yang diungkapkan oleh pimpinan komunitas Ahmadiyah pun senada dengan itu. Membaca tanda-tanda dan kecenderungan untuk terjadi peperangan bersekala dunia dengan menggunakan senjata pemusnah massal nuklir sangatlah menggelisahkan siapapun yang mengetahuinya. Dalam hal ini komunitas Ahmadiyah tidak sendiri, Annie Jacobsen dan banyak pengamat ahli lainnya memiliki kekhawatiran yang sama.

Siapapun di antara kita yang memiliki kepedulian, maka suarakannlah meskipun terdengar kecil. Sebab, yakinlah bahwa sekecil apapun suara kita akan berdampak besar bila bersatu. Small voice, big impact.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun