Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perang Dunia Ketiga: Sebuah Paranoia atau Ancaman Nyata?

18 Juni 2024   10:19 Diperbarui: 18 Juni 2024   10:29 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dampak perang nuklir https://www.vanityfair.com/news/

"Humans are wired to advance. Humans do whatever it takes. And yet, nuclear war zeros it all out. Nuclear weapons reduce human brilliance and ingenuity, love and desire, empathy and intellect, to ash." Annie Jacobsen, Nuclear War: A Scenario

Annie Jacobsen, jurnalis investigasi Amerika, penulis, dan finalis Hadiah Pulitzer 2016 adalah satu dari segelintir orang yang peduli dengan acaman bahaya Perang Dunia III yang tak terpisahkan dari perang nuklir. Hal senada dikampanyekan oleh Imam Komunitas Muslim Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad. Dalam sebuah Simposium Perdamaian Nasional ke-16 yang diselenggarakan oleh Komunitas Muslim Ahmadiyah Inggris, 9 Maret 2019, beliau menegaskan:

"Jika terjadi perang nuklir, kita tidak hanya akan menghancurkan dunia saat ini, tetapi kita juga akan meninggalkan jejak kehancuran dan kesengsaraan yang abadi bagi generasi masa depan kita. Oleh karena itu, kita harus berhenti sejenak dan merenungkan konsekuensi dari tindakan kita. Kita tidak boleh menganggap masalah atau konflik apa pun, baik di dalam suatu negara maupun di tingkat internasional, sebagai hal yang tidak penting."

Selama tidak kurang dari dua dekade, komunitas Ahmadiyah secara konsisten menyuarakan adanya bahaya Perang Dunia Ketiga. Tidak sedikit yang menuduh Ahmadiyah sebagai pengidap paranoia, ketakutan yang tidak beralasan dan berlebihan. Atau, bahkan menuduhnya sebagai bentuk fobia. 

Dalam literatur Ahmadiyah sendiri tidak kurang dari Imam ke-3 dalam komunitas ini, Hadhrat Mirza Nasir Ahmad menyampaikan pidato yang kemudian dibukukan dengan judul Peringatan Agung dari Ilahi.  Dalam pidato yang disampaikan pada tanggal 28 Juli 1967 di Balai Kota Wandsworth, London beliau menandaskan:   

"Memang ini benarlah yang terjadi sesudah Perang Dunia 2 Beberapa negara Eropa Timur menjadi komunis dan diikuti oleh 700 juta bangsa Cina, sedangkan bangsa-bangsa yang baru berkembang di Afrika dan Asia juga sebagian besar telah dipengaruhi oleh komunisme. Dunia terbagi ke dalam dua barisan yang bermusuhan, masing-masing dilengkapi dengan senjata-senjata buatan paling baru, siap untuk menjerumuskan umat manusia ke dalam neraka maut dan kehancuran yang bernyala-nyala. 

...tentang Perang Dunia 3 yang lebih dahsyat dan lebih membahayakan lagi dari kedua perang dunia yang lampau. Kedua golongan yang bertentangan itu akan bertempur dengan begitu mendadak, sehingga tiap-tiap orang akan terlibat dalamnya tanpa menyadarinya. Maut dan kemusnahan akan datang menghujan dari langit, sedangkan lidah api yang dahsyat akan melibat bumi singgasana-singgasana peradaban modern akan jatuh terjungkir. 

Kedua golongan yang bermusuhan itu, baik Rusia dengan satelit-satelitnya maupun Amerika Serikat dengan sekutu-sekutunya, keduanya akan dihancurleburkan, kekuatan mereka akan dipatahkan, peradaban mereka akan runtuh dan susunan organisasi mereka akan berantakan. Orang-orang yang masih selamat akan tinggal bingung dan kehilangan akal, karena heran dan kagum." 

Dalam podcast The Diary of A CEO, pada bagian If nuclear war starts, go to this country!, Annie Jacobsen memaparkan:

".... bahwa jika perang nuklir dimulai dapat memusnahkan 60% populasi manusia hanya dalam hitungan menit. Fakta mengerikan bahwa keputusan untuk meluncurkan serangan nuklir dapat berada di tangan satu orang, yaitu presiden Amerika Serikat, yang memiliki otoritas tunggal untuk memulai serangan semacam itu tanpa memerlukan persetujuan dari badan atau pejabat pemerintah lainnya.

Otonomi yang tegas ini menggarisbawahi tanggung jawab dan kekuasaan yang besar yang diberikan pada peran panglima tertinggi dan pentingnya pilihan kepemimpinan dalam posisi berisiko tinggi seperti itu, dia melukiskan dengan jelas akibat bencana yang akan terjadi setelah serangan nuklir: kota-kota yang dilenyapkan, masyarakat yang runtuh, dan orang-orang yang selamat iri pada orang yang mati Jacobsen tidak menghindar dari rincian mengerikan kilatan termonuklir awal akan menciptakan bola api yang mencapai jutaan derajat Fahrenheit yang membakar semua yang ada dalam radius M dan di luar itu, hal ini hanya akan menjadi awal dari efek domino yang mengarah pada kebakaran yang meluas, runtuhnya bangunan, dan keracunan radiasi yang parah yang akan meluas jauh di luar zona dampak langsung."

Selandia Baru dan Australia, menurut Jacobsen, mungkin termasuk di antara tempat-tempat yang relatif lebih aman. Sementara pada bagian The First 20 Minutes of a Nuclear Attack Looks Like THIS..., ia menambahkan:

"Jika saya adalah lalat di dinding, bukan berarti akan ada dinding yang tersisa, apa yang akan saya lakukan? Dan saya melihat Amerika atau Inggris setelah diserang bom nuklir ini oleh ribuan senjata nuklir Rusia atau Korea Utara. Apa yang akan saya lihat, apa yang akan saya lihat pada menit-menit setelah serangan itu? Saya menggambarkan bom pertama dalam skenario yang menyerang Pentagon, itu adalah bom termonuklir 1 Megaton dengan detail yang sangat mengerikan, semuanya bersumber dari dokumen Departemen Pertahanan. 

Para ilmuwan pertahanan yang telah bekerja selama beberapa dekade untuk menggambarkan dengan tepat apa yang terjadi pada benda-benda dan manusia, dan itu mengerikan.  Bahkan di atas kilatan awal cahaya termonuklir yang 180 juta derajat yang membakar segala sesuatu dalam radius diameter 9M. 

Di atas efek buldoser angin dan semua bangunan runtuh dan lebih banyak api menyalakan lebih banyak api di atas radiasi yang meracuni orang sampai mati dalam hitungan menit dan jam dan berhari-hari dan berminggu-minggu. Jika mereka kebetulan selamat di atas semua itu, masing-masing kebakaran ini menciptakan kebakaran besar yang seratus mil persegi atau lebih. Apa yang Anda lihat dengan baik dalam skenario pada menit ke-72, seribu senjata nuklir Rusia mendarat di Amerika Serikat dan itu hanya menjadi kobaran api, itu hanya api."

Inilah keadaan yang begitu mengerikan hingga dalam kata-kata Nikita Khrushchev: "Orang-orang yang selamat akan iri kepada yang mati." 

Lalu apa upaya kita untuk mencegah bencana kemanusiaan yang katastrofik ini? Jacobsen menawarkan lima langkah yang perlu kita tempuh:

"Lima langkah yang harus kita ambil: pahami ancaman nyata kesadaran adalah langkah pertama menuju pencegahan; pelajari tentang berbagai kebijakan dan kemampuan nuklir negara-negara secara global pengetahuan ini tidak hanya mendidik tetapi juga mempersiapkan seseorang untuk diskusi dan keputusan yang tepat mengenai masalah yang kritis ini; dukung dan dorong transparansi yang lebih besar dalam persenjataan nuklir dan negosiasi perlucutan senjata; mengetahui apa yang ada di atas meja dapat menyebabkan lebih banyak kepercayaan dan lebih sedikit kesalahpahaman di antara negara-negara berkemampuan nuklir;  mendukung prakarsa pengendalian senjata terlibat dengan dan mendukung perjanjian dan prakarsa internasional yang bertujuan untuk pengendalian senjata nuklir berpartisipasi dalam kampanye atau kelompok yang berfokus pada pelucutan senjata nuklir untuk menyebarkan pesan perdamaian dan keamanan." 

Sedikit melangkah lebih jauh, menurut Physics Forum, perang nuklir akan berdampak besar pada iklim Bumi, yang berpotensi menyebabkan efek pendinginan global. Hal ini disebabkan oleh pelepasan sejumlah besar asap dan jelaga ke atmosfer, yang akan menghalangi sinar matahari dan mengurangi jumlah sinar matahari yang mencapai permukaan bumi. 

Efek ini biasa, dalam istilah Carl Sagan, disebut winter nuclear, musim dingin nuklir adalah istilah untuk sebuah teori yang menggambarkan efek iklim dari nuklir. perang. Asap dari kebakaran yang dipicu oleh senjata nuklir, terutama yang hitam dan berjelaga melayang ke stratosfer atas, dan menyebar secara global, yang berlangsung selama bertahun-tahun.

Apakah perang nuklir akan menyebabkan zaman es? Ada kemungkinan bahwa perang nuklir dapat memicu zaman es, karena pelepasan asap dan jelaga ke atmosfer dapat menyebabkan penurunan suhu global yang signifikan. Namun, tingkat keparahan dan durasi zaman es akan bergantung pada berbagai faktor, seperti lokasi dan intensitas ledakan nuklir, serta proses alamiah Bumi untuk mengatur iklim.

Persiapan untuk menghadapi kemungkinan akibat perang nuklir, menurut  Physics Forum, harus mencakup langkah-langkah untuk mengurangi kemungkinan terjadinya peristiwa semacam itu, seperti mempromosikan perdamaian dan pelucutan senjata. 

Jika terjadi perang nuklir, penting untuk memiliki rencana darurat untuk tempat penampungan dan persediaan, serta strategi untuk membangun kembali dan memulihkan lingkungan. Kerja sama dan persatuan di antara negara-negara juga akan sangat penting dalam mengatasi efek jangka panjang pada planet ini.

Kembali kepada langkah pencegahan Perang Dunia Ketiga , apa yang komunitas kecil Ahmadiyah lakukan selama ini ternyata jauh melampaui kecilnya jumlah mereka. Memberikan apresiasi atas apa yang selama ini mereka lakukan termasuk sikap adil yang perlu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun