Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Perlu Ada Ahmadiyah?

31 Mei 2024   05:24 Diperbarui: 31 Mei 2024   06:07 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayangkan betapa sulitnya menalar bagaimana Nabi Isa Israili harus menjadi juru selamat bagi umat Islam. Betapa Nabi Isa Israili harus hidup di langit dan menunggu ribuan tahun hanya untuk kemudian turun ke Bumi lalu menjadi penanda Akhir Zaman. Tidakkah quwwah qudsiyyah Nabi Muhammad saw., sang Khatamun Nabiyyin mampu melahirkan juru selamat dari umat Islam sendiri? Menilik ini, sumbangan pemikiran Ahmadiyah tidak bisa dipandang sebelah mata.

Sebagai penguat atas betapa strategisnya pengarusutamaan pemahaman bahwa Imam Mahdi dan Isa Ibnu Maryam yang dijanjikan tersebut merupakan satu sosok yang sama, sebuah hadits dengan redaksi yang sedikit berbeda menyatakan adanya amanat dari Rasulullah saw untuk menyampaikan salam kepada Isa ibnu Maryam. Redaksinya seperti ini:

www.sunnah.com
www.sunnah.com

"Dari Abu Hurairah (diriwayatkan) ia berkata, Rasulullah saw bersabda: Hampir saja Isa putra Maryam turun sebagai seorang hakim dan imam yang adil, ia akan membunuh babi dan menghancurkan salib, dan hanya akan ada satu dakwah (Islam), maka hendaknya kalian sampaikan kepadanya, atau sampaikanlah salam dari Rasulullah saw. Aku menceritakannya dan ia membenarkanku, ketika datang masa ajalnya Abu Hurairah berkata: Sampaikanlah salam dariku kepadanya." (H.R. Ahmad)

Tanpa pemahaman yang benar, sulit untuk menalar kecentangperenangan redaksi-redaksi profetik ini. Di sinilah letak peting peran Ahmadiyah. Dan untuk itu, mengapa para Ahmadi mencantumkan doa 'alaihis-salam (disingkat as.) di belakang nama Pendiri Jamaah Muslim Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. Selain karena dalam Kemahdian dan Ke-'Isa-an, memang ada kapasitas nubuwwah (kenabian ummati), penyertaan 'alaihis-salam juga sebagai pemenuhan atas amanat Nabi Muhammad saw untuk menyampaikan salam kepada Sang Isa Ibnu Maryam alias Al-Mahdi. Terjawab sudah urgensi Ahmadiyah dalam dunia Islam.

Lalu, benarkah Ahmadiyah hanya menambah jumlah varian dalam khazanah pemikiran Islam? Mengapa tidak bergabung saja dengan golongan yang sudah ada?

Ahmadiyah tidak akan pernah ada bila umat Islam seperti pada masa keemasan spiritualnya. Namun, itu tidak ditakdirkan demikian. Nabi Muhammad saw sendiri menubuatkan takdir umat Islam yang terpaksa harus menjalani masa-masa kegelapannya selama lebih dari dari 1000 tahun, setelah 3 abad terbaik seperti diisyaratkan dalam kata-kata Khairul quruni qarni, tsummal-ladzina yaluni, tsummal-ladzina yalunahum, yakni bahwa sebaik-baik masa adalah masa di mana aku hidup, kemudian masa orang-orang sesudahku, kemudian masa orang-orang yang hidup sesudah mereka. Di saat seperti itulah Al-Mahdi aka Al-Masih Ibnu Maryam diutus untuk mengembalikan iman yang telah terbang ke bintang Tsurayya. 

Dalam konteks ini, jamaah yang mengikuti Al-Mahdi (Al-Masih Ibnu Maryam yang dijanjikan oleh Rasulullah saw) logikanya merupakan jalan keislaman yang merefleksikan keislaman di masa keemasan spiritualnya yang pertama. Islam versi Al-Mahdi ini adalah kanal keislaman yang seharusnya ditempuh para pencari jalan sejati keislaman. Menganggap posisi sepenting ini sebagai hanya menambah varian jalan keislaman --- selain jauh dari kebenaran --- dengan mudah dikategorikan sangat tidak adil. Kembali, terjawab sudah posisi Ahmadiyah dalam dunia Islam.

Terakhir, bila ada pertanyaan mengapa Ahmadiyah --- kalau memang murni gerakan spiritual dan tidak berhajat akan kekuasaan --- tidak sekalian menjadi sebuah tarekat saja? Atau, kalau kiprahnya sebatas filantrofis humanitarian, mengapa tidak menjadi lembaga kemanusiaan saja? Maka, membaca ulang 13 paragraf di atas dirasa perlu untuk dilakukan. Terlalu cepat menilai cenderung selalu tidak baik dalam hal apapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun