Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Achilles Last Stand Versi Ramadan

9 April 2024   01:00 Diperbarui: 9 April 2024   01:02 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi melepas Ramadan, pngtree.com

Achilles Last Stand

Saya tidak dibesarkan dengan tradisi membaca Iliad. Sementara untuk Mahabharata, pertama mengenalnya lewat lagu Panggung Sandiwara dari Duo Kribo. Lebih beruntungnya lagi, saat SMP dulu kawan sebangku saya meminjamkan koleksi komik-komik wayangnya, dan salah satunya Mahabharata karya R.A. Kosasih. Adapun nama Troy, secara tidak langsung juga dikenal melalui lagu band rock legendaris Indonesia Godbless, She Passed Away saat masa-masa SMA dulu. Dua larik pertamanya: She wasn't Helen of Troy, Whose beauty drove men to destroy ternyata mengutip dari peristiwa Perang Troya. Dua figur hebat, yaitu Hektor dan Akhilles, terpaksa harus gugur gara-gara Paris -- adik dari Hektor --yang celamitan melarikan istri orang, Helen ke Troya. Julukan Helen of Troy sendiri sebenarnya tidak tepat sebab Helen adalah istri dari Raja Sparta, Menelaus. Jadi, idealnya ia dipanggil Helen of Sparta.

Tentang Akhilles sendiri, saya mengenalnya lewat lagu supergroup Led Zeppelin, Achilles Last Stand. Menurut informasi yang umum kita terima, lagu ini tidak dimaksudkan untuk mengisahkan Perang Troya melainkan mengacu pada insiden kecelakaan yang dialami Robet Plant, vokalis Led Zeppelin. 

Plant mengalami cedera pada pergelangan kakinya dalam sebuah kecelakaan mobil sehingga tidak dapat berdiri (berjalan), oleh karena itu ia menulis lagu "Achilles Last Stand". Mengenai lirik lagu ini, Plant menggunakan mitologi Yunani untuk menulis lagu otobiografi yang mengacu pada perjalanan yang dilakukannya dan Page setelah menyelesaikan tur mereka pada tahun 1975.

Saat nonton film Troy, terutama ketika fragmen terbunuhnya Hektor oleh Akhilles ada perasaan ganjil dalam hati. Mengapa orang sebaik Hektor harus mati lalu jasadnya diseret di belakang kereta perang oleh Akhilles. Tergambar jelas dalam film tadi adegan di mana Priam, raja Troy sekaligus ayah Hektor,  berlutut dan mencium tangan Akhilles.

Akhilles: "Siapa kau?"
Priam: "Aku telah menanggung apa yang belum pernah ditanggung oleh siapa pun di dunia ini. Aku mencium tangan orang yang membunuh anakku."
Akhilles: "Priam? Bagaimana kau bisa masuk ke sini?"
Priam: "Aku lebih mengenal negaraku daripada orang-orang Yunani, kurasa."
Akhilles: "Kau seorang pemberani. Aku bisa saja memenggal kepalamu dalam sekejap mata."
Priam: "Apakah kamu benar-benar berpikir kematian membuatku takut sekarang? Aku melihat putra sulungku mati, melihat kamu menyeret tubuhnya di belakang keretamu. Kembalikan dia padaku. Dia berhak mendapatkan pemakaman yang layak. Kau tahu itu. Berikan dia padaku!"
Akhilles: "Dia membunuh sepupuku."
Priam: "Dia pikir itu kau. Berapa banyak sepupu yang telah kau bunuh? Berapa banyak anak, ayah, saudara, dan suami? Berapa banyak, Akhilles sang pemberani? Aku tahu ayahmu, dia meninggal sebelum waktunya. Tapi dia beruntung tidak hidup cukup lama untuk melihat anaknya gugur."

Sebuah fragmen yang sangat menyentuh. 

Film Troy merujuk kepada epos Iliad karya Homer. Epos ini memiliki kemiripan dengan Mahabharata atau Ramayana dalam penggambaran karakternya pemerannya. Tidak hitam putih. Kita bisa melihat kebaikan dan keburukan pada semua pihak yang dikisahkan. Persis sebagaimana dalam kehidupan kita. Setiap dari kita selalu memiliki dua sisi. Danb kualitas sejati kita terdapat pada seberapa besar keinginan untuk selalu memilih yang terbaik.

Silang Pendapat Kemiripan Iliad dengan Mahabharata

Seperti disebutkan sebelumnya terdapat kemiripan antara Iliad dengan Mahabharata. Atau, ada juga yang menyebutkan kemiripannya dengan Ramayana -- epos yang jauh lebih tua usianya dari Mahabharata. Pandangan berkenaan dengan kesamaan Iliad dengan Mahabharata adalah dari aspek peperangan kolosalnya, sementara dengan Ramayana lebih kepada kisah penculikan istri rajanya. 

Pandangan N. J. Allen dalam Mahabaharat and Iliad: A Common Origin? menarik untuk dijadikan pemantik diskusi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun