Belajar dari Less is More
Kembali kepada ungkapan oksimoronik less is more, pantas saja bila der Rohe sebagai arsitek menggandrunginya. Rancangan yang dalam bahasa Inggris adalah design secara etimologi dibentuk dari dua kata, de- dan sign (dari Latin, signum; Indonesia, tanda).
Menurut Collins Dictionary dalam bahasa Latin, kata de (preposisi) berarti: dari, menjauh dari, keluar dari, dsb. Dalam kata majemuk yang berasal dari bahasa Latin, de- juga berarti menjauh, jauh dari (decease); turun (degrade); pembalikan (detect); penghilangan (defoliate); dan digunakan secara intensif (devote) dan merendahkan (detest). Kata design mengandung makna menanggalkan atau menjauhkan detail atau bagian yang tidak esensial dari sebuah tanda agar pesan dari tanda tersebut semakin jelas. Hal ini semakna dengan less is more.  Implikasi dalam seni rancang arsitektural ini yang dimaksud dengan keinginan der Rohe "mengurangi kerumitan visual dalam pembangunan rumah."
Senafas dengan ungkapan less is more, hadits populer yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra berikut menarik untuk dicermati. Min husnil Islamil-mar'i tarkuhu maa laa ya'niihi, bahwa tanda baiknya keIslaman seseorang adalah menjauhkan diri dari apa yang tidak menjadi tujuannya." (HR At-Tirmidzi)
Kita dinasehati untuk fokus pada tujuan utama hidup kita dan menanjauhkan diri dari hal-hal yang tidak esensial atau dekoratif. Sikap hidup seperti ini akan melahirkan pribadi-pribadi yang bernilai, jauh dari segala atribut meriah tetapi kosong dari esensi. Pribadi-pribadi yang selalu bersyukur dan merasa cukup atas apa dimiliknya selama tujuan utama hidupnya tercapai. Bahkan, dalam perspektif Imam Syafi'i mereka inilah sejatinya orang kaya sebagaimana dalam ungkapan masyhurnya:
Wa Laysal-ghinaa illaa 'anisy-syai'i laa bihi
"Dan bukanlah seseorang dikata kaya kecuali ia akan sesuatu tersebut tidak membutuhkannya."
Inilah cara hidup less is more yang sekarang semakin tergerus hedonisme dengan gaya hidup dekoratifnya. Ramadan yang tinggal empat hari ke depan seharusnya mampu mengambalikan kita kepada jalur yang tepat dan bukannya meluncur cepat menuju pesta ketupat. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H