Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Rahasia di Balik Degupan Jantung

29 Maret 2024   07:58 Diperbarui: 10 April 2024   05:12 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://health.kompas.com

Hampir dua tahun lalu saya menulis tentang The Palette of Being. Saya sendiri memberikan judul tulisan kecil tersebut dengan The Pallete fo Life. Pagi ini, kembali gagasan Tom Chi tentang The Palette of Being mengemukan dalam benak. Chi membagi paparan ke dalam tiga kisah. Salah satu, sekaligus kisah yang pertama, yaitu tentang mengapa jantung kita berdegup yang ingin saya elaborasi dalam tulisan di hari ke-18 Ramadan tahun 2024.

Jantung berdegup untuk memompa darah agar beredar. Inti dari darah ini adalah heme B sebuah senyawa yang mengandung zat besi (Fe). Besi, menurut Chi, tidak ada dengan sendirinya di semesta ini. Besi tercipta dari rangkaian peristiwa di mana bintang raksasa terbentuk kemudian meledak, terbentuk lalu meledak dan begitu berulang-ulang. Besi lahir dari rangkaian panjang supernova, serangkaian detuman dan runtuhan rakasasa di semesta. Jadi, jantung kita yang berdegup adalah representasi dari proses bagaimana zat ini tercipta di semesta. Inilah yang dimaksud Chi dengan ungkapan keterhubungan kita di semesta ini. Everything is connected, ungkapnya.

Pendekatan Anekdotal

Besi, ferrum (Fe), dalam bahasa Arab disebut hadid. Ada satu hal yang menarik.  Di dalam Al-Qur'an terdapat satu surah yang secara khusus diberi nama besi, yakni Surah Al-Hadid. Menariknya, nomor atom Fe adalah 26 dan ternyata kata hadid juga berada tepat pada ayat yang ke-26 dari Surah Al-Hadid. Oh iya, dengan catatan basmalah dihitung sebagai ayat pertama, ya.

Kejutan kecil tapi menarik kita temukan. Bila kita hitung  jumlah nilai huruf Arab untuk hadid (besi, Fe) ternyata 26 juga. Kata hadid terdiri dari empat huruf: ha-dad-ya-dal.  Berdasarkan nilai huruf Arab, ha bernilai 8, dal bernilai 4 dan ya bernilai 10. Karena terdapat dua huruf dal dalam kata hadid maka dikalikan dua menjadi 8. Maka bila kita jumlah nilai kesemua huruf tadi: 8+8+10=26. Saya tidak bisa menyembunyikan senyum saat menuliskan dua paragraf ini.

Belum pudar senyuman di wajah, pikiran hanyut dalam ingatan tentang sebuah anekdot adu bangga anak SMA berkenaan dengan jurusan yang mereka pilih. Jelas semua siswa yang terlibat dalam cerita ini lulusan di atas tiga tahun yang lalu. Setidaknya mereka yang mendapatkan layanan Kurikulum 2013. Kurikulum ini lazim diringkas sebutannya, Kurtilas. Dan yang menggelikannya, sebagai orang Sunda, Kurtilas saya plesetkan sebagai Kurikulum Tilas. Tilas dalam bahasa Sunda berarti: bekas. Masa berlaku Kurikulum 2013 hanya sampai Juni 2024 atau akhir tahun pelajaran 2023/2024.  Tahun pelajaran baru 2024/2025 nanti kita sudah akan menggunakan Kurikulum Nasional baru - yang prototipenya populer dengan sebutan Kurikulum Merdeka. 

Saya lanjutkan anekdot anak SMA yang saya maksudkan tadi. Kisahnya seperti ini:

13-14 milyaran tahun lalu, terjadi sebuah dentuman besar yang menghasilkan energi,  massa,  ruang dan waktu. "Ini fisika," kata anak IPA.

Sekitar 300.000 tahun setelahnya, massa dan energi mulai menyatu menjadi struktur kompleks yang disebut atom, dan atom bergabung menjadi molekul. "Interaksi keduanya disebut kimia," kata anak IPA kembali.

Sekitar 4,7 milyar tahun lalu, di Bumi molekul-molekul tertentu bergabung membentuk struktur lebih besar dan lebih rumit yg dinamakan organisme. "Nah ini disebut biologi," masih kata anak IPA dengan bangganya.

250 ribu tahunan lalu, organisme bipedal berkembang pesat otaknya sehingga menjadi sapiens yang menyebar ke seantero dunia. Menjadi berbeda bentuk fisik, perilaku dan adat-istiadat di bawah pengaruh kondisi daerah yang ditinggali. "Itulah antropologi," sergah anak IPS.

Sekitar 70.000 tahun lalu, salah satu spesies Homo (manusia), yaitu Homo sapiens mulai membentuk struktur besar yang lebih rumit. "Ini yang dinamakan kebudayaan," lanjut anak IPS.

Dan, sekitar 5.000 tahun lalu, kita mulai mengenal aksara yang dengannya periode sejarah dimulai. "Itulah IPS," ujarnya tak kalah bangga.

Anak bahasa kebetulan lewat. Dan saat mencuri dengar adu bangga antar kedua jurusan ini, dengan santai nimpali. "Eh sadar gak kalau sejak awal obrolan kalian tadi, itu adalah bahasa?" Katanya sambil beranjak pergi. 

Kali ini saya tidak bisa menahan diri untuk tidak tergelak. Nampaknya narasi yang dijadikan bahan anekdot ini dari Yuval Noah Harari, seorang sejarawan Israel yang berkantor di Departemen Sejarah Universitas Ibrani Yerusalem. Roslan Yusni Hasan atau biasa disebut Ryu Hasan yang turut mempopulerkannya lewat akun X-nya -- yang entah mengapa saya lebih suka versi sebutan sebelumnya, Twitter.   

Nasihat dari Sang Kala

Everything is connected mengusung gagasan utama connectedness. Kita terhubung dalam semesta dalam satu atau beragam bentuk. Saya berhutang banyak kepada siapapun yang secara sukarela menjadi kotributor di laman Wikipedia pada lema Sianobakteria yang paragraf demi paragraf saya kutip secara utuh, kecuali beberapa hal teknisnya:

"Cyanobacteri, juga dikenal sebagai Cyanophyta, sering disebut dalam bahasa Indonesia sebagai sianobakteria atau sianobakteria adalah sebuah filum bakteri yang mendapatkan kebutuhan energinya melalui fotosintesis. Nama "cyanobacteria" berasal dari warna yang dimiliki bakteri ini kyanos (biru). Mereka sering disebut alga biru-hijau (tetapi beberapa mengklaim bahwa penamaan itu salah, sianobakteria adalah organisme prokariotik sedangkan alga seharusnya eukariotik, meskipun definisi lain mengenai alga juga mencakup organisme prokariotik).

Dengan memproduksi gas oksigen sebagai hasil sampingan fotosintesis, sianobakteria diperkirakan telah mengubah atmosfer tipis pada awal pembentukan Bumi menjadi atmosfer yang teroksidasi, mengakibatkan "perkaratan besar-besaran di Bumi" dan Peristiwa Oksigenasi Besar secara dramatis telah mengubah komposisi bentuk kehidupan di Bumi dengan menstimulasi biodiversitas dan menjadikan organisme anaerobik mendekati kepunahannya. Menurut teori endosimbiotik, kloroplas yang ditemukan pada tumbuhan dan alga eukariotik adalah evolusi dari leluhur sianobakteria melalui endosimbiosis.

Sianobakteria dapat dikatakan sebagai mikroorganisme tersukses di Bumi. Bakteri ini secara genetik memiliki banyak variasi; mereka juga dapat hidup di berbagai macam habitat di seluruh penjuru bumi, tersebar di air tawar, air laut, dan ekosistem darat, mereka juga ditemukan di relung terekstrem seperti sumber air panas, pabrik garam, dan teluk air tawar."

Inilah pejuang kehidupan terawal di bumi. Warna mencolok dalam palete kehidupan di awal persiapan Bumi sebagai calon tempat tinggal kita. Menurut Chi, sianobakteria ini jauh setelah berubah menjadi tumbuhan dengan jejaknya berupa klorofil atau zat hijau daun. 

Saya akan sedikit bergeser menjauh dari nada anekdotal yang mengundang senyum. Menyitir apa yang sepintas lalu saya tulis dalam Benarkah Manusia Diciptakan dari Tanah (Liat)?, manusia pada awal fajar terciptanya di bumi boleh jadi mengalami fase layaknya kecambah tumbuhan. Ada fase di mana kita muncul dari perut bumi berupa kecambah manusia. Tanah lumpur yang merupakan rahim pertama kita ini barangkali sedikit banyak mengingatkan kita kepada teori Sup Primordial yang digagas Alexander Oparin dan John Haldane. Sup primordial diyakini mengandung bahan penyusun bentuk kehidupan pertama di bumi. Menurut teori sup purba, sup purba mengandung molekul organik kecil (monomer) dan molekul organik kompleks (polimer) yang terbentuk dari bahan anorganik di atmosfer primitif. Namun, bedanya, secara pribadi saya tidak menerima sepenuhnya teori evoluasi Darwinian. Jadi hemat saya manusia punya jalur evolusi tersendiri sebagai makhluk hidup lainnya.

Fase kecambah manusia pada awal fajar keberadaannya sebagai makhluk Bumi - dan ini mendorong saya untuk menyebut generasi pertama kita sebagai Manusia Kecambah - yang barangkali disinggung dalam QS Ad-Dahr dengan siratan 'sebagai sesuatu yang tidak layak untuk diingat atau disebut manusia'. Sulit untuk diterima oleh kita sebagai ras superior di muka bumi dengan gelar mentereng Khalifah fil-ardh (wakil Tuhan di muka bumi). Dan ke arah ini pula siratan dari ayat ke-17 Surah Nuh Wallahu anbatakum fil-ardhi nabaatan  yang terjemah literalnya dalam bingkai Manusia Kecambah kita seakan berbunyi "Dan Allah menumbuhkan kalian dari bumi dengan layaknya tumbuhan". Untuk pendekatan tafsir yang standarnya dapat dipelajari pada tautan ini.

Dua paragraf ini saya yakin akan menghapus seyum yang sempat terlukiskan saat membaca dua kisah anekdotal sebelumnya. Kita pernah memiliki kemampuan untuk bernafas seperi halnya tumbuhan sebelum kemudian secara sempurna bisa bernafas seperti sekarang ini. Dalam hal ini kita terhubungan dengan tumbuhan dan dengan bumi. Setelah sebelumnya degup jantung kita terhubungan dengan supernova.

Inilah nasihat yang diberikan Allah melalui Surah Ad-Dahr yang berarti waktu. Surah Ad-Dhar uniknya disebut juga Al-Insan yang artinya manusia. Dua nama yang disandang surah ini seakan memberi nasihat kepada kita bahwa manusia adalah makhluk yang berwaktu. Seiring waktu ia pernah begitu lemah, menjadi kuat dan untuk kemudian kembali lemah. Ia tunduk kepada waktu. Ia tidak berhak untuk bersombong diri. Tetapi bila manusia bijak dalam berwaktu maka ia akan meraih kesempuraannya sebagai manusia. Sebab Allah SWT Sendiri menyebut Diri-Nya Sang Kala sebagaimana riwayat berikut:

Laa yasubbu ahadukumud-dahra fa innallaha huwad-dahru

“Janganlah salah seorang di antara kalian mencela Ad-Dahr karena sesungguhnya Allah adalah Ad-Dahr (Sang Kala) (Sahih Muslim 2247a)"

Rahasia di Balik Satu Degupan

Di hari yang ke-18 Ramadan, saya mengambil pelajaran dari satu degupan jantung. Saat Manusia Kecambah belum bisa bernafas, jantungnya sudah berdegup pelan di rahim bumi sebagaimana jantung kita berdegup saat di rahim ibu.

Inilah nasihat di balik tiap satu degupan jantung kita. Subhaanallaah, Maha Suci Allah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun