Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Gout dan Saya: Sebuah Diari

18 Maret 2024   03:53 Diperbarui: 18 Maret 2024   04:17 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari pertama Ramadan saya terkena serangan asam urat. Praktis salat Tarawih pertama pun terpaksa sambil duduk di atas kursi. Geli rasanya. Tapi apa mau dikata. Tarawih di awal Ramadan tidak untuk dilewatkan begitu saja.

Satu minggu sebelumnya, anak saya yang bontot mengalami kecelakaan lalu lintas. Ia harus menjalani operasi pada bagian lututnya. "Serasa jadi pemain sepak bola profesional," selorohnya. Padahal, saya sempat 'ngedrop' sewaktu melihat lukanya terbuka hingga tulang betisnya terlihat. Rupanya kemampuan untuk dapat melihat celah terkecil dari sebuah kelucuan menurun kepada si bontot.

Saya memang termasuk tipe yang mudah tergoda tawa. Termasuk saat asam urat kambuh. Saya masih tergelak saat si bontot melontarkan ledekan: "Wah selamat gabung kembali di group ASU!"

ASU adalah akronim untuk asam urat versi orang rumah. "Kalem, sebentar lagi juga left group, kok," timpal saya.       

 Gout dan Podagra

Sembari menikmati sensasi panas dan nyut-nyutan pada bagian ruas di jari kaki, saya coba mencari kompensasi. Saya harus menemukan cara agar bisa mensyukuri karunia ini. Dan salah satu cara yang terpikir adalah menulis tentang asam urat sambil siapa tahu ada celah-celah kelucuan yang bisa  ditemukan.

Saya merasa terhibur saat membaca tulisan Dr S. Bhattacharjee, A brief history of gout:

"Dalam bab pertama karya pentingnya, A Brief History of Time, Stephen Hawking memetakan perkembangan sejarah yang mengarah pada pemahaman kita tentang alam semesta. Ia menyandingkan teori ilmiah saat ini dengan teori-teori yang lebih meragukan, namun tetap menarik, dari masa lalu, seperti menara kura-kura yang tak terhingga yang konon menjadi penyangga lempeng bumi. Sejarah kedokteran juga menelusuri banyak hal yang bersifat apokrif dan teori ilmiah. nyata. Namun, dalam bidang rematologi, hanya sedikit kondisi yang menggambarkan imajinasi orang-orang dari semua lapisan masyarakat sebagai penyakit asam urat. Meskipun tidak sebesar Big Bang dan dampaknya terhadap alam semesta, asam urat tetap merupakan salah satu dari sejumlah kecil kondisi medis namun signifikan yang secara dramatis mempengaruhi komposisi dunia saat ini."

Bahkan, saya sempat tergelak saat membaca kata-kata: 'Meskipun tidak sebesar Big Bang dan dampaknya terhadap alam semesta, asam urat tetap merupakan salah satu dari sejumlah kecil kondisi medis namun signifikan yang secara dramatis mempengaruhi komposisi dunia saat ini.'

Pada paragraf berikutnya, Bhattacharjee membuat seorang penderita asam urat, seperti saya, menjadi bagian dari mitologi Yunani:

"Pada saat itu, dan selama berabad-abad setelahnya, asam urat dianggap sebagai akibat dari gaya hidup bacchanalian (mabuk-mabukan) yang berlebihan. Legenda Yunani yang populer pada saat itu mengatakan bahwa dewi Podagre (yang dari kata Podagra berasal) dilahirkan melalui rayuan Afrodit oleh Dionysius (dewa anggur Yunani); Iliad karya Homer menceritakan kisah Ankhises Troya, yang mulai pincang setelah disambar petir dari Zeus. Bangsa Romawi, tentu saja, merasakan hal yang sama. Galen, dokter Romawi terkenal asal Yunani, banyak menulis tentang segala hal medis. Ia konon berpendapat: 'Encok adalah putri Bacchus dan Venus. Seneka, guru Nero pada abad ke-1 M, konon melihat encok pada wanita sebagai konsekuensi yang sangat tidak senonoh dari kebejatan yang umumnya dilakukan oleh masyarakat, dan mempertanyakan '. . . mengapa kita perlu terkejut melihat begitu banyak perempuan yang menderita asam urat?' Sastra Romawi dipenuhi dengan deskripsi epidemi asam urat di kalangan bangsawan. Namun, tampaknya serangan-serangan semacam itu mungkin membawa dampak yang lebih gelap, dan berkontribusi pada runtuhnya kekaisaran Romawi."

Sensasi nyeri yang nyaris hilang agak terhambat oleh nada paragraph ini. Saya merasa dihakimi. Saya harus menata kembali moral saya. Saya agak tersinggung. Dan, nyut, sensasi denyut kembali memompa. Saya harus ganti bacaan.     

Pilihan jatuh kepada George Nuki & Peter A. Simkin melalui tulisannya, A concise history of gout and hyperuricemia and their treatment. Saya membaca:

"Pertama kali diidentifikasi oleh orang Mesir pada tahun 2640 SM, podagra (asam urat akut yang terjadi pada sendi metatarsophalangeal pertama) kemudian dikenali oleh Hippokrates pada abad kelima SM, yang menyebutnya sebagai 'penyakit yang tidak dapat disembuhkan'. Istilah ini berasal dari kata Latin gutta (atau 'jatuhkan'), dan mengacu pada kepercayaan abad pertengahan yang berlaku bahwa kelebihan salah satu dari empat unsur -- yang dianggap menjaga kesehatan dalam keseimbangan -- akan, dalam keadaan tertentu, 'jatuh' atau mengalir ke sendi, menyebabkan nyeri dan peradangan. Sepanjang sejarah, asam urat telah dikaitkan dengan makanan kaya dan konsumsi alkohol berlebihan. Karena jelas terkait dengan gaya hidup yang, setidaknya di masa lalu, hanya mampu dimiliki oleh orang kaya, asam urat disebut sebagai 'penyakit raja'."

Bila Bhattacharjee memberi kesan pertama yang lucu, maka Nuki & Simkin membuat saya bersyukur. Betapa tidak, ternyata asam urat konon dulunya hanya diidap oleh orang kaya dan raja.  Meski sangat bisa diperdebatkan -- keberlakuannya untuk saya -- namun,  ini jauh lebih membumi daripada kisah mitologis asam urat versi Bhattacharjee. Kemudian saya lanjutkan bacaanya.  

 "Artritis gout adalah salah satu penyakit paling awal yang diakui sebagai entitas klinis. Pertama kali diidentifikasi oleh orang Mesir pada tahun 2640 SM, podagra (asam urat akut yang terjadi pada sendi metatarsophalangeal pertama) kemudian dikenali oleh Hippokrates pada abad kelima SM, yang menyebutnya sebagai 'penyakit yang tidak dapat disembuhkan'. Beberapa persepsi klinis Hippokrates yang luar biasa sehubungan dengan asam urat disimpan dalam kata-kata mutiara, yang masih berlaku saat ini dan 2500 tahun yang lalu. Hippokrates juga mencatat hubungan antara penyakit ini dan gaya hidup yang berlebihan, menyebut podagra sebagai 'radang sendi orang kaya', dibandingkan dengan rematik, radang sendi orang miskin. Enam abad kemudian, Galen adalah orang pertama yang mendeskripsikan tophi, endapan monosodium urat yang mengkristal yang dapat terjadi setelah hiperurisemia yang sudah berlangsung lama. Galen mengasosiasikan asam urat dengan pesta pora dan tidak bertarak, tetapi juga mengakui sifat keturunan yang sebelumnya disebutkan oleh senator Romawi Seneka."

Nada paragraf terakhir dari Nuki & Simkin senada dengan Bhattacharjee. Gaya tutur yang pertama lebih lembut daripada yang kedua. Hanya saja, ternyata ada sisipan kelucuan, meskipun berbau dark joke, bahwa podagra (asam urat akut) menurut Hippokrates sebut sebagai radang sendi orang kaya sementara rematik adalah radang sendi orang miskin. Kali ini saya hanya 'nyengir'.

Sebuah Jalan Tengah  

Selesai membaca, meskipun sensasi sakit relatif mereda, namun secara klinis tetap harus diobati. Selain minum obat dan mengurangi gerak khususnya pada bagian yang mengalami peradangan, mengkonsumsi air putih dalam jumlah yang cukup juga sangat membantu.

Dan satu lagi yang terpenting selain berdoa, saat berhadapan dengan asam urat adalah mencari kelucuan bahkan saat puncaknya sensasi denyutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun