Teramat sering kita mendengarkan kata puluhan pertama, kedua dan ketiga dalam pembagian fase dalam Ramadan. Lazimnya kita mendengar puluhan rahmah (kasih sayang), maghfirah (ampunan) dan 'itqun minan-nar (terselamatkan dari api neraka). Tapi kali ini kita akan menelisik tentang angka sepuluh itu sendiri.
Sepuluh adalah  bilangan pertama yang merupakan gabungan dari dua bilangan satuan, yaitu 1 dan 0. Mari kita sedikit berkenalan dengan angka 0 dan 1. Dalam matematika, menurut dictionary.com, angka 0, atau hanya nol, kemungkinan besar berasal dari bentuk matahari dan bulan. Banyak orang yang menganggap lingkaran memiliki kualitas Ilahi. Studi tentang lingkaran pada akhirnya mengarah pada pengembangan astronomi, geometri, dan kalkulus.
Orang Yunani kuno bingung dengan ruang kosong yang diwakili oleh angka nol. Ketidakpastian ini menimbulkan perdebatan filosofis dan religius mengenai keberadaan angka nol dan penggunaannya sebagai angka. Setelah hanya dianggap sebagai penunjuk tempat, atau untuk menonjolkan kekosongan tanpa nilai absolut, konsep penggunaan nol sebagai angka dikembangkan di India sekitar abad ke-9 Masehi. Baru pada abad ke-12 melalui sistem angka Arab dan karya ilmuwan Persia al-Khawarizmi, angka nol diperkenalkan ke dunia Barat melalui terjemahan Latin dari buku al-Khawarizmi yang berjudul Aritmatika.
Sekarang angka 1. Dalam angka Arab, satu ditulis mirip dengan huruf alif. Menurut Mabin Langitan dalam Rahasia Huruf Alif, alif adalah huruf awal dari susunan huruf hija'iyah. Ini menandakan bahwa ia adalah dari segalanya, yang tidak akan pernah menjadi awal melainkan ia sepi dari persifatan hadits (baru), dan yang berhak atas alif semacam itu hanyalah Allah, Tuhan yang Maha Awal, sebagaimana firman-Nya: "Huwa al-awwalu wal akhiru". Juga tersebut dalam do'a kanjeng Nabi Muhammad Saw: "Allahuma antal awwalu fa laisa qablaka syai'un, wa anta akhiru fa laisa ba'daka syai'un."
"Dalam ilmu hisab jumal, alif mempunyai nilai satu. Hal ini menandakan bahwa Allah itu  ahid. Kata Wahid dalam segi bahasa digunakan untuk mewujudkan makna isim dan sifat. Menunjukan isim dalam artian Allah Dzat-Nya satu, Ia satu tanpa tersusun dari dua bagian atau lebih. Dan lafadz wahid tidaklah patut disandingkan kepada orang lain melainkan hanya Allah Ta'ala, karena hanya Dia yang maha sempurna dalam sifat dan af'al-nya," tulis Mubin.
Uniknya, angka 1 dan 0 (10) dalam sistem bilangan biner adalah untuk menuliskan angka 2. Umum diketahui bahwa dua adalah lambang perjodohan atau pasangan. Angka sepuluh menyiratkan penyatuan, pasangan ataupun perjodohan. Untuk itulah mengapa saat Allah SWT memerintahkan seorang suami untuk mempergauli istrinya menggunakan ungkapan 'aasyiruuhunna pada ayat ke-19 Surah An-Nisa:
Secara harfiah wa 'aasyiruuhunna dapat diartikan 'dan saling sepuluhilah antara kalian dan mereka dengan baik'. Adapun arti umumnya adalah 'dan kalian pergaulilah mereka dengan baik'. Angka 10, yang terdiri dari satu dan nol, seakan melambangkan lingga dan yoni dalam kosmologi Hindu. Atau, menurut Jaya Suprana dalam Angkamologi Sepuluh:
"Mungkin bukan kebetulan bahwa jumlah prinsipia Pythagoras adalah 10 yaitu: 1) terbatas-tak terbatas ; 2)genap-ganjil ; 3) tunggal-jamak ; 4)kanan-kiri ; 5)lelaki-perempuan ; 6) diam-bergerak ; 7)lurus-bengkok ; 8)terang-gelap ; 9)baik-buruk ; 10) square-oblong."
Ya, angka 1 melambangkan lelaki dan 0 melambangkan perempuan. Satu pasangan yang ideal. Atau, bila sepuluh merupakan simbol keseimbangan ala prinsipia Tao, Im-Yang (Yin-Yang), maka perintah 'aasyiruu mengisyaratkan akan fungsi pernihakan sebagai penyempurnaan keimanan. Pernikahan yang ideal akan menciptakan keseimbangan yang sempurna, saling melengkapi.    Â
Pada ayat lainnya, QS Al-Baqarah ayat ke-187, Al-Quran menggunakan kata baasyiruu sebagai pengganti 'aasiruu:
Kata basyara dalam bahasa Arab berarti manusia, kabar baik, berita gembira. Sehingga kata baasyiruu mengandung makna 'kabar-gembirailah' atau 'saling perlakukanlah secara manusiawi'. Kaya basyar yang berarti manusia secara fisik bila dikaitkan dengan makna basyar sebagai kabar baik atau berita gembira mengisayaratkan kepada fenomena canggih dalam ilmu pengetahuan modern kita yakni keberadaan DNA.
Sudah umum diketahui bahwa DNA terbentuk dari sejumlah deoksiribosanukleotida. DNA yang tersusun akan membentuk gen dan gen membentuk kromosom. Pada satu sel manusia terdapat 23 pasang kromosom atau 46 kromosom. Uniknya bila 46 kita jumlahkan angka penyusunnya, yakni 4 dan 6, maka akan menghasilkan angka 10.
Dalam A Long and Winding DNA, Barry Starr menyebutkan:Â
"Setiap sel manusia memiliki sekitar 6 kaki DNA. Katakanlah setiap manusia memiliki sekitar 10 triliun sel (ini sebenarnya perkiraan yang kecil). Ini berarti bahwa setiap orang memiliki sekitar 60 triliun kaki atau sekitar 10 miliar mil DNA di dalam dirinya. Bumi berjarak sekitar 93 juta mil dari matahari."
Kembali angka 10 muncul berupa fakta-fakta ilmiah.
Demi lebih jelasnya saya kutipkan dari laman Future Learn dalam Imagining the genome as a book sebagai berikut:
"DNA dikemas dalam kromosom di dalam sel. Ada sekitar 3,16 miliar pasangan basa yang ada di setiap sel manusia. DNA ini tersebar di total 46 kromosom dalam satu sel manusia.
Genom manusia itu kompleks, tetapi sederhananya, genom ini dapat dibayangkan seperti sebuah buku: DNA kita terdiri dari huruf-huruf (basa kimia). Jika digabungkan, ini membentuk kata-kata (kodon), yang membentuk kalimat (gen), yang disusun menjadi beberapa bab (kromosom)."
Barangkali hikmah dibalik pemilihan kata baasyiruu sebagai pengganti 'aasyiruu pada ayat di atas mengisyarahkan kepada betapa pentingnya bekal ilmu dan akhlak yang baik bagi pasangan suami isteri. Pergaulan intim yang terjadi melalui proses pernikahan ternyata memiliki peran vital dalam penulisan kode dalam DNA sang buah hati. Kode-kode kebahagiaan dan kebaikan yang seharusnya dituliskan. Bukan sebaliknya kode-kode keburukan. Ke arah itulah nampaknya pemilihan kata baasyiruu dimaksudkan.
Menjelang akhir tulisan, sebuah betikan muncul dalam pikiran. Apakah dalam ungkapan Qur'ani yang sangat populer kun fayakun (jadilah maka terjadilah) terkandung angka sepuluh? Ungkapan ini muncul sebanyak 5 kali di dalam Al-Qur'an, yakni Al-Baqarah ayat 117; Al-Imran ayat 59; Maryam ayat 35; Al-Mu'min ayat 68; dan An-Nahl ayat 40.
Kembali kita akan menggunakan nilai huruf abjad Arab. Kun fayakun tersusun dari 7 huruf  mabani, yaitu Kaf (20); nun (50); fa (80); ya (10); kaf (20); waw (5); dan nun (50). Bila nilai ketujuh huruf tersebut dijumlahkan akan menghasilkan 235. Dan bila ketiga angka tersebut (2+3+5) dijumlahkan, maka hasilnya ternyata 10.
Terkesan cocokologi memang. Namun, bagaimana bila angka 10 memang menjadi bagian dari rahasia yang harus kita ungkap? Pembaca memiliki kemerdekaan penuh untuk menilainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H