"Saya harus mengklarifikasi bahwa yang saya maksud dengan 'kesadaran' bukanlah kesadaran diri atau kemampuan untuk merefleksikan keberadaan diri sendiri. Yang saya maksudkan adalah 'pengalaman': kesenangan, rasa sakit, pengalaman visual atau pendengaran," tandas Cook. "Manusia memiliki pengalaman yang sangat kaya dan kompleks; kuda lebih sedikit, tikus lebih sedikit lagi. Ketika kita beralih ke bentuk kehidupan yang lebih sederhana, kita menemukan bentuk pengalaman yang lebih sederhana. Mungkin pada suatu saat lampu akan mati, dan kesadaran menghilang. Tapi setidaknya masuk akal untuk mengandaikan bahwa kontinum kesadaran ini berlanjut ke materi anorganik, dengan partikel-partikel fundamental yang memiliki bentuk-bentuk pengalaman yang sangat sederhana."
Bacaan pagi tadi begitu berbekas. Sulit rasanya melepaskan pikiran darinya. Udara dingin dengan mudahnya berubah menghangat saat menikmati kedua bacaan tadi. Lalu benak berkelana hingga akhirnya terantuk di pembahasan tentang malaikat. Salah satu pilar dalam rukun iman ini tiba-tiba mengemuka saat menalar 'keberakalan' atau 'kebersadaran' semesta. Sejak malaikat adalah penguasa alam renik, bagian terkecil dari penyusun kebaradaan semesta, yang mana setiap dari malaikat memiliki tugasnya masing-masing maka adalah terasa berhubungan dengan adanya kesadaran pada setiap bagian-bagian terkecil tersebut. Apakah semesta yang 'berpikir' dan 'berkesadaran' yang beroperasi layaknya sistem saraf dalam tubuh kita adalah gambaran dari kinerja para malaikat Allah yang patuh mutlak atas tugas yang diembankan kepada mereka?
Awan mendung sedikit terangkat. Sinar matahari menghangatkan hari jelang adzan Zhuhur berkumandang.Â
Oh iya, siang ini adalah jadwal donor darah di DKM Al-Fadhl---masjid terdekat di mana saya tinggal. Bila tidak salah catat, sekarang adalah yang ke-86 kalinya. Alhamdulillah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H