Sebuah pertanyaan perenialistik dengan nada mengejek selalu diajukan kepada agama: "Apa yang Sang Pencipta lakukan sebelum Dia menciptakan semesta?"
Acapkali dikisahkan, menurut  Stephen M. Barr dalam St. Augustine's Relativistic Theory of Time, bahwa ketika Santo Agustinus ditanya tentang hal ini, ia menjawab, "Tuhan menciptakan neraka untuk orang-orang yang mengajukan pertanyaan seperti itu." Beberapa orang menganggap jawaban ini lucu. Yang lain melihatnya sebagai ilustrasi yang sempurna tentang bagaimana agama mencegah pengajuan pertanyaan dan menuntut keyakinan buta dari para penganutnya.
Namun, inilah masalahnya: Santo Agustinus tidak pernah mengatakan hal ini dan, pada kenyataannya, mengkritik keras orang yang mengatakannya. Inilah yang sebenarnya dikatakan oleh sang Santo:
"Saya tidak memberikan jawaban yang dikatakan telah diberikan seseorang (menghindari dengan sebuah lelucon kekuatan dari keberatan tersebut bahwa), 'Dia mempersiapkan neraka bagi mereka yang mengorek-ngorek subjek yang begitu dalam.' . . . Saya tidak menjawab dengan cara ini. Saya lebih suka menjawab 'Saya tidak tahu' tentang apa yang tidak saya ketahui daripada mengatakan sesuatu yang membuat orang yang bertanya tentang hal-hal yang begitu dalam menjadi bahan tertawaan, sementara orang yang memberikan jawaban yang keliru mendapat pujian.'"
Saya menemukan riwayat ini pertama kali dalam A Brief History of Time karya Stephen Hawking. "Dia [Santo Agustinus] mengatakan bahwa waktu adalah bagian dari semesta yang diciptakan Tuhan, dan waktu itu tidak tidak ada sebelum permulaan alam semesta," tulis Hawking.
 Al-Ghazali, salah satu mutakallim terbesar dalam perabadan dan kebudayaan Islam berpendapat sama bahwa  waktu itu bermula dan diciptakan, dan sebelumnya tidak ada waktu sama sekali. Dalam Argumen Al-Ghazali tentang Keabadian Dunia dan Masalah Kekekalan dan Keabadian Ilahi pada bagian 'Argumen untuk Temporalitas Semesta yang Terbatas', Al-Ghazali beralih pada dukungan filosofisnya untuk menyangkal keabadian dunia. Lane Craig menguraikan argumennya sebagai berikut: pertama, ada fenomena temporal di dunia; kedua, hal ini disebabkan oleh fenomena temporal lainnya; ketiga, rangkaian fenomena temporal tidak dapat mundur tanpa batas; dan keempat, oleh karena itu, rangkaian tersebut harus berhenti pada Yang Abadi. Inilah argumen logis kebermulaan waktu menurut Al-Ghazali.
A Brief History of Time 'Salah'?
19 Maret lalu, The Guardian menurunkan berita berjudul A Brief History of Time 'salah', kata Stephen Hawking kepada kolaborator.Â
"Saya telah berubah pikiran. Buku saya, A Brief History of Time, ditulis dari perspektif yang salah," tulis Hawking melalui emailnya kepada Thomas Hertog, rekan peneliti mudanya.
Menurut Hertog, perspektif baru yang dia capai bersama Hawking membalikkan hierarki antara hukum dan realitas dalam fisika dan bercorak sangat 'Darwinian'. "Ini mengarah pada filosofi fisika baru yang menolak gagasan bahwa alam semesta adalah mesin yang diatur oleh hukum tanpa syarat dengan keberadaan sebelumnya, dan menggantikannya dengan pandangan tentang alam semesta sebagai semacam entitas yang mengatur diri sendiri di mana segala macam pola yang muncul, yang paling umum kita sebut hukum fisika," ungkapnya sebagaimana dikutip Robin McKie, The Guardian.