Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Charlie Chaplin

12 April 2023   12:00 Diperbarui: 12 April 2023   21:17 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"When you cannot laugh at the same joke again and again,
Then why do you cry again and again on the same worry?
Enjoy each moment, as time passes in the blink of an eye!"

Terjemah sederhananya, lebih kurang: 

Bila kamu tidak dapat menertawakan satu lelucon yang sama berulang kali,
Lalu mengapa bisa kamu menangis lagi dan lagi  oleh satu kekhawatiran yang sama?
Nikmati saja setiap kesempatan, sebab waktu akan berlalu dalam kejapan mata!

Lalu, akhir-akhir ini berseliweranlah meme di berbagai platform media sosial versi dalam bahasa Arab-nya: 

 

download-64361f2908a8b55454023fd3.jpeg
download-64361f2908a8b55454023fd3.jpeg

Kata-kata bijak ini mestilah keluar dari mulut seorang sufi. Begitulah kira-kira dalam benak sebagian besar dari kita. Aman sekali rasanya untuk menyimpulkan bahwa kata-kata di atas memenuhi banyak kriteria untuk disebut sebagai qaulul hikmah (perkataan yang mengandung hikmah). Hanya saja, izinkan saya memberikan sedikit kejutan. 

'Qaulul hikmahdi atas adalah perkataan dari Charlie Chaplin yang bernama lengkap Charles Spencer Chaplin. Aktor dan komedian ini adalah legenda era film bisu dengan kumisnya kotak ala sikat gigi yang khas. Menurut David Robinson dalam bukunya yang ditulis tahun 1985, Chaplin: His Life and Art, filmografi Chaplin mencapai lebih dari 80 film yang dirilis sejak tahun 1914. Detail lebih lanjut ditambahkan ke dalamnya dalam biografi  yang menyertakan film terakhir Chaplin, A Countess from Hong Kong (1967), sebagai entri ke-81. 

Chaplin yang berjaya di era film bisu benar-benar hanya bertumpu pada kekuatan aksi dan mimik untuk menghibur penontonnya. Saat teknologi efek visual belum semaju sekarang ini sungguh bukan hal yang mudah mengulang apa ia pernah lakukan. Chaplin adalah legenda tanpa kata. Konon legenda inilah yang membuat Albert Einstein ingin bertemu dengannya. Dan sebagaimana dikutip dari laman Facebook The Nobel Prize, berlangsung sebuah percakapan yang sangat menarik saat keduanya bertemu muka. 

Dikatakan bahwa Charlie Chaplin, menurut The Noble Prize, adalah satu-satunya orang di Hollywood yang ingin ditemui oleh Albert Einstein. Pada tanggal 2 Februari 1931, dia mendapatkan kesempatan untuk berbicara dengan aktor tersebut pada pemutaran perdana film City Lights.

Einstein: "Yang paling saya kagumi dari karya seni Anda adalah universalitas Anda. Anda tidak mengucapkan sepatah kata pun, namun dunia memahami Anda!"

Chaplin: "Benar. Tapi kehebatan Anda bahkan lebih besar lagi! Seluruh dunia mengagumi Anda, meskipun mereka tidak mengerti sepatah kata pun yang Anda ucapkan."

Saya terhimpit dua sensi. Antara tawa dan logika. Itulah bila dua raksasa bertukar kata! 

Sir Charles Spencer Chaplin KBE

Untuk beberapa alasan, tidak hanya sebatas kontribusinya dalam menceriakan hari-hari kita, Chaplin pada tahun 1975 mendapat penghargaan terbesarnya. Ratu Elizabeth, seperti dilansir Daily News, mengambil pedang kenegaraan dan menepuk kedua pundaknya, sambil berkata dengan lembut: "Bangkitlah, Sir Charles Chaplin, Komandan Ksatria Kerajaan Inggris!"

Sejak itu sang legenda komedi film bisu bertambah sebutan menjadi: Sir Charles Spencer Chaplin, KBE. 

Tak ada pohon yang tak dihembus angin, bahkan rumput sekalipun. Chaplin, sebagaimana dilansir The Wire, pernah dituduh komunis. "Saya bukan seorang Komunis, tetapi saya bangga mengatakan bahwa saya merasa sangat pro-Komunis," jawabnya.

Sebuah ungkapan yang tidak bisa dibaca atau diterima dengan pemahaman sebatas permukaan. Hemat saya, pernyataannya lebih kepada nilai kemanusiaan semata. Atau, sebagai bentuk ketidaksetujuan atas hegemoni politik blok Barat atas Timur. "Pada tahun 1947, dia mengatakan kepada wartawan, 'Hari-hari ini jika Anda keluar dari trotoar dengan kaki kiri, mereka menuduh Anda seorang komunis,'" tulis Vijay Prashad di The Wire.   

Sebagian pembaca pasti mengetahui hal kecil lainnya berkenaan dengan Chaplin ini. Satu ini lagi saja. Menurut Kompas dan Historia, Chaplin tercatat pernah berkunjung ke Garut, Indonesia dua kali, pada 1923 dan 1928. Sebagai orang yang hanya tinggal 19 kilometer dari Garut, saya merasa punya alasan untuk turut bangga atas kenangan sejarah kota yang pernah berjuluk Paradijs van het Oosten (Surga dari Timur Dunia Timur) ini.

Ambillah hikmah dari manapun ia berasal!

Syamsuddin as-Sakhawi, seorang ahli hadits dan sejarawan terkenal mengatakan: "Khudzil hikmata walaa yadhurruka  min ayyi wi'aa-in kharajat." Bahwa, ambillah hikmah, tidak akan membahayakanmu dari manapun ia keluarnya." (al-Maqashid al-Hasanah).

Bersandar kepada perkataan As-Sakhawi ini, maka kutipan perkataan Chaplin di awal sah-sah saja untuk menjadi bahan renungan. Adapun rantai transmisi yang menyatakan bahwa itu berasal dari Chaplin salah satunya bersumber dari Michael Levy, That's Rich: Connect The Dots. Masih terbuka lebar kemungkinan sumber lain menyatakan hal yang berbeda berkenaan dengan siapa yang mengatakan itu pertama kali. Dalam sebuah parodi dalam salah satu akun instagram circle-nya kolega saya, Dani Sunjana, dinyatakan di dalamnya 'qaala Patrick....'. Artinya, qa'il (pengucap) qaul ini adalah kawannya SpongeBob. Saya membebaskan diri dari urgensi untuk mencari tahu kapan Patrick belajar bahasa Arab. Hehehe 

Hanya saja, kalimat Enjoy each moment, as time passes in the blink of an eye! terasa menarik perhatian lebih. 

Ada semangat Carpe-diem-quam minimum-credula-postero-nya Horatius di sana. 'Petiklah hari dan percayalah sedikit mungkin akan hari esok' begitu Wikiquote memberikan terjemahannya.  

Atau, redaksi senada---tetapi dengan dimensi yang lebih luas---dari perkataan 'Amr bin al-'Ash ra: "I'mal lidunyaka ka-annaka ta'iisyu abadan, wa(i)'mal liaakhiratika ka-annaka tamuutu ghadan." Bahwa beramal engkau untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya, dan beramal engkau untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok hari. Perkataan ini bukanlah hadits Nabi saw melainkan atsar (perkataan Sahabat) yang bernama 'Amr bin al-'Ash ra. Laman Islamweb mengutip kitab Musnad al-Harits karya Al-Haitami sebagai pendukungnya. 

Atsar 'Amr bin al-'Ash memberikan jalan tengah atas kedua pernyataan Chaplin dan Horatius. Bahwa, dalam urusan dunia kita hendaklah tidak perlu tergopoh-gopoh karena waktu masih banyak. Masih ada besok lagi. Begitulah implikasi dari seakan-akan kita akan hidup selamanya. Namun, kebalikannya untuk urusan akhirat. Kita harus bergegas karena kita tidak tahu kapan maut akan menjemput. Boleh jadi esok hari tidak akan kita jumpai. 

Qaulul hikmah dari sahabat 'Amr bin al-'Ash ini menutup tulisan saya di hari yang ke-21 Ramadan ini.     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun