Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Autophysiopsychic Music

11 April 2023   07:40 Diperbarui: 11 April 2023   07:49 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yusef Lateef (www.azquotes.com)

Bagi pecinta musik jazz---perlu waktu untuk menyebutnya dengan otofisiopsikis---tentu bisa memahami mengapa seseorang dapat menganggapnya sebagai genre musik yang esoteris dan asketik. Sebagai musik yang lahir dari rahim blues, jazz memiliki sejarah panjang nan kelam. Kini kita mengenalnya sebagai musik kaya improvisasi yang mengandalkan kemampuan pemainnya untuk bermain secara spontan, dengan pengaruh dari musik Afrika. Genre ini juga terasa sangat rumit dan sulit diakses bagi pendengar awam yang tidak terbiasa dengan pola harmoni dan ritme yang kompleks.  

Parker McQueeney dalam Sultans of Swing:  Prophetics and Aesthetics of Muslim Jazz Musicians in 20th Century America menulis sebuah paragraf pembuka yang cukup panjang:

"Kedatangan Christopher Columbus ke pantai San Salvador tidak hanya melambangkan kontak pertama Dunia Baru dengan orang Eropa Kristen berkulit putih-tetapi juga dengan orang kulit hitam. Sejak tahun 1492, Islam telah menjadi bagian penting namun tersembunyi dalam identitas diaspora Afrika. Di benua Amerika Serikat, para budak Muslim sering kali memegang posisi kekuasaan di perkebunan - dan dalam beberapa kasus menjadi pemimpin pemberontakan Islam menjadi alat perlawanan dan ketahanan, dan cara bagi orang-orang yang diculik untuk melestarikan tradisi, pengetahuan, dan semangat. Tidak mengherankan jika ketika Islam muncul kembali dalam kesadaran orang Afrika-Amerika pada periode pascaperang, yang pada akhirnya selaras dengan Gerakan Kesenian Kulit Hitam, Islam tidak hanya mempertahankan karakteristik ini, tetapi juga mengambil makna baru dari kenabian, estetika, dan perlawanan dalam konteks budaya, spiritual, dan politik."

"Dalam disertasi Dr. Yusef Lateef pada tahun 1975 untuk University of Massachusetts, Amherst, ia mengutip cendekiawan sufi abad ke-11, Al-Ghazali: Musik tidak menciptakan sesuatu yang baru di dalam hati kita, musik hanya memperkuat dan menggairahkan apa yang telah ada di dalam hati ... jika musik mengintensifkan emosi yang tidak diinginkan, misalnya, kesedihan dalam hati terhadap suatu kehendak Tuhan, maka hal itu tidak diperbolehkan.... Jenis musik yang paling tinggi adalah musik yang mengintensifkan kecintaan kepada Tuhan, dan apa yang menambah kecintaan kepada Tuhan layak mendapatkan pahala yang paling tinggi," tambah McQueeney mengutip ungkapan Yusef Lateef.

Berkenaan dengan musik yang tidak diperbolehkan mengacu kepada perkataan Al-Ghazali yang diutip Yusef Lateef di atas, McQueeney menuliskan perkataan Daniel Pipe---presiden Middle East Forum dan penerbit jurnal Middle East Quarterly. "Ia (Daniel Pipe) mengutip pernyataan Imam Jamaah Muslim Ahmadiyah yang ke-4, Mirza Tahir Ahmad bahwa: '....musik yang menarik Anda ke dalam dirinya sendiri dengan mengorbankan nilai-nilai yang lebih tinggi, dengan mengorbankan ingatan kepada Allah, dengan mengorbankan doa-doa, di mana Anda diambil alih oleh musik dan itu menjadi semua ambisi dan obsesi Anda; jika itu terjadi maka Anda adalah orang yang merugi, dan itu sangat jelas.'" 

Inilah yang saya maksud sebagai sejarah panjang nan kelam. Dan inilah mengapa saya sebut ada unsur esoterisme dan asketisme dalam jiwa musik genre ini. Kita bisa merasakan ada dimensi lain secara musikalitas. Meski agak sulit untuk mengungkapkannya akan tetapi yang jelas ada semacam jejak sufistik di dalamnya. 

Jejak Tasawuf dalam jazz

Terdapat sejumlah bukti sejarah yang menunjukkan bahwa pengaruh tasawuf Islam membantu membentuk perkembangan musik jazz di Amerika Serikat. Banyak budak Afrika yang dibawa ke Amerika pada masa perbudakan berasal dari daerah-daerah di Afrika Barat, di mana Islam merupakan agama yang menyebar luas. Banyak dari mereka yang memiliki pengetahuan tentang musik dan tradisi musik yang sangat beragam, termasuk musik yang digunakan dalam praktik keagamaan Islam seperti zikir atau doa-doa.

Beberapa sejarawan musik berpendapat bahwa pengaruh ini terlihat dalam penggunaan pola ritmis yang kompleks dan ritme yang terkadang sulit diikuti dalam musik jazz. Misalnya, penggunaan pola tiga ketuk atau tiga ketuk berturut-turut dalam musik jazz, sering dikaitkan dengan pengaruh musik Afrika Barat yang berasal dari tradisi Islam.

Pola ritmis ini dapat ditemukan dalam berbagai tradisi musik, termasuk musik Afrika Barat yang berasal dari tradisi Islam. Di beberapa daerah di Afrika Barat, terdapat pola ritmis yang serupa dengan pola tiga ketukan, yang disebut sebagai "hemiola". Pola ini sangat penting dalam tradisi musik di daerah tersebut, dan sering digunakan dalam praktik keagamaan Islam seperti zikir atau doa-doa.

Beberapa sejarawan musik berpendapat bahwa para budak Afrika yang dibawa ke Amerika Selatan dan Karibia pada masa perbudakan membawa dengan mereka pengaruh musik mereka, termasuk pola-pola ritmis seperti hemiola. Pola-pola ritmis ini kemudian dapat ditemukan dalam musik jazz yang berkembang di Amerika Serikat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun