Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tasawuf dan Kuantum

7 April 2023   11:08 Diperbarui: 7 April 2023   11:13 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia pemikiran seperti ini dalam sejarah Islam pernah mencapai titik tertingginya. Hal ini salah satunya setelah ada persentuhan dengan filsafat Yunani. Pada bagian Islamic Schools of Thought dari Revelation, Rationality, Knowledge and Truth, Imam Jamaah Muslim Ahmadiyah yang ke-4, Hadhrat Mirza Tahir Ahmad rh menerangkan madzhab-madzhab pemikiran dalam Islam, termasuk kalangan sufi. Salah satunya adalah pandangan bahwa dunia fisik itu semu, dan yang ada hanyalah bayangan dari pikiran. Jadi setiap orang berbeda dalam mempersepsi dunia fisiknya. 

"Aspek ketidakpastian dan ketidakpercayaan kesan-kesan seperti tersebut di atas, melahirkan sekte sufi lain yang sama sekali mengingkari keberadaan lahiriah dari benda-benda dan mengklaim bahwa kebenaran abadi hanyalah gagasan subyektif. Mereka yang lebih ekstrem di antara mereka menolak sama sekali keberadaan bentuk fisik eksternal apapun, termasuk tubuh mereka sendiri," tulis Sang Imam.

Lalu sebuah anekdot dikisahkan. Konon pimpinan sufi dari tarekat ini dipanggil ke istana seorang raja untuk mengadakan debat dengan beberapa ulama terkemuka pada masanya. Tetapi yang membuat semua orang takjub sekaligus kecewa, ternyata hasil dari perdebatan itu justru kebalikan dari apa yang mereka harapkan. Dalam beberapa tukar argumen dan kontra-argumen, para akademisi hebat istana goyah dari kedalaman argumen mereka, tergagap dan kehilangan kata-kata. Tidak ada yang berhasil menandingi kelenturan logika halus sang sufi. Pada titik ini, raja mendapat ide cemerlang dan memerintahkan penjaga rumah gajah untuk membawa gajahnya yang paling ganas ke halaman istana. Gajah yang satu ini kebetulan terserang penyakit gila yang tidak kalah dari sang Sufi. Satu-satunya perbedaan mungkin adalah bahwa dalam pikiran sang sufi realitas luar tidak ada. Sementara si gajah itu sendiri hanya ingin menghancurkan semua realitas lahiriah di luar dirinya. Dari satu ujung lapangan sang sufi didorong ke tempat terbuka dan dari ujung lainnya si gajah dilepaskan. Sang Sufi tanpa kehilangan nafasnya, segera berlari menyelamatkan nyawanya.

Melihat hal ini, sang raja berteriak dari balkon istananya, "Jangan lari wahai Sufi dari bayangan semu gajah ini. Dia hanya fatamorgana dari imajinasimu!"

"Siapa yang melarikan diri?" balas sang Sufi. "Itu hanya fatamorgana dari imajinasi Paduka."

Demikianlah akhir dari kesulitan sang sufi, tetapi tidak untuk perdebatan itu sendiri. "[Hingga kini] perdebatan masih terus berlangsung," seloroh Sang Imam.

 

Kuantum: Metafisikanya Fisika?

Werner Heisenberg dalam bukunya Physics and Philosophy: The Revolution in Modern Science menulis:

"Kemajuan terbaru dalam fisika modern hanya bisa dipahami ketika seseorang menyadari bahwa di sini dasar-dasar fisika telah mulai bergeser; dan bahwa pergeseran ini telah menimbulkan perasaan bahwa dasar-dasar ini akan terpisah dari ilmu pengetahuan."

Kalimat ini mengingatkan obrolan lawas dengan senior saya, Farzand Abdullatif saat tinggal di kediaman almarhum Raden Ahmad Anwar di kawasan Pasirpogor, Bandung. Saya yang hanya berbekal rasa ingin tahu suka keluar dari bidang saya untuk bertanya tentang fisika kuantum dan sebagainya. Kang Andi, begitu biasa saya memanggilnya, adalah lulusan S3 fisika teoritis Australia National University. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun