Polifemo mengunci mereka di dalam gua dan membunuh beberapa awak kapalnya sebagai makanan. Namun, Odisseus berhasil memberikan minuman keras kepadanya dan membuatnya mabuk, kemudian memanfaatkan momen tersebut untuk menusuk mata Polifemo dan melarikan diri bersama para awak kapalnya. Kisah Polifemo dan Odisseus banyak dikenal melalui karya sastra klasik, termasuk karya-karya Homer seperti Odyssey (Odisseia) dan Iliad (Ilias).
Perjalinan Barat-Timur: Oksido-Orien
Dalam Cultural links between India & the Greco-Roman world, sebuah tulisan di World History disebutkan bahwa Cyrus Agung (558-530 SM) mendirikan kekaisaran universal pertama di dunia yang membentang dari Yunani hingga sungai Indus.
Rujukan awal terhadap Yunani di India, menurut Sanujit penulis artikel ini, telah ada jauh sebelum kedatangan Aleksander Agung di perbatasan barat laut India. Terdapat referensi dalam literatur awal India yang menyebut Yunani sebagai Yavanas. Panini, seorang ahli tatabahasa Sanskerta kuno, mengenalkan kata yavana dalam karyanya. Katyaanaa menjelaskan istilah yavanani sebagai aksara dari Yavanas. Tidak banyak yang diketahui tentang kehidupan Panini, bahkan abad yang ia tinggali pun tidak pasti. Mayoritas ahli cendekiawan menganggap ia hidup pada abad ke-4 SM. Tata bahasa Pāṇini, yang dikenal sebagai Ashtadhyayi, yang berarti delapan bab, mendefinisikan bahasa Sanskerta klasik, sehingga Panini secara pasti hidup pada akhir periode Weda. "Petunjuk penting untuk penanggalan Panini adalah munculnya kata yavanānī (dalam 4.1.49, baik 'wanita Yunani' ataupun 'aksara Yunani'). Kecil kemungkinan adanya pengetahuan langsung tentang Yunani di Gandhara sebelum penaklukan Aleksander Agung pada tahun 330 SM, namun ada kemungkinan nama tersebut diketahui melalui kata Persia Kuno yauna, sehingga keberadaan yavanani yang diambil secara terisolasi memungkinkan pada tahun 520 SM, yaitu saat penaklukan Darius Agung di India," tulis Sanujit.
Meski kerajaan Indo-Yunani pertama, menurut Antoine Simonin baru ada sekitar tahun 190 SM. Namun, persentuhan budaya dan peradaban antara Barat (Yunani) dan Timur (India) jauh lebih tua. Dan salah satu jejaknya sebagaimana disebut sebelum ini, yaitu dalam mitologi Jupiter: Zeus Pater dan Dyaus Pita(r).
Alunan suara mezzo-soprano Cecilia Bartoli meruak dari speaker laptop tua saya, ketika satu pertanyaan tambahan, atau tepatnya asusmsi hipotetik, terlintas: "Adakah kesamaan gagasan antara Mahabharata, Odisseia dan Ilias?"
Sambil memutar kembali ingatan lama atas epos asal India dan Yunani, saya coba buka-buka utas dan forum percakapan di Quora dan sumber relevan lainnya. Dari beberapa jawaban dan petunjuk yang tersedia, sebuah momen eureka kecil didapatkan.
Mahabharata, Odisseia, dan Ilias adalah karya sastra kuno yang memiliki banyak perbedaan budaya, geografis, dan sejarah. Meskipun begitu, ada beberapa kesamaan ide atau gagasan antara ketiganya, seperti:
Pertama, perjuangan dan pertempuran. Ketiga karya sastra ini menampilkan perjuangan dan pertempuran yang menjadi pusat dari plot ceritanya. Mahabharata dan Ilias, misalnya, berkisah tentang perang antara dua kelompok yang berbeda, sementara Odisseia menceritakan perjuangan sang pahlawan untuk kembali ke tanah airnya.
Kedua, karakter heroik. Karakter-karakter heroik sangat penting dalam ketiga karya sastra ini. Para pahlawan seperti Arjuna di Mahabharata, Akhilles di Ilias, dan Odisseus di Odisseia masing-masing memiliki keberanian, kekuatan, dan kecerdikan yang luar biasa.
Ketiga, konflik dalam keluarga. Konflik dalam keluarga menjadi tema penting dalam Mahabharata dan Odisseia. Mahabharata berkisah tentang perseteruan antara dua kelompok yang memiliki hubungan kekeluargaan, sementara Odisseia menceritakan kisah Odisseus yang harus berjuang untuk merebut kembali tahtanya dari para saudara iparnya.