Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Dimensi

3 April 2023   11:23 Diperbarui: 3 April 2023   11:25 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyibak dimensi https://physicsworld.com

Tadi subuh, saat membaca kembali ayat ke-34 dari Surah Al-A'raf, sebuah insight terbetik dalam pikiran. Secara umum ayat ini dimaknai sebagai tidak adanya celah untuk mengelak dan menghindar bagi manusia dari ketentuan Allah berupa kematian ataupun kebinasaan sebagai hukuman atas perbuatan buruknya. Tafsiran umum yang diterima secara luas.  

https://tafsir.learn-quran.co/id
https://tafsir.learn-quran.co/id

Saat Guru Belajar dari Murid

Hanya saja karena beberapa hari lalu, Walid---siswa saya di SMA Plus Al-Wahid---mengirimkan sebuah tulisan sebanyak 22 halaman dengan judul 'Benarkah Waktu sebagai Dimensi Keempat?', maka pikiran pun terbawa dalam tanya tersebut. Dalam tulisannya Walid menyatakan:

"Ruang-waktu adalah konsep dalam fisika dan ilmu pengetahuan yang menggabungkan tiga dimensi ruang dan satu dimensi waktu ke dalam satu kerangka acuan. Konsep ini pertama kali dikembangkan oleh Albert Einstein dalam teori relativitasnya pada awal abad ke-20. Dalam ruang-waktu, peristiwa atau kejadian tidak hanya memiliki koordinat spasial (x, y, z) tetapi juga koordinat waktu (t). Oleh karena itu, ruang-waktu mencakup keempat dimensi (tiga dimensi ruang dan satu dimensi waktu) yang membentuk satu kerangka acuan.

Konsep ruang-waktu penting dalam fisika modern, karena membantu menjelaskan bagaimana ruang dan waktu saling terkait dan bagaimana peristiwa terjadi dalam konteks ruang-waktu. Misalnya, teori relativitas mengajarkan bahwa waktu tidak absolut dan dapat bervariasi tergantung pada kecepatan dan gravitasi. Selain itu, konsep ruang-waktu juga digunakan dalam kosmologi untuk menjelaskan struktur dan evolusi alam semesta.

Dari penjelasan konsep yang telah dijelaskan di atas dapat kita ketahui bahwa dimensi waktu tidak termasuk kedalam dimensi spasial (ruang). Jika dipahami baik-baik maka akan ditemukan suatu hal yang akan menjelaskan sebuah 'kesalahpahaman' kita dalam mengatakan bahwa waktu adalah dimensi keempat."

Saya benar-benar awam dalam hal ini. Hanya saja selalu merasa senang saat membaca tulisan-tulisan populer tentang sains, termasuk persoalan fisika di antaranya. Untuk alasan itu nampaknya Walid mengirimkan tulisannya kepada gurunya.

Lalu apa dan bagaimana posisi waktu dalam eksistensi kita? 

Sebuah pertanyaan bernada retoris Walid sisipkan. Berdebar rasanya membaca kalimat-kalimat berikutnya.  

"Waktu adalah konsep yang digunakan untuk mengukur durasi, urutan, dan interval dari peristiwa atau kejadian. Waktu dapat diukur dengan menggunakan satuan waktu, seperti detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, atau tahun. Konsep waktu juga dapat digunakan untuk menunjukkan urutan peristiwa atau kejadian, seperti sebelum atau sesudah, atau dalam rentang waktu tertentu, seperti awal atau akhir. Konsep waktu sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berbagai bidang pengetahuan, seperti fisika, matematika, astronomi, dan sejarah.

Pada dasarnya dari keseluruhan itu apabila kita melihat dengan lebih luas lagi, kita akan dapat menyimpulkan bahwa waktu adalah ukuran atau dimensi yang menjadi dasar dari adanya suatu kehidupan. Tanda kehidupan mencakup adanya interaksi, pergerakan, perpindahan, tumbuh dan berkembang. Ketika dilihat lebih luas lagi, maka jika ada kehidupan akan ada perubahan. Kehidupan adalah proses, yang namanya proses pasti memerlukan yang namanya waktu. jika tidak ada waktu maka tidak akan ada proses, jika tidak ada proses maka tidak akan ada perubahan dan jika tidak akan ada perubahan maka tidak akan ada kehidupan. Dari situ dapat disimpulkan bahwa waktu berperan sebagai ukuran atau dimensi dasar untuk eksisnya sebuah alur kehidupan," papar Walid.

Setelah panjang lebar sambil menyertakan gambar-gambar untuk mengilustrasikan paparannya--dan saya hampir yakin kalau dia lakukan itu agar gurunya yang satu ini bisa memahaminya. "Karena memang waktu tidak dapat dipisahkan dari ruang maka bukan hal yang salah bahwa waktu sebagai ukuran keempat atau dimensi keempat setelah 3 dimensi ruang ini. namun perlu digaris bawahi bahwa dimensi waktu bukan dimensi terusan dari dimensi ketiga, waktu hanyalah sebagai dimensi tambahan dari dimensi ketiga ini. Jadi ada 4 dimensi dalam alam kita ini, yaitu 3 dimensi ruang dan 1 dimensi waktu. Pertanyaannya adalah, 'lalu apa dimensi keempat itu?' Dimensi keempat adalah ruang empat dimensi.

Itulah letak perbedaan perspektif saya (Walid) dan Minkowski. Sebenarnya sampai sini pun sudah cukup jelas mengenai penjelasan saya bahwa waktu bukanlah dimensi keempat yang menjadi terusan dari dimensi ketiga. Sebenarnya tidak salah untuk mengatakan bahwa waktu sebagai dimensi keempat, karena saya pun mengatakan waktu sebagai ukuran tambahan, ukuran keempat yang ada setelah 3 ukuran ruang. Namun letak sudut pandangnya saja dalam melihat peranan waktu itu yang membuat saya ingin meluruskan dan menekankan bahwa waktu bukan terusan dari dimensi ketiga, tapi dimensi waktu adalah dimensi tambahan dari dimensi ketiga. Hal yang perlu diingat juga adalah bahwa waktu bukan saja hanya ada dalam dimensi kita ini, tapi 1 dimensi waktu pasti dimiliki oleh dimensi ruang lainnya yang kita kenal sebagai bidang, panjang dan ruang dimensi yang lebih tinggi. Karena bisa saja makhluk 2 dimensi menyebut alam mereka pun sebagai ruang. jadi dimensi terusan yang saya anggap itu bukanlah waktu, tapi ruang empat dimensi. ruang empat dimensi adalah wujud dimensi ruang keempat. yang satuan ukuran tambahannya juga adalah meter yang membentuk m^4," tambahnya.

Tersadar dari hanyut-pikiran, saya terantuk pada insight berupa tanya: "Mungkinkah ayat ke-34 dari Surah Luqman ini menyiratkan keterlarangan rekayasa waktu dan dimensi oleh kita yang tinggal dalam satu dimensi tertentu?"

Sungguh berat bagi orang seawam saya saat sebagian ilmuwan menyatakan bahwa waktu itu (boleh jadi) tidak ada. Sam Baron menurunkan tulisan berkenaan dengan kemungkinan ini dalam  Time might not exist, according to physicists and philosophers–but that’s okay. Bila Sam Baron masih bersikap lembut, maka Shubham Srivastava dalam Why time isn't the fourth dimension? dengan tegas menyatakan bahwa waktu itu tidak ada. 

Saya memilih penuturan Sam Baron saja. "Pada 1980-an dan 1990-an, banyak fisikawan menjadi tidak puas dengan teori dawai dan muncul dengan berbagai pendekatan matematis baru untuk gravitasi kuantum. Salah satu yang paling menonjol adalah Loop Quantum Gravity (Gravitasi Kuantum Simpal), yang mengusulkan bahwa jalinan ruang dan waktu terbuat dari jaringan bongkahan diskrit yang sangat kecil, atau loop. Salah satu aspek luar biasa dari Gravitasi Kuantum Simpal adalah bahwa ia tampaknya menghilangkan waktu sepenuhnya," tulis Baron. 

Bayangkan, jawab ChatGPT saat saya minta bantuan memberikan ilustrasi sederhanya, ruang adalah jaring yang terbuat dari benang yang terkuantisasi, seperti rajutan yang terdiri dari loop kecil. Jika Anda mencoba menggerakkan objek dari satu titik ke titik lain di jaring, Anda akan melakukannya dengan cara melompat dari satu loop ke loop lainnya, seperti karakter dalam video game melompat dari satu platform ke platform lainnya. Tidak seperti di dunia klasik di mana objek dapat bergerak dengan lancar dari satu titik ke titik lainnya, dalam Loop Quantum Gravity, pergerakan terjadi dalam langkah-langkah diskrit.

Sekarang bayangkan jika Anda ingin mencatat waktu saat Anda melompat dari satu loop ke loop lainnya. Dalam Loop Quantum Gravity, waktu tidak mengalir secara kontinu seperti di dunia klasik. Sebaliknya, waktu berkembang dalam langkah-langkah diskrit juga, seiring dengan pergerakan objek dalam jaring.

"Dalam ilustrasi ini, waktu adalah hasil dari pergerakan diskrit objek dalam jaring, yang disebabkan oleh interaksi antara loop. Loop Quantum Gravity menyiratkan bahwa waktu mungkin bukan konsep fundamental, melainkan fenomena makroskopik yang muncul dari sifat dasar ruang," tandas chatbot kecerdasan buatan ini.

Waktu dalam perspektif ini tidak mengalir tanpa henti. Waktu boleh jadi bukan lagi entitas independen dalam alam semesta, melainkan hanya merupakan konstruksi yang muncul dari sifat dasar ruang dan partikel yang membangunnya. Hanya saja dalam realitas yang kita jalani waktu itu memang.  Dimensi spasial dan dimensi temporal adalah hal yang tidak dapat kita pisahkan.  "Karena bagaimana pun juga kedua hal tersebut adalah satu kesatuan utuh yang menciptakan suatu alur kehidupan bisa tercipta," simpul Walid.

Bukan hanya waktu, ruang pun itu tidak ada?

Arielle Duhaime-Ross dalam A physics experiment might soon tell us if we're living in a 2D hologram menulis: 

"Sejauh yang kita tahu, dunia tiga dimensi yang kita lihat di sekitar kita benar-benar ilusi—yang sebenarnya dalam 2D. Ini adalah ide yang sedikit meresahkan, tetapi juga salah satu yang telah dipikirkan fisikawan selama beberapa waktu. Sayangnya, hingga saat ini, alam semesta 2D bukanlah sesuatu yang dapat kami verifikasi. Sekarang, berkat eksperimen yang baru-baru ini diluncurkan di Fermi National Laboratory di Illinois, kita mungkin akhirnya dapat menentukan bagaimana alam semesta menyimpan informasi yang berinteraksi dengan kita setiap hari—dan apakah kita hidup dalam hologram.

'Selama ribuan tahun,' Ross mengutip kata Craig Hogan, direktur Pusat Astrofisika Partikel Fermilab, dalam email ke The Verge, Tapi "mungkin itu tidak benar - itu mungkin terbuat dari gelombang, seperti halnya materi dan energi. 'kita berasumsi bahwa ruang terdiri dari titik dan garis,'"

Kita memang belum memahami sepenuhnya dimensi di mana kita tinggal di dalamnya. Perjalanan masih panjang bagi kita, makhluk dalam dimensi kita untuk terus bertanya dan mempertanyakan. Boleh jadi kita tidak akan pernah ditakdirkan untuk secara sempurna memahaminya. Dan hal ini sesuai dengan Prinsip Antropis. Dan bagi yang nekad membayangkan bagaimana bila kita masuk ke dunia empat dimensi, saya pinjam kata-kata Anirudh Ramkumar dalam What would humans be like if they were 4D?: 'Mati, nyaris seketika.' Inikah salah satu makna dari  Laa yasta'khiruuna saa'atan walaa yastaqdimuuna? Ah boleh jadi saya nampak terlalu naif saat menuliskan ini.

Di ujung tulisan satu keyakinan terkuatkan. Membayangkan bahwa Tuhan adalah wujud dari dimensi di atas kita adalah langkah yang tidak bijak. Tuhan tidak bisa dibatasi dengan batasan yang bahkan diri kita sendiri tidak bisa lepas darinya.

Terima kasih, Walid!    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun