Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Asyik, Ramadan Segera Tiba!

22 Maret 2023   11:06 Diperbarui: 25 Maret 2023   14:29 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puasa ternyata adalah mekanisme rasional sekaligus pertahanan secara evolutif untuk bertahan hidup. Leluhur kita juga mengajarkan betapa mereka menaruh hormat terhadap makan dan sumbernya. "Kelangkaan pangan merupakan bagian normal dari kehidupan banyak leluhur kita," tulis Bird.

"Pada tahun 1636, seorang misionaris Yesuit bernama Paul Lejune, yang tinggal di antara suku pemburu dan pengumpul Montaignais Indian di Kanada, menyaksikan hal ini sendiri: "Saya melihat mereka dalam kesulitan dan penderitaan dengan riang. 

Saya merasa berada di tengah-tengah mereka yang mengalami penderitaan besar. Mereka berkata kepadaku, 'Kadang-kadang kami harus bertahan dua hari, kadang-kadang tiga hari tanpa makan karena kekurangan makanan. Bersabarlah, Chihine, kuatkanlah jiwamu untuk menanggung penderitaan dan kesulitan. Jangan biarkan dirimu menjadi sedih, jika tidak, kamu akan sakit. Lihatlah bagaimana kami tidak berhenti tertawa, meskipun kami hanya memiliki sedikit makanan.'"

Hal senada juga diungkapkan oleh Juan de Palafox y Mendoza, sebagaimana dikutip Wikipedia dari buku  The True History of Chocolate yang ditulis Sophie Dobzhansky Coe dan Michael D. Coe,  uskup Puebla dan wakil raja Spanyol untuk wilayah kolonial Spanyol di Meksiko sekarang pada tahun 1640-an melaporkan:

"Saya telah melihat mereka makan dengan penuh pertimbangan, tenang dan sopan, sehingga orang tahu bahwa kesabaran yang ditunjukkan dalam semua kebiasaan mereka juga ditunjukkan dalam makan, dan mereka tidak membiarkan diri mereka terburu-buru oleh lapar atau dorongan untuk memuaskannya."

Alangkah bijaknya leluhur kita! Ramadan setidaknya mengajarkan kembali keanggunan hidup dan keceriaan itu.

Marhaban ya Ramadhan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun