Betapa cerdasnya leluhur kita yang bisa membangun piramida, candi, Stonehenge dan lebih banyak lagi. Sementara kita kini sibuk mengelak dengan berteori bahwa semua pekerjaan agung tersebut merupakan buah karya Alien. Kita terlihat pandai karena kita bisa dengan mudah mengakses informasi melalui gawai kita. Secara potensial kita tidak lebih cerdas dari generasi sebelum kita.
Bayangkan betapa kerja kerasnya para penjelajah terdahulu, mengingat jalur secara manual, memetakannya, mendokumentasikan dan seterusnya jauh sebelum ada aplikasi navigasi seperti sekarang ini. Kata-kata Einstein mengenai Newton dengan indahnya menggambarkan kualitas kecerdasan generasi sebelum kita, "Alam baginya (Newton) adalah seperti buku terbuka, yang huruf-hurufnya mampu ia baca dengan tanpa susah payah."
Teknologi sebagai hasil dari kreasi ilmiah kita ironinya menjadi penyebab menurunnya potensi dan kreativitas ilmiah kita. Sebuah siklus kebinasaan diperlukan untuk membangkitkan kembali potensi manusia. Kiamat boleh jadi terjadi berulang untuk merefresh sistem yang sudah jenuh dan memberi kesempatan kepada awal yang baru untuk terbit.
Kita Diciptakan untuk Bertanya
Barangkali tujuan tertinggi kita sebagai puncak kreasi di semesta ini adalah untuk bertanya. Bertanya dan menanya dengan benar hingga tiba di batas tanya yang bernama misteri.
Dan Tuhan adalah Maha Misteri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H