Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka

22 Mei 2022   16:32 Diperbarui: 22 Mei 2022   19:51 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"In Hinduism: a disciple or follower of a guru. Also in extended use: a pupil learning a craft from a master; a younger person who is guided and supported by someone with greater experience or influence."

Siswa berarti murid atau pengikut dari seorang guru. Secara umum kemudian digunakan untuk pelajar yang berguru keterampilan kepada seorang guru; orang muda yang dibimbing atau didukung oleh seseorang yang lebih banyak pengalaman atau pengaruhnya.

Sementara kata murid berasal dari bahasa Arab dari kata kerja araada-yuriidu (menginginkan). Seorang murid adalah ia yang memiliki kehendak atau karsa yang kuat. Uniknya di antara sifat yang wajib dimiliki Allah adalah iraadatun (bebas dalam berkehendak dan bebas dari keterpaksaan) dan muriidun (maha berkehendak dan tak-berbatas kehendak-Nya). Menurut laman Oxford Lexico murid lazimnya digunakan untuk pengikut seorang sufi.

Siswa dan murid secara umum memiliki kesamaan dalam penggunaannya. Meski demikian secara keseharian siswa memiliki kedudukan yang relatif berbeda dibanding murid. Murid kini lebih disering digunakan untuk anak-anak TK dan SD---identik dengan peserta didik yang masih kecil. Sementara siswa lazim digunakan sampai anak usia SMA. Adapun sebutan peserta didik walaupun sebenarnya bermakna lebih umum, yaitu mencakup setiap orang atau persona yang belajar dan menuntut ilmu akan tetapi lebih cenderung digunakan dalam konteks lembaga pendidikan atau persekolahan, baik formal maupun non-formal.  

Kembali kepada sebutan siswa dan murid, di perguruan tinggi, kata siswa diimbuhi maha, yakni mahasiswa, untuk membedakan dengan siswa di jenjang sebelumnya. Lain halnya dengan murid. Tidak lazim bagi kita mendengar sebutan mahamurid. Apalagi untuk peserta didik bahkan kita tidak pernah mendengar seseorang menyebut maha peserta didik. Pun demikian dengan sebutan guru dan dosen. Guru secara keliru dianggap lebih rendah dari dosen. Guru sebutan yang lazim bagi pangajar dan pendidik di jenjang menengah ke bawah. Sementara dosen sebutan pengajar dan pendidik di jenjang perguruan tinggi. Namun uniknya kedudukan senioritas secara keilmuan di perguruan tinggi disebut dengan istilah mahaguru bukan mahadosen.  

Bahkan Ki Hajar sendiri melakukan ketidakkonsistenan dalam penggunaan murid dan siswa. Bila Ki Hajar relatif konsisten menggunakan kata murid alih-alih siswa akan tetapi Ki Hajar menyebut sekolah yang didirikannya sebagai Taman Siswa bukan Taman Murid. Barangkali tepatnya bukan inkonsistensi melainkan sebuah penunjuk bahwa Ki Hajar tidak membedakan sebutan antara siswa dan murid. Atau pemilihan nama Taman Siswa lebih---alih-alih Taman Murid atau Taman Pelajar---karena pertimbangan cita rasa bahasa belaka.   

Hakikat Hubungan Guru dan Murid dalam Pendidikan

Ki Hajar menyebut pendidikan sebagai tuntunan. Kata tuntunan mengimplikasikan kemandirian bahkan kemerdekaan siswa atau murid dalam menempuh proses belajarnya. Terlebih lagi model among Tut Wuri Handayani dengan tegas menempatkan posisi guru sebagai fasilitator.

Kedudukan guru lebih kepada memberikan bekal, arahan dan dorongan kepada muridnya untuk menempuh jalan pembelajarannya. Inilah dasar merdeka belajar yang diletakkan oleh Bapak Pendidikan Indonesia.  

Hubungan guru dan muridnya seyogianya bukanlah hubungan yang transaksional. Dalam taraf tertentu hubungan keduanya sangat fundamental dan transendental. Saya terhenyak saat membaca kutipan dari Maitreya Rudrabhayananda di laman Good Reads:

"Peran Guru bekerja melalui Uttama acharya Sthiti (Posisi Guru Unggul) dengan memberikan inspirasi, ceramah, pengetahuan dan praktik dan berjalan melalui cara yang cermat membuat muridnya berjalan melalui tekanan tidak langsung dengan cara yang paling benar sampai murid itu mampu mencapai Gurunya dari dalam."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun