Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masjid An-Nur Manislor: Sebuah Nasihat Arsitektural

20 Maret 2022   09:08 Diperbarui: 20 Maret 2022   19:27 1242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemudian, mengapa mesti ada kubah? 

Kubah sendiri menurut catatan sejarah kebudayaan dan peradaban Islam baru ada dalam arsitektur masjid di Yerussalem, Palestina antara 685 Masehi hingga 691 Masehi oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Dinasti Ummaiyyah. Pembangunan masjid yang dikenal dengan sebutan Masjid Qubbat as-Sakhrah atau Dome of the Rock (kubah batu) ini, dimulai ketika Yerussalem jatuh ke dalam kekuasaaan Islam pada era Khalifah Umar bin Khattab. Pun demikian halnya dengan menara. Pada era kekhalifahan Umar bin Khattab jugalah menara masuk ke dalam tradisi arsitektur bangunan Islam. Menara, manarah, secara bahasa artinya tempat penyimpanan api. Bangsa  Persia dulu mengunakannya untuk menyimpan api sembahan. Atas arahan Khalifah Umar bin Khattab disulap menjadi tempat mengumandangkan adzan sekaligus ke depannya untuk menyangga kubah di atasnya.

Terlepas dari keberadaan kubah secara historis yang membukakan mata kita bahwa Islam itu agama yang terbuka terhadap budaya dan peradaban lain selama tidak berbahaya terhadap akidah. Karena kubah bukan dari tradisi arsitektur Arab tempat kelahiran Islam, maka banyak orang berpendapat bahwa kata kubah tidak berasal dari bahasa Arab. Umumnya para ahli menyebutkan dari kata qubba dalam bahasa Syiria kuno. Sebenarnya ada akar kata kubah ada dalam bahasa Arab. Setidak bisa dari dua kata qaaba  (melengkungkan) atau qabaa (melengkung, membusur). Bukankah kubah itu menyerupai busur yang diletakan dengan posisi tali busurnya di bawah? Dan bukankah kubah juga merupakan lengkungan?

Secara filosofis kubah adalah lambang perjalanan seorang hamba kepada Rabb-nya sekaligus kemurahan Sang Rabb untuk bertajalli di dalam kalbu hamba-hamba pilihan-Nya. Oleh sebab itu, kubah mengerucut pada bagian atasnya sebagai bentuk simbol arsitektural matematis bilangan ganjil sebagaimana sekilas disinggung sebelumnya. 

Jadi, kubah berjumlah lima di masjid An-Nur---bahkan mengapa harus ada kubah itu sendiri---bukanlah tanpa disengaja dan bukan pula tanpa nasihat di dalamnya. 

Terima kasih Manislor!             

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun