Lalu bagaimana sebenarnya pengucapan huruf dhad yang benar?  Secara sederhana, pengucapan dhad lebih dekat kepada zha daripada dal yang ditebalkan sebagaimana yang lazim kita dengar sekarang dari para qari mainstream. Kebalikannya, tradisi yang benar  justru masih bertahan dan hidup di kawasan Iran dan Indo-Pakistani sekarang ini. Jadi bolehlah disebutkan  bahwa kini yang dianggap mutakallim al-dhad adalah mereka yang dulu dirundung sebagai tidak fasih. Tulisan Kholili Kholil berjudul Benarkah Huruf Dhad Sekarang Berbeda dengan Zaman Nabi? di alif.id sangat menarik untuk dikaji.Â
Menurut Tulaib Zafir dari Universitas Harvard adalah Mesir yang bertanggung jawab atas putusnya sanad pelafalan proto-dhad. . Besarnya peran Mesir dalam mempopulerkan bacaan Al-Qur’an tergambar dalam kata-kata masyhur: The Quran was revealed in Mecca, recited in Egypt and written in Istanbul. Sementara Marijn Van Putten dari Universitas Leiden menyatakan bahwa pengucapan huruf dhad sebagaimana yang diucapkan oleh Nabi saw  mulai hilang dari kalangan Arab abad ke-15/16 Masehi
Mengakhiri akhir tulisan ini, izinkan saya menikmati sedikit kebebasan untuk menarik benang merah bahwa inilah rahasia di balik mengapa huruf ke-3 penyusun Ramadan  yakni dhad tidak sekonsisten kedua huruf lainnya: ra dan mim.  Dan untuk adilnya, saya  memberikan kebebasan kepada para pembaca untuk ‘nyinyir’ dan menganggap ini sebagai 'cocokologi'. (Saya menyebutnya cocokologi--bukan cocoklogi seperti yang umum kita temukan--dengan mengacu pada kaidah baku seperti pada kata psikososial atau Indo-Pakistani)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H