Hama ulat pada tanaman seperti ulat grayak memiliki intensitas yang cukup tinggi menyerang tanaman, dari daun hingga batang. Ini sangat meresahkan.
Ulat grayak atau Spodeptera frugiperda merupakan salah satu hama utama pada berbagai tanaman pertanian.
Ulat grayak memakan daun dan pangkal batang hingga menyisakan tulang daun saja, menyebabkan tanaman mengalami nekrosis atau kerusakan jaringan dan berakhir mati.
Berbagai cara oleh petani sudah dilakukan menggunakan pestisida kimiawi dengan macam-macam bahan aktif. Namun penyebarannya tetap masif.
Ulat grayak berasal dari ngengat Spodeptera frugiperda yang meletakkan telurnya secara berkelompok pada permukaan daun terutama daun bawah dekat dasar tanaman.
Ngengat dalam sekali siklus hidupnya dapat menghasilkan hingga 2000 telur. Â
Telur ngengat berbentuk sangat kecil bahkan miskroskopis. Memiliki warna putih transparan atau hijau muda hingga berubah berwarna hijau kecokelatan dan cokelat menjelang menetes.Â
Dilindungi bulu-bulu halus berwarna putih hingga kecokelatan. Telur menetas pada hari ke 2 sampai 3 di musim kemarau. Sedangkan di musim dingin bisa hingga 1-2 minggu.
 Telur yang menetas tersebut menjadi larva berwarna hijau muda hingga cokelat dan semakin gelap menjelang pembentukan pupa.
Pengendalian Spodeptera frugiperda dilakukan di berbagai stadia hidupnya.
salah satunya adalah dengan metode CUCT atau cari ulat cari telur.
Metode ini cukup sederhana, namun membutuhkan kejeliaan mata tinggi. Karena harus mengamati setiap tanaman yang terindikasi sebagai tempat menyimpan telurnya.Â
Daun yang terindikasi sebagai tempat meletakkan telur, dipotek dan disatukan dalam wadah tertutup untuk kemudian dimusnahkan.
Begitupun juga daun-daun yang terdapat ulat grapyak di atasnya. Harus dipotek bersama ulat grayaknya untuk dimasukkan dalam wadah.
CUCT biasanya dilakukan saat pagi atau sore hari, karena diwaktu itu ulat grayak masih nampak di permukaan daun sebelum matahari bersinar tinggi dan ulat-ulat bersembunyi di balik daun.
Tujuan CUCT utama adalah pengendalian secara mekanis atau manual. Biasanya dilakukan pada tanaman yang dipanen daunnya seperti bayam, sawi, kangkung, tembakau atau pakcoy.
Cara ini dinilai cukup efektif untuk menekan perkembangan ulat grayak. Meski juga perlu dibarengi dengan pengaplikasian pestisida nabati secara bijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H