"Satu tulisan 300-500 kata biasanya dihargai Rp. 10.000-20.000 tergantung platfom medianya, kalau satu bulan kirim 30 tulisan ya dapat Rp.300.000 sampai Rp. 600.000, tapi rata-rata cuma dapat Rp.200.000-Rp.300.000 saja, gak semua lolos rilis" Mengawali percakapan dengan seorang kawan.
Segelas teh hangat dan buah nangka yang sudah siap santap menjadi teman obrolan sore ini di ruang tamu dengan kawan lama saat berkunjung ke rumah.
Dia adalah lulusan desain komunikasi visual, salah satu universitas negeri di Malang, yang saat ini bekerja di perusahaan software di Tangerang Selatan sekaligus freelancer design visual seperti poster dan pamflet, dari beberapa perusahaan besar yang pastinya tips nya fantastis.
 "Kamu masih nulis dod, seperti dulu?" Tanyanya.
" Masih, tapi udah gak se maniak dulu, tugas kuliahnya banyak, kerja juga lagi padat, masih susah atur waktunya". Jelasku.
"Apa sih yang buat kamu rajin nulis?, teman-temanku di kantor juga ambil freelance per tulisan Rp.10.000-20.000, apa kamu juga gitu?" tanyanya kembali.
"Sama aja, tapi dulu waktu masih maniak-maniaknya, sekarang nulis ya buat diary saja, gak ngejar sallary, buat hobi, senang-senangan saja" jawabku.
"Freelance writer itu konsistensinya kuat, dibandingin dengan anak designer, fotografer, videografer, freelance writer menurutku, jiwa fighternya kuat" Ujarnya sambil meneguk teh hangat.
"Yah jauh mas, kalau dibandingin sama mereka, per projek bisa ratusan ribu sampai jutaan, itu setara dengan menulis receh 1 bulan. Itu tingkatnya udah setara sama penulis-penulis atas, bukan lagi kelas penulis receh" Jawabku sekali lagi.
"Menulis receh satu tulisan paling cuma 10-15 menit dapat Rp.10.000, lha kalau mereka contohnya kamu designer butuh waktu berminggu-minggu kerja jadi ya wajar, videografer juga berat take videonya berulang-ulang belum editingnya, Ojo dibanding-bandingke" tegasku.
"Iya makanya, penulis itu yang paling konsisten, apa aja ditulis, diuangkan, gak butuh waktu kusus" terangnya.
"Iya memang seperti itu, yang penting enjoy aja, nulis buat hobi enjoy-enjoy aja" jawabku.
"Pasti obrolan ini nanti jadi materi tulisanmu, ya kan?" sambil tertawa pelan.
" Yah pasti lah haha, receh demi receh lama-lama jadi milyader" timpalku.
Obrolan sore ini kita lanjutkan membicarakan banyak hal mulai dari pekerjaan, pertemanan, asmara dan pastinya tanaman, untuk tamu-tamu dekat kebun adalah salah satu media persahabatan, saya selalu ajak untuk ke kebun, sekadar lihat-lihat tanaman.
Menjelang maghrib, dia pamit pulang.
"Dod, makasih ya bunga telang, biji bunga telang, dan bibit stroberinya. Ditunggu bibit alpukatnya yah" Mintanya.
"Terima kasih kembali, ditunggu main ke rumah lagi ya, nangkanya bawa aja" Jawabku.
Sekaligus mengakhiri perjumpaan sore ini antara dua manusia yang bersahabat sejak SMA, dan terpisah oleh pekerjaan di tanah rantaunya masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H